Sea World Ancol. Warga Jakarta dan sekitarnya pasti nggak asing dengan taman hiburan dengan tema dunia laut yang sudah ada sejak 1994 ini. Saya yang besar di Surabaya pun sejak dulu udah kenal dan kepengen banget liat Sea World ini.

Penasaran kek apaan, sih. Yeah, meski sekarang pilihan taman hiburan laut di Jakarta, bukan hanya Sea World, ada Jakarta Akuarium & Safari di mall Neo Soho (Jakbar) dan yang paling dekat rumah ada BXSea di  Bintaro Jaya Xchange Mall (Tangsel), tetapi rasa-rasanya kurang afdol gitu kalau belum sowan ke “senior”, Sea World Ancol 😀 .

Jalan-jalan ke Sea World Ancol bulan Juli lalu.

Daaann, akhirnya, keinginan masa kecil saya terwujud. Bulan Juli lalu, saya berkesempatan piknik ke Sea World. Kalau teman-teman pernah membaca cerita saya dan keluarga mengunjungi Jakarta Bird Land beberapa waktu lalu, sebenarnya cerita kali ini masih satu rangkaian dengan kunjungan ke JBL kala itu.

Jadi, paginya kami Sea World, siangnya kami ke Jakarta Bird Land. FYI, buat yang belum tahu, kedua tempat wisata ini masih satu area di Ancol.

Keturutan foto di depan akuarium besar.

Lalu, mengapa kok cerita maen ke Jakarta Bird Land duluan, ketimbang ke Sea World-nya? Nah, ini ada hubungannya dengan judul postingan ini, “Manis Asem”. Manis karena apa? Asem karena apa? Baca postingan ini sampai tuntas jika kepengen tahu yaaa 😀 .

Pergi ke Sea World, perdana naik KRL buatan Cina

Namun, sebelumnya, penting banget nih mengabadikan perkara naik commuter line a.k.a KRL-nya, hahaha 😀.

Soalnya, hari itu, perdana kami bisa naik KRL gerbong baru yang dari Cina itu, lho. Maklum, di jalur KRL kami, greenline area, belum kebagian kereta gerbong baru. Di area kami cuma ada KRL dengan gerbong lawas buatan Jepang. Jadi excited banget pas bisa naik KRL Cina ini. Gerbongnya terlihat lebih modern dan AC-nya adeeeemm.

Bisa ketemu KRL gerbong ini ketika transit di Stasiun Tanah Abang untuk melanjutkan naik KRL menuju Stasiun Kampung Bandan. Dari Kampung Bandan, kami melanjutkan perjalanan naik mobil online Grab.

Why, spesifik Grab? Karena kalau naik Grab pengemudi dan mobilnya bebas tiket masuk Ancol. Mereka ada Kerjasama, gitu. Selain Grab, kalau nggak keliru, Blue Bird juga ada Kerjasama ya dengan Ancol. Jadi, kalau teman-teman naik transum ke Ancol, saya menyarankan naik kedua brand kendaraan tersebut.

Akhirnya naik KRL yang AC-nya masih adem hahaha.

Oh ya, mungkin ada pertanyaan, “Mengapa kok nggak turun di Stasiun Ancol saja?”

Yaaa, sebenarnya bisa, sih, turun Stasiun Ancol, tetapi artinya kami harus transit dua kali, donk. Keluar KRL di Stasiun Kampung Bandan, nyambung lagi naik KRL ke Stasiun Ancol. Problemnya, KRL yang menuju ke Stasiun Ancol ini merupakai rangkaian KRL rute Jakarta Kota-Tanjung Priok yang jadwal keberangkatannya tuh setiap 30 menit sekali. Lamaaa yeee nunggunyaaa, haha.

Belum lagi, kalau mau ke peron arah Stasiun Ancol tuh kita kudu naik tangga ke atas, huweeeeh, hamba capek wkwk. Emang unik sih Stasiun Kampung Bandan, nih. Selain terkenal sebagai stasiun yang begitu keluar langsung ketemu perkampungan (bener-bener gang senggol, gitu), peronnya juga unik. Ada di atas dan di bawah, trus bentuk jalur relnya tuh menyilang, gitu. Kapan-kapan saya videoin, deh. Entah kapan, hahaha 😛 .

Intinya, kalau mau ke Ancol naik KRL dari greenline area, lebih nyaman turun Stasiun Kampung Bandan. Lokasinya pun tak jauh dari Ancol. Naik taksi sepertinya cuma merogoh kocek antara 20 hingga 30 ribuan saja.

Oh ya, pas nyampek Kampung Bandan, kami juga menyempatkan membeli snack seperti roti, susu, keripik, dll di minimarket stasiun buat perbekalan selama piknik nanti. Ini penting saya infokan juga, karena masih nyambung dengan ending pikinik ke Sea World ini, haha 😛 .

Melihat pertunjukan di Sea World

Kami berangkat dari stasiun terdekat rumah pukul 09.00 WIB dan sampai Sea World sekitar pukul 10.30 WIB. Sampai sana, saya langsung mengajak keluarga saya foto-foto dulu sebelum masuk ke Sea World. Mumpung matahari belum terik-teriknya, ntar kalau dah di atas kepala pasti males, yekan? 😀

Pintu masuk ke Sea World.

Puas foto-foto di depan Sea World, kami kemudian masuk. Saat pengecekan tiket, mbak petugasnya mengatakan bahwa perbekalan yang kami beli di minimarket tadi tidak boleh dibawa masuk ke dalam. Ooowww, yawda, akhirnya kami menitipkan satu tas goodie bag yang isinya sudah saya sebutin di atas di rak persis di samping pintu masuk.

Namun, sebelumnya, kami mengeluarkan dua botol tumbler anak-anak dari tas tersebut, karena menurut mbaknya kalau tumbler boleh dibawa masuk. Eh, tapi saya meninggalkan bungkus tripod saya di sana bersama camilan itu. Suami saya kemudian mengeluarkan spidol dan menulis nama saya di tas goodie bag itu. Sesudahnya, kami buru-buru masuk ke dalam, karena sekitar jam 11-an ada pertunjukan di salah satu akuarium besar, gitu.

Area utama Sea World.

Lalu, ternyata di dalam tuh masih ada gate satu lagi, di mana setelah kami masuk, mbak-mbak dan mas-mas petugasnya mengarahkan kami buat berfoto. Katanya, foto itu nanti bisa dicetak saat kami keluar dari Sea World. Yawda, cekrek, kami pun bikin foto keluarga, walau keknya posenya rada-rada nggak siap karena terkejut gitu, tiba-tiba aja difoto hahaha.

Melihat ikan kecil-kecil di akuarium ini.

Setelah foto, kami masuk ke dalam. Ternyata, di depan akuariumnya sudah banyak orang berkumpul mau menyaksikan pertunjukan. Cuma, kami tidak langsung duduk, karena mau keliling lihat-lihat sekitar area dalamnya Sea World dulu. Maklum, buat saya dan anak-anak ini first time kami ke Sea World. Kalau  bapaknya, entah deh udah berapa kali haha.

Kalau nggak keliru ini di depan akuariun piranha.

Ternyata, saya perhatikan, Sea World memiliki dua lantai gitu. Di lantai dasar ada beberapa akuarium besar dan ada juga akuarium, serta kolam kecil-kecil. Salah satu yang paling menarik adalah akuarium berbentuk mobil merah yang diletakkan di area tengah yang cukup mencolok. Kemudian, ada juga kolam yang berisi temannya Si Patrick alias bintang laut.

Akuarium-akuarium besar kebanyakan berisi satwa-satwa laut, khususnya ikan. Waktu itu ada dua akuarium yang menarik perhatian kami, isinya piranha dan hiu. Emang kedua makhluk laut itu serem-serem gimana gitu ya, tetapi tetap bikin takjub kalau melihat mereka dari dekat. Tentu saja, kami juga berfoto-foto dengan kamera handphone di dekat akuarium berisi ikan-ikan itu.

Sampai akhirnya mbak-mbak petugas announcer Sea World mengumumkan kalau pertunjukan di akuarium utama akan dimulai. Kami pun bergegas ke tempat orang-orang berkerumun tadi. Kami lihat beberapa orang ada yang duduk di undakan, ada yang lesehan, dan ada pula yang berdiri seperti kami.

Nonton pertunjukan di akuarium utama rame-rame.

Mbak-mbak petugas kemudian menjelaskan satu per satu makhluk laut apa saja yang ada di dalam akuarium. Saya lupa ikan-ikannya apa saja, karena di akuarium itu banyak satwa lautnya. Cuma hafal satu, yakni ikan pari yang memang bentuknya tuh unik.

Pertunjukan itu pun tidak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar 20 menitan. Setelah itu penonton membubarkan diri, termasuk kami.

Kami pun lanjut berkeliling melihat-lihat akuarium dan berfoto-foto lagi. Kemudian, kami melihat ada beberapa pengunjung yang masuk ke dalam semacam lorong gitu. Ternyata, itu adalah terowongan yang memungkinkan pengunjung Sea World seolah-olah berjalan di bawah laut dan dikelilingi oleh satwa-satwa laut. Jadi, seolah-olah kita masuk ke dalam akuarium raksasa gitu. BTW, denger-denger, kapasitas air laut di sana sampai lima juta liter, lho. Weeewww…

Masuk terowongan bawah laut.

Di dalam terowongan bawah laut ini, ternyata ada semacam conveyor di lantai, sehingga pengunjung tidak perlu berjalan. Tinggal berdiri saja di conveyor itu, nanti kita auto dibawa bergerak. Namun, conveyor ini jalannya lambat, sehingga buat pengunjung yang ingin cepat keluar bisa jalan kaki di melalui lantai yang tidak ada conveyor-nya.

Terowongan ini merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik Sea World. Tak heran banyak yang berfoto-foto juga di sana.

Setelah keluar dari terowongan, terdengar suara announcer kembali yang mengumumkan kali ini aka nada pertunjungan feeding hiu. Tak mau melewatkan kesempatan melihat hiu makan, kami pun bergegas ke akuarium besar yang berisi hiu.

Di sini pengunjung diwanti-wanti supaya ketika pertunjukan berlangsung untuk tidak memotret dengan menyalakan lampu flash, karena khawatir hiunya kaget, lalu penyelam yang kasi makan kenapa-kenapa kan.

Yup, hiu-hiu di dalam akuarium itu diberi makan langsung oleh petugas yang menyelam ke akuarium. Jadi petugas ini masuk dengan baju selam khusus dan membawa seember ikan-ikan untuk pakan hiu. Hiiihh, kebayang kan seremnya, masuk ke sana? Namun, jangan khawatir karena tentu saja para penyelam ini sudah terlatih.

Pertujukan feeding hiu. Justru hiu yang berukuran kecil itu katanya yang paling galak.

Saya amaze dengan baju selamnya yang ternyata bukan baju selam biasa, melainkan terbuat dari jaring baja tahan karat. Kebayang kan beratnya kayak apaan? Sudah bajunya berat, risiko ngasi makan ikan hiu pun pasti besar sekali, huhu.

Hiu-hiu itu ternyata diberi makan ikan-ikan kecil. Saya menyaksikan sendiri makhluk-makhluk laut itu mengitari si penyelam, kemudian makan ikan-ikan yang diberikan kepada mereka dengan lahap. Ada pula yang nyenggol-nyenggol si penyelam. Entah sengaja atau gimana. Kata petugasnya, itu tanda mereka masih lapar.

Foto-foto lagi sebelum naik ke lantai atas.

Sama seperti pertunjukan sebelumnya, pertunjukan memberi makan hiu ini juga tak berlangsung lama. Namun, cukup meninggalkan kesan tentang makhluk laut yang terkenal ganas itu.

Usai beranjak dari nonton pertunjukan feeding hiu, kami kemudian naik ke lantai atas melalui tangga yang terlihat berada di dekat terowongan bawah laut tadi. Dari atas, ternyata ada semacam museum, gitu kali, ya nyebutnya?

Mendapatkan banyak informasi tentang satwa laut di sini.

Di area ini ditampilkan beragam fosil dan spesimen binatang laut yang diawetkan. Di sini kita bisa mendapatkan informasi dan edukasi mengenai satwa-satwa laut yang diawetkan itu.

Spesimen satwa laut yang diawetkan.

Puas melihat seisi ruangan, kami kemudian keluar menuju lorong agak gelap yang nantinya akan terhubung dengan sisi tangga satunya lagi. Eh, ternyata sepanjang jalan tersebut sebenarnya ada balkonnya yang ditutup kaca dan jaring-jaring di mana pengunjung bisa melihat ke area bawah.

Bisa melihat atasnya akuarium dan lantai dasar dari atas.

Kami bisa melihat semacam kolam besar yang ternyata itu merupakan akuarium yang kami lihat dari bawah. Jadi para penyelam tadi masuknya bisa melalui situ. Selain melihat bagian atasnya akuarium, kami juga bisa melihat lantai bawah Sea World tadi.

Setelah melihat-lihat, kami pun turun dan disambut dengan semacam ruangan yang agak gelap tetapi ada instalasi cat warna-warni yang menggambarkan tentang dunia laut. Sebelumnya kami sempat berfoto juga di sana.

Berfoto dulu sebelum keluar.

Begitu sampai lantai bawah lagi, karena sudah puas main di Sea World dan udah merasa lapar, kami pun berniat menuju pintu keluar. Di dekat pintu keluar tampak beberapa pengunjung berkerumun. Ternyata, mereka mengambil foto yang tadi diambil mbak dan mas petugasnya ketika masuk. Eh, ngambil nih maksudnya berbayar ya, haha.

Foto dari Sea World.

Saya bertanya bayar berapa, lupa-lupa inget, sepertinya 160 ribu apa ya? Nanti dapat foto dan gantungan kunci yang ada fotonya, gitu. Lalu saya ditawarin, mau ambil soft file fotonya juga, nggak? Awalnya saya pikir gratis, perkara soft file, doank wkwkwk. Ternyata, itu kudu mbayar lagi, totalnya 200 ribu berapa gitu, lupa tepatnya berapa nominalnya.

Yaweslah, akhirnya kita ambil foto dan gantungan kuncinya aja. Saya bilang ke suami, “Nggak sering-sering juga kita ke sini. Buat kenang-kenangan kalau udah pernah ke Sea World!” Hihihi 😛 . Nggak tahu kenapa saya suka ngumpulin koleksi foto keluarga kalau masuk taman hiburan, gitu.

Toko merchandise.

Setelah membeli foto tersebut, kami kemudian keluar melalui semacam pintu putar. Ternyata, pintu itu tidak langsung keluar Sea World, melainkan pengunjung memasuki area toko merchandise. Di sini kami cuma foto-foto dan liat-liat, doank, haha.

Makan siang di food court Sea World        

Keluar dari store, lagi-lagi, ternyata jalurnya tidak membuat pengunjung bisa langsung keluar Sea World, melainkan masuk ke food court. Di food court ini terdapat banyak meja dan kursi buat makan, juga beberapa tenant makanan. Food court-nya cukup luas dan resik, tetapi emang ramai, sih. Apalagi saat itu kami ke sana saat weekend.

Suasana food court.

Mengingat hari udah siang, yawda, kami pun memutuskan makan di food court aja. Saya dan anak-anak memilih makanan yang ala-ala Hokben tapi bukan Hokben haha dan salah satu anak saya memesan nasgor. Belinya di tenant bernama Marlin Bento. Kalau bapake memilih makan bakso sapinya Bakso Afung yang kebetulan ada tenant-nya di sana juga.

Pesan makanan di sini.

Untuk makanan Marlin Bento tadi, saya lupa harganya berapaan, sepertinya sekitar Rp 20-25 ribuan gitu. Porsinya gedheeee. Untungnya, karena emang udah pada kelaparan, saya dan anak-anak bisa menghabiskannya 😛 .

Makan siang kami hari itu.

Kalau ditanya soal rasa makanannya, sebenarnya nggak gimana-gimana gitu, karena beberapa lauknya agak keras. Namun, kalau ke sini, tidak bawa bekal makanan, buat anak-anak beli makanan di Marlin Beto ini mayan lha.

Kalau soal Bakso Afung, paling ya, saya cuma membatin, “Enak sih, tapi kalau di warung bakso deket rumah bisa dapat 3 mangkuk,” wkwkwk 😛 .

Lapeeerr.

Kemalingan di Sea World

Setelah kenyang, kami pun keluar dari food court. Akhirnya, bisa keluar dari Sea World menuju dunia luar, kali ini 😀 .

Kami pun berniat mau mengambil perbekalan yang kami titipkan di pintu masuk tadi, lalu sholat, dan lanjut main ke Jakarta Bird Land. Ternyataaa, di rak penitipan, tas goodie bag yang kami tidak ada.

Kami pun bertanya kepada mbak-mbak yang menjaga, di mana goodie bag kami. Beneran ilang, gaes, huhu.

Saya tuh feeling, “Ini pasti ada yang ngambil, nih.” Cumaaaa, saya penasaran, yang mengambil goodie bag kami tuh keliru ambil atau gimana, secara emang ada beberapa tas lain yang mirip diletakkan orang lain di rak itu. Tapi kan tas itu udah dikasi tulisan nama sama suami saya tadi, sebelum kami masuk.

Akhirnya, petugasnya mempertemukan kami dengan bapak-bapak yang sepertinya manajernya gitu. Nah, bapak-bapak ini kemudian meminta maaf kepada kami atas goodie bag kami yang menghilang. Kami ditanya-tanya isi goodie bag-nya apa saja, Kami pun menjawab isinya camilan, snack anak-anak, dan wadah tripod saya.

Rak penitipannya di sini.

Memang sih nggak ada barang berharganya, tapiiii, gondok aja, gitu. Niat, mau istirahat sambil ngemil sebelum ke Jakarta Bird land, eh, malah kehilangan barang. Mana itu wadah tripod ada di situ juga, huhu.

Saya juga bener-bener penasaran apakah tas goodie bag tersebut tertukar atau sengaja ada yang mengambilnya. Lalu, bapaknya mengatakan mau ngecekin CCTV-nya dan mengatakan akan berusaha mencari lagi barang itu.

Setelah itu bapaknya mempersilakan kami melanjutkan rencana kami, baik sholat di masjid, maupun jalan-jalan ke Jakarta Bird Land. Yawda, akhirnya kami lanjut piknik.

Setelah berkeliling Jakarta Bird Land, kami kembali ke kantor manajemen Sea World. Untung lokasinya nggak jauh dan berhadap-hadapan dengan Jakarta Bird Land.

Di sana ternyata si bapak-bapak tadi memberikan kami tas goodie bag yang mirip dengan yang kami titipkan. Awalnya, saya kira barang kami ketemu. Ternyataaa, itu bukan barang kami yang hilang itu, melainkan makanan kami yang hilang diganti sama pihak Sea World.

Mereka juga meminta maaf lagi, menjelaskan bahwa barang kami tidak ketemu, tetapi mereka menggantinya dengan barang lain, meskipun beberapa merek berbeda, karena di minimarketnya tidak menjual produk yang sama.

Buat wadah tripod saya, katanya silakan WA alamat rumah, lalu besok akan dibelikan yang sama dan dikirimkan ke rumah. Hyaaah hyaaah, yaaa, makasih, lho pak. Nggak expect, barang hilang lalu diganti 😀 .

Namun, saya tetep penasaran donk ke mana raibnya goodie bag saya. Lalu, Si Bapak menunjukkan rekaman CCTV siang itu.  Dari situ, ketauanlah siapa yang mengambil camilan kami, yakni seorang ibu-ibu pakai baju outer pink, gitu. Terpampang nyata, Si Ibu Pink ini dengan entengnya mengambil tas kami, tanpa ragu sama sekali.

Ibuk-ibuk berbaju pink yang hobi nyolong, semoga hari-hari anda Senin terus 😛 .

Kami juga melihat bahwa Ibu Pink ini masuk beberapa menit sesudah kami masuk Sea World. Si Ibu Pink ini datang berombongan, bawa anak kecil pula, tanpa menitipkan barang ke rak penitipan. Jadi, fix sih, nggak ketuker barangnya dengan kami, melainkan emang dia nyolong.

Iiiihh, nggak malu apa ya? Bawa anak kecil nyolong. Gemeeeessshhhh.

Padahal kalau dipikir-pikir yaaa, kalau dia bisa masuk Sea World yang harga tiketnya juga nggak murah itu, bisa jadi dia nggak kismin-kismin amat, gitu, lho. Entah klepto atau gimana tuh? Enteng banget soalnya pas ngambil tas goodie bad kami.

Yaaa, itulah teman-teman, kejadian asemnya, yang saya sebutin di judul huhu. Mana, sejak kejadian dimaling Ibu Pink itu, saya jadi agak trauma ketemu ibuk-ibuk pakai baju pink hahaha.

Snack yang diganti oleh pihak Sea World.

Kepada Ibu Pink yang merasa mengambil goodie bag saya di Sea World Ancol tanggal 25 Juli 2025 lalu, saya nggak mau maafin ibu yaaa buuu. Ibu udah bikin anak-anak saya manyun dan merusak rencana kami hari itu. Semoga setiap kali ibu merasa sakit perut, ibu inget goodie bag camilan saya yang pernah ibu colong 😛 .

Buat bapak-bapak petugas Sea World saya mengucapkan terima kasih sudah mengganti camilan kami. Buat wadah tripod-nya, pada akhirnya saya udah mengikhlaskan. Jadi pelajaran berharga juga, nih, buat kami.

Terima kasih teman-teman yang sudah membaca sampai akhir, kisah manis asem piknik ke Sea World ini. Maaf-maaf yaaa, udah ngajakin  gregetan, huhu.

Ambil saja yang baik-baik dari postingan kali ini, karena  meskipun ada kejadian tidak mengenakkan, tetapi, secara umum, piknik ke Sea World hari itu nggak mengecewakan, kok. Sea World tetep worth it untuk menjadi jujugan piknik keluarga di sekitaran Janodetabek #imho 😀 .

Ada yang sering piknik ke Sea World Ancol juga? Share pengalamanmu yaaa.

April Hamsa

Categorized in: