Ada yang pernah dengar masakan namanya ayam goreng kojo? Jujurly, awal dengar kata ā€˜kojoā€ tuh masih asing di telinga saya. Awalnya, saya mengira ā€œkojoā€ ini nama daerah, entah di mana. Lalu, gugling-gugling ternyata itu tuh semacam bumbu masakan berempah yang sudah dikenal di Sumatera Selatan.

Eh, bener, nggak, sih? Mungkin teman-teman pembaca yang asli atau berdomisili di Sumatera Selatan bisa menjelaskan?

Nah, di area rumah saya tuh ada warung makan namanya ā€œAyam Goreng Kojoā€. Kayaknya warung ini udah ada sejak lama, walaupun sempat pindah lokasi. Pindahannya juga masih di sekitaran situ-situ aja, sih, cuma bangunan rumah makannya yang sekarang lebih gedhe dari sebelumnya.

Warung makan “Ayam Goreng Kojo” dekat rumah.

BTW, sebenarnya, makan ayam goreng kojo ini awalnya nggak ada di dalam rencana saat itu. Eh, ternyata qodarullah akhirnya kami dine in di sana šŸ˜€ .

Jadi, ceritanya, Sabtu lalu, saya dan suami sepakat mau JJS alias jelong-jelong sore hari, eh, jalan-jalan sore hari, sekalian cari makan. Hari itu, paginya kami belanja bahan-bahan makanan di Pasar Modern Intermoda BSD City, sehingga sarapannya kesiangan. Lalu, siangnya nggak makan karena udah kenyang.

Nah, pas sorenya ngide nyari makan di luar saja. Sekalian rapelan lagi makan siang kesorean dengan makan malam, xixixi. Ntar, buat makan malam anak-anak, rencananya kami bungkusin aja. Intinya saya lagi males masak lha, hari itu.

Trus, suami ngide, gimana kalau makan di Mie Gacoan yang gerainya baru aja ada yang buka di lingkungan kami. Jujurly, selama ini sejak brand satu itu viral saya belum pernah sekalipun makan di sana hehe. Maka, saya okein tuh rencana makan di sana.

Mie Gacoan yang baru buka dekat rumah.

Sampai sana, ternyata ruameeeee, saudara-saudara, wkwkwk. Yah, sih, pernah dengar dulu kalau ada cabang brand ini buka di suatu tempat selalu ramai ngantrenya.

Tadinya saya pikir, ah, di area-area lain keknya gerainya udah nggak seramai dulu jadi mungkin masih bisa ditoleransi antreannya. Saya nggak kepikiran, ternyata masyarakat masih excited sama bukaan barunya gerai itu haha. Ditambah timing-nya Sabtu sore. Yawda, deh, nggak jadi.

Saya lihat yang rela mengantre tuh anak-anak muda usia genzet-genzet, gitu. Kalau yang usia cakep macam kita ((KITA)) mah, dahlah, pan-kapan wae ke sononya, saat udah sepi (mbuh kapan šŸ˜€ ).

Maka, selepas kasi infaq ke kang parkir rumah makan yang kita nggak jadi mampir itu, saya dan suami melanjutkan motoran. Tadinya, mau langsung ke area pusat kulineran yang ada dekat rumah, tetapi mendadak kami penasaran kalau jalan lurus agak jauh kira-kira bakal sampai mana ya? Apakah akan tembus ke stasiun-stasiun yang biasa kami singgahi kalau naik commuter line ke Tanah Abang atau gimana?

JJS sampai ke area beda kabupaten šŸ˜€ .

Ternyata jalannya tuh cukup panjang tapi udah diaspal bagus semua. Cuma konturnya agak naik turun, gitu. Kalau jalan menurun masih seneng, begitu jalan agak menanjak udah mulai nyerah wkwk.

ā€œYawdalah kapan-kapan lagi aja Saturday evening ride-nya. Pakai jaket yang tebel dan bawa bekel aer,ā€ kata saya ke suami.

Soalnya lumayan juga, anginnya kenceng. Mana, masih banyak tanah kosong dan ijo-ijo pula di sana šŸ˜€ . Bertanya-tanya apakah developer besar akan segera masuk area sini juga? Mengingat ada salah satu pengembang terkenal yang membangun stasiun baru tak jauh dari sana juga (kalau lihat online maps).

Akhirnya, kami pun balik arah. Tapi tetep, nggak langsung ke area kulineran yang saya sebut tadi, melainkan mampir dulu ke area semacam gedung olahraga yang cukup besar di sana. Jadi keinget saat awal-awal pindah rumah ke area sini dulu, anak-anak ikutan latihan taekwondo di sana. Sekarang udah nggak lagi.

Dari gedung olahraga kami mengikuti saja jalannya, entah nanti sampai ke mana. Saya sih sekilas ingat kalau dulu pernah nyasar sama tukang ojek nyampek perumahan yang baru dikembangkan kala itu. Eh, ternyata saat nggak sengaja nglewatin lagi area sana perumahannya udah jadi. Gerbangnya, wew, besar dan beberapa rumahnya yang berlantai dua terlihat mencolok.

Nah, kalau sudah menemukan perumahan itu berarti udah dekat dengan sentra kuliner yang akan kami tuju. Nanti dari perumahan jalan lurus saja sampai pertigaan, belok kanan ketemu pasar modern.

Di dekat pasar modern, banyak sekali ruko-ruko yang menjual berbagai jenis makanan. Dijamin kenyang kalau jalan ke area sini hehe.

Setelah melati beberapa rumah makan, saya dan suami akhirnya memutuskan belok ke ā€œAyam Goreng Kojoā€. Ini kali kedua kami ke sana. Sebelumnya enggak makan di sana, melainkan take away aja. Nah, kali ini kepengen deh makan di tempat.

Saya melongok, ternyata di dalam ruko tempat warung makan ayam goreng kojo ini ternyata ada beberapa meja. Ada satu meja yang sudah terisi pelanggan.

Oh ya, kalau ditanya kenapa memilih makan ayam goreng kojo ini? Soalnya, saat makan masakannya pertama kali alhamdulillah cocok di lidah kami. Trus, karena udah bosen juga makan bakso, mie ayam, dan sejenisnya.

Menu makanan yang ditawarkan.

Saya dan suami pun memutuskan masuk ke dalam, kemudian memilih duduk di bangku dekat pintu masuk. Di atas meja sudah tersedia list menu makanan beserta harganya yang bisa kita pilih.

Warung makan ā€œAyam Goreng Kojoā€ ini menyediakan menu ala carte dan juga paketan. Untuk ala carte, mereka menyediakan ayam goreng, empal gepuk, ikan nila goreng, dan lele goreng. Harga makanan ini dibandrol antara Rp16.000,- hingga Rp23.000,-. Ada pula pilihan menu tambahan seperti tahu, tempe, sayur asem, nasi putih, pete goreng, dan sambal dadak.

Namun, saya lebih tertarik dengan menu paketannya, karena kalau dihitung-hitung lebih murah lagi jatuhnya, hehe. Menu paket yang ditawarkan adalah menu lauk yang saya sebutkan di atas, sudah termasuk dengan nasi, sayur asem, tahu, tempe, dan sambal dadaknya. Harganya berkisar antara Rp27.000,- hingga Rp. 34.000,-.

Untuk aneka minumannya, warung makan ini memberikan teh tawar gratis. Namun, saya lebih memilih es teh tawar dan membayar sebsar Rp2.000,-. Murah kan? Coba kedai minuman mana yang masih kasi es tawar dua ribu perak? Hehehe.

Es tehĀ murceeee.

Selain teh tawar, mereka juga menyediakan teh manis hangat atau dingin, es jeruk, es teh tarik, lemon tea, dan cappuccino. Semua minuman harganya under Rp10.000,-.

Saya kemudian memesan paket lele goreng, sedangkan suami memilih paket empal gepuk. Dulu, saya sudah pernah membeli empal gepuk di warung ini. Menurut saya empal gepuknya cukup empuk dan bumbunya meresap jadi benar-benar gurih bercampur agak manis jadi satu.

Paket empal gepuk.

Kalau buat lele yang disajikan ke saya, nggak nyangka lho, lelenya dapat dua biji. Tapi, emang, kecil-kecil sih, bukan lele yang segedhe di warteg-warteg itu. Lelenya cukup renyah, rasanya tidak terlalu asin tetapi cukup gurih.

Oh ya, kalau dine in di sini nasinya disajikan di wadah bakul nasi yang dari anyaman gitu. Soal nasi, warung ini enggak pelit.

Paket lele goreng.

Untuk sayuran lalapannya dikasi kemangi, daun selada, dan potongan timun. Cukup banyak juga porsinya. Kalau buat tempe tahu, masing-masing dikasi satu biji. Ukuran tahu tempenya lumayan besar potongannya.

Gongnya adalaaahh sambalnya. Menurut saya selama saya tinggal di area sini sambal di warung makan inilah yang juara. Bahkan, saat saya makan bebek goreng atau menu seafood di warung lain, sambelnya nggak sepedas dan seenak dari warung ayam goreng kojo ini.

Lalu, sayur asemnya, denger-denger bisa bebas nambah lagi. Tetapi saya sudah cukup dengan porsi segitu, jadi tidak nambah. Sayur asemnya ini asemnya kayaknya melimpah gitu. Buat sebagian orang mungkin agak manis kuahnya, tetapi buat saya pas sih, manis kecut gitu.

Sayur asem yangĀ seger banget.

Nasi di bakul yang tadinya saya pikir too much buat berdua saya dan suami, ternyata habis juga, karena nggak mau rugi nggak ngabisin sambelnya, haha. Itu aja, tempe dan tahun saya nggak kemakan. Akhirnya, saya bawa pulang sama pesanan ayam goreng yang saya bungkus buat anak-anak di rumah šŸ˜€ .

Nasi disajikan di bakul.

Yes, kalau soal rasa makanan dan harga, ā€œAyam Goreng Kojoā€ ini juara, deh. Cuma buat tempat dine in, agak kurang. Mereka soalnya memilih dapur di depan warungnya, jadi masaknya tidak di belakang. Akibatnya, sirkulasi di area ruangan buat dine in kurang, sehingga lumayan agak panas di dalam. Mungkin kalau kipas angin ditambah dan area belakang ada jendela bisa lebih OK lagi buat makan di sana.

Lalapan yang melimpah.

Meski demikian, karena masakannya enak dan murah pula, saya sih bakalan terus jadi langganan di sini šŸ˜€ . Perkara males makan di sana karena panas, yawda dine in aja šŸ˜€ .

Oh ya, FYI,Ā lokasi warung makan ini di Parung Panjang, Kabupaten Bogor yaa. Daaann, maap,Ā ayam goreng kojo, si bintang utamanya malahĀ nggak kepoto. KeburuĀ di-unboxingĀ sama anak-anak šŸ˜€ . Kapan-kapan ditambahkan fotonya kalau beli ayam kojo lagi.

Yaaa, itulah cerita JJS alias saturday evening ride berujung makan di warung yang menyediakan menu ayam goreng kojo. Ada yang pernah nemu warung makan serupa kayak gini di area tempat tinggalnya?

April Hamsa

Categorized in: