Teman-teman masih ingat nggak, beberapa waktu lalu angka kemiskinan di Indonesia menjadi trending topic di timeline media sosial, karena ada perbedaan data versi Badan Pusat Statistik (BPS) dengan World Bank? BPS bilang orang Indonesia yang miskin sebesar 23,85 juta, sedangkan World Bank mengatakan bahwa 171,8 juta penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Nah, lho, jadi mana data yang bisa kita percaya? Hmmm, pakai data manapun, sebenarnya ini hal aneh, karena dengan begitu melimpahnya kekayaan negara ini kok masih ada orang miskin di Indonesia? Menyoroti masalah tersebut Dompet Dhuafa berinisiatif menggelar Sarasehan Tokoh Bangsa bertajuk “Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka dari Kemiskinan”. Acara tersebut diselenggarakan di Sasana Budaya Rumah Kita, Gedung Philantrophy, Jakarta Selatan pada hari Rabu, 13 Agustus 2025.
Dompet Dhuafa menginisiasi forum dialog antar tokoh bangsa.
Sarasehan Tokoh Bangsa yang juga diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 ini, menghadirkan beberapa tokoh bangsa antara lain:
- Inisiator dan Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Bapak Parni Hadi.
- Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) DR. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA.
- Sekretaris Jendral Dewan Masjid Indonesia periode 2024-2029 DR. Rahmat Hidayat, SE, MT.
- Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Bapak Ahmad Juwaini.
- Aktivis dan Cendekiawan, Bapak Yudi Latif, MA, Ph.D.
- Aktivis Hukum dan Demokrasi, Dr. H. Bambang Widjojanto, SH, MH.

Penampilan Srikandi Dompet Dhuafa.
Acara yang dimoderatori oleh wartawan senior Bapak Dede Apriadi ini dibuka dengan penampilan Srikandi Dompet Dhuafa yang memainkan alat tradisional angklung. Srikandi Dompet Dhuafa memainkan beberapa lagu nasional, antara lain Rayuan Pulau Kelapa, Hari Merdeka, Halo-Halo Bandung, dan Maju Tak Gentar. Wah, kalau sudah mendengar lagu-lagu nasional, rasanya jadi semangat berbuat sesuatu untuk negeri ini. Pernah merasa gitu juga, nggak?
Upaya bersama mengatasi kemiskinan
BTW, ngobrolin berbuat kebaikan, tak perlu diragukan lagi, orang Indonesia adalah juaranya. Charities Aid Foundation (CAF) pernah menetapkan Indonesia sebagai negara paling dermawan sedunia. Sayangnya, meski banyak yang dermawan tetap saja rakyatnya masih banyak yang miskin. Hal ini terlihat miris, bukan?
Nah, acara Sarasehan Tokoh Bangsa yang merupakan forum dialog ini ingin mencoba menyatukan komitmen para tokoh bangsa, akademisi, pelaku usaha, lembaga filantropi, serta masyarakat sipil dalam membantu mengentaskan kemiskinan. Sebab bagaimanapun, kemerdekaan negara belum diakui sebagai kemerdekaan sejati apabila masih ada rakyatnya yang belum bebas dari kemiskinan.
“Kita ingin mempertegas bahwa kemerdekaan sejati adalah saat seluruh rakyat terbebas dari belenggu kemiskinan. Melalui forum ini, kami berharap lahir dari komitmen bersama untuk mempercepat pengentasan kemiskinan secara sistemik dan berkelanjutan dan juga peran filantropi,” kata Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika Bapak Ahmad Juwaini saat membuka acara.

Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Bapak Ahmad Juwaini.
Dalam kesempatan itu, Bapak Ahmad Juwaini mengingatkan bahwa dulu Indonesia terkenal dengan julukan Macan Asia di era 1990-an karena berhasil menurunkan kemiskinan secara drastis. Bahkan, kala itu World Bank menyejajarkan Indonesia dengan negara-negara lain seperti Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Namun, sayangnya, tak lama kemudian krisis moneter mendera Indonesia. Dampaknya sangat luas termasuk mempengaruhi ekonomi, akibatnya angka kemiskinan kembali menggelembung. Selanjutnya, memang sempat mengalami perbaikan, sampai kemudian pada tahun 2020 terjadi wabah Covid-19 yang membuat angka kemiskinan naik kembali.
Usai Covid-19, meskipun BPS menyatakan angka kemiskinan menurun (terakhir data Maret 2025), tetapi tetap saja angka tersebut masih besar. Belum lagi kalau dibandingkan dengan data World Bank yang dengan gamblang menunjukkan perbedaan angka. Intinya, penduduk miskin di Indonesia itu memang tidak sedikit.
Bapak Ahmad Juwaini mengatakan untuk mengatasi masalah kemiskinan ini dibutuhkan upaya bersama. Acara sarasehan tersebut diharapkan akan memunculkan gagasan, usulan yang strategis, bahkan bisa langsung berbentuk aksi yang bisa dilakukan untuk turut mengatasi kemiskinan di negara ini.
Setelah Bapak Ahmad Juwaini membuka forum dialog, acara dilanjutkan dengan keynote speech dari Inisiator dan Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Bapak Parni Hadi.
Dompet Dhuafa yang tumbuh
Bapak Parni Hadi membuka pidatonya dengan mengingatkan pada statement Bung Karno yang mengatakan bahwa tantangan rakyat Indonesia di masa sekarang lebih berat, karena yang dihadapi bukan penjajah melainkan bangsa sendiri, seperti bangsa (orang-orang) yang korupsi hingga tantangan kemiskinan.
Kemudian, Bapak Parni Hadi menyinggung Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga filantropi yang selama ini concern membantu pemerintah mengatasi kemiskinan. Bapak Parni Hadi mengatakan bahwa ada satu kata yang tepat untuk disematkan kepada Dompet Dhuafa saat ini, takni “tumbuh”.
“Tumbuh” yang dimaksud oleh Bapak Parni Hadi di sini adalah (Dompet Dhuafa) tumbuh dalam segala aspek, antara lain tumbuh programnya, tumbuh kepercayaan publiknya, tumbuh dalam penghimpunan, tetapi juga tumbuh masalahnya.
Masalahnya apa? Ada kekhawatiran kalau Dompet Dhuafa berada di zona nyaman. Bapak Parni Hadi kemudian mengingatkan bahwa Dompet Dhuafa saat awal didirikan memiliki tugas untuk membangun peradaban. Tugas ini tidak mudah dan tidak cukup dilakukan hanya selama satu generasi saja, melainkan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Inisiator dan Ketua Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Bapak Parni Hadi.
Saat ini, Dompet Dhuafa sudah dibilang cukup mapan, karena memndapatkan kepercayaan masyarakat yang begitu besar. Salah satu buktinya saat musim kurban Iduladha kemarin, ada peningkatan jumlah pengkurban, padahal kita di berada di situasi ekonomi yang “katanya” tengah turun.
Untuk itu Bapak Parni Hadi meminta pengurus Dompet Dhuafa sekarang tidak terlalu nyaman di comfort zone, tetapi juga wajib mempertahankan kepercayaan masyarakat. Selain itu Bapak Parni Hadi berharap segenap keluarga Dompet Dhuafa menjadi a smiling foundation sekaligus a smiling moslem yang menunjukkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya buat mereka yang beragama Islam saja.
Bapak Parni Hadi juga menyinggung kalau Dompet Dhuafa akan menerbitkan sebuah buku yang merangkum perjalanan program-program Dompet Dhuafa yang telah berjalan selama ini. Salah satu programnya adalah di bidang kebudayaan.
Mengapa kebudayaan juga masuk ke dalam program Dompet Dhuafa? Menurut Bapak Parni Hadi, karena kebudayaan sebenarnya bukan hanya seni melainkan sebuah pembiasaan perilaku. Jadi, Dompet Dhuafa membiasakan perilaku untuk berinfak, berzakat, dll.
Kembali ke comfort zone tadi, maka Bapak Parni Hadi berusaha membuat Dompet Dhuafa tumbuh dengan memasuki industri komunal dengan woman in leadership. Industri komunal ini nantinya akan dimiliki mustahik dan diatur sendiri mustahik.
Bapak Parni Hadi juga kembali mengingatkan bahwa sebaiknya Dompet Dhuafa tidak memihak partai politik maupun mengikuti mazhab tertentu. Dompet Dhuafa harus bisa menunjukkan wajah Islam yang moderat. Selain itu, satu pesan lagi dari Bapak Parni Hadi adalah menganggap pemerintah sebagai mitra Dompet Dhuafa dalam mengusahakan masyarakat merdeka dari kemiskinan.
Forum dialog tokoh bangsa membahas kemerdekaan dari kemiskinan
Kemiskinan ini memang tantangan yang real buat bangsa kita. Meskipun demikian, Dompet Dhuafa berharap kita tidak kehilangan harapan bahwa masa depan akan lebih baik dari sekarang. Itulah sebabnya, Dompet Dhuafa membuat forum dialog dalam bentuk sarasehan hari itu.

Para narasumber memaparkan pendapat dan gagasannya.
Diskusi dimulai dengan masing-masing narasumber memberikan pendapat dan gagasannya tentang bagaimana memerdekakan negara ini dari kemiskinan. Dr. H. Rahmat Hidayat, SE, MT (Bapak Rahmat) memulainya dengan pemaparannya yang berjudul Masjid sebagai Pusat Peradaban Ummat dan Perannya dalam Meningkatkan Kompetensi Hard & Soft Skill Masyarakat.
Bapak Rahmat memulainya dengan mengingatkan undangan yang hadir mengenai ayat-ayat Al Quran dan hadist yang menyinggung mengenai masalah kemiskinan. Salah satu surat dalam Al Quran yang mungkin sering kita baca dalam sholat ada QS Al Ma’un yang kemudian menginspirasi tokoh-tokoh Muhammadiyah dahulu membentuk organisasi yang salah satu programnya adalah mengentaskan kemiskinan. Kemudian Bapak Rahmat juga mengingatkan akan sebauah hadist yang bunyinya “Seringkali kefakiran menyebabkan kekufuran.”
Kemudian, Bapak Rahmat mengkaitkannya dengan data kemiskinan baik dari BPS maupun World Bank yang sudah disebutkan sebelumnya, hingga sampai pada kesimpulan berapapun angkanya penduduk miskin di Indonesia banyak. Di antara penduduk sebanyak itu, masalah kita mayoritas kemungkinan besar adalah orang Islam.
Maka, sebagai orang Islam, sudah seharusnya menaruh perhatian akan hal tersebut. Apalagi, di dalam kita suci Al Quran, sudah banyak sindiran dan perintah kepada seorang muslim supaya memperhatikan kondisi sekitarnya. Dalam QS Al Ma’un pun jelas ada perintah menyuruh orang Islam untuk mengapresiasi dan memberi perhatian kepada masyarakat miskin. Percuma saja sholat kalau sekitarnya masih kesusahan (secara ekonomi). Bahkan, QS An-Nisa ayat 9 juga mewanti-wanti orang tua agar takut jika meninggalkan anak-anaknya dalam kondisi lemah, salah satunya lemah dalam hal ekonomi.
Orang yang lemah secara ekonomi biasanya akan lapar dan mengalami ketakutan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya kerusuhan. Bahkan, pada saat rusuh pun, orang yang memiliki uang juga tidak akan bisa belanja, karena kondisinya tidak memungkinkan. Maka, melepaskan Indonesia dari belenggu kemiskinan seharusnya menjadi concern semua umat. Salah satunya yang bisa mengambil peran adalah masjid.
Menurut data Dewan Masjid tercatat ada 800 ribu masjid. Kalau yang tidak tercatat bisa jadi lebih dari itu, bahkan mungkin bisa 1 juta masjid. Menurut Bapak Rahmat, apabila masjid bisa menggerakkan potensi ekonominya maka akan menjadi hal dahsyat.
Bapak Rahmat kemudian memberikan contoh bahwa beberapa waktu sebelumnya beliau terlibat meresmikan angkringan di salah satu masjid di Mojokerto. Nah, angkringan ini merupakan cara masjid memberikan sarana buat generasi muda di sana agar menjadi produktif.
Generasi muda atau yang sekarang kita sebut dengan bonus demografi sebenarnya output-nya bisa menjadi dua, apakah akan menjadi aset atau menjadi liabilitas. Anak-anak muda ini bisa menjadi asset apabila mereka terlibat hal-hal baik dan menjadi liabilitas jika terlibat tawuran, ngganggur, dll. Tugas masjid adalah memikirkan bagaimana masjid bisa memberikan sarana positif, kegiatan produktif, supaya menarik anak-anak muda ini menghidupkan masjid.
Lalu, Bapak Rahmat memberikan beberapa contoh masjid yang programnya telah berjalan dengan baik dalam membantu mengatasi masalah kemiskinan, contohnya masjid Sunda Kelapa, masjid Bintaro, juga ada Masjid Al Akbar di Surabaya, di mana masjid-masjid itu bukan hanya buat sholat berjamaah tetapi juga punya kegiatan wirausaha.
Ketika ditanya bagaimana dengan masjid-masjid yang kemungkinan masih minim dananya, apakah bisa juga menjadi masjid yang bisa menarik minat generasi muda. Bapak Rahmat menjelaskan bahwa memang kemampuan setiap masjid berbeda, karena itu harapannya melalui program wirausaha nanti ada masjid utama yang akan membina masjid-masjid inti yang ada di daerah sekelilingnya. Ibaratnya program ini akan membesar dengan efek snowball.
Bayangkan, kalau masjid itu Makmur. Misalnya, selalu tersedia makanan maupun minuman dalam masjid tersebut, tentu banyak orang akan banyak yang datang ke masjid. Tak sekadar buat sholat, tetapi juga kegiatan lain yang membuat orang lebih produktif, sehingga jauh dari kemiskinan.
QS Al’Araf ayat 31 bahkan menunjukkan bahwa Allah SWT memerintahkan anak Adam untuk memasuki masjid dengan memakai pakaian yang bagus. Salah satu indicator orang memakai pakaian bagus artinya dia mampu secara ekonomi.
Nah, sudah jelas ya, bahwa Islam memerintahkan umatnya untuk berusaha menjadi kaya? Tentu saja dengan bekerja keras, donk, ya, bukan korupsi.
Lanjut, narasumber kedua, yakni Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA (Bapak Zaitun Rasmin) yang menyampaikan tentang Peran MUI dalam Transformasi Sosial dan Moderasi Beragama Menuju Indonesia Merdeka dari Kemiskinan.
Sebelum memulai pemaparannya, Bapak Zaitun Rasmin menjawab pertanyaan “Kira-kira kalau orang Islam banyak yang miskin, ini salah siapa?”
Bapak Zaitun Risman kemudian menjawab bahwa yang penting sebenarnya bukan menjawab bukan siapa yang salah, tetapi apa yang salah. Namun, sebelumnya kita semua diajak memahami bagaimana memahami persoalan kemiskinan ini secara integral komprehensif.
Kemiskinan itu sebenarnya banyak. Tak ada miskin harta, tetapi juga miskin mental, miskin hati, dll. Hal inilah yang menjadi sebab kemiskinan, baik secara personal mereka memang miskin atau yang dimiskinkan oleh sistem oleh orang-orang diberikan amanah kekuasaan. Hal-hal ini memang sangat terkait. Kemungkinan besar penyebab kemiskinan harta ini bermula dari kemiskinan hati, yang mengakibatkan nilai-nilai yang memotivasi masyarakat untuk hidup layak tidak berjalan. Padahal, di dalam Islam kita dianjurkan hidup sejahtera, hidup makmur, bahkan kaya.
Dalam kaitannya dengan MUI dan ormas-ormas Islam lainnya, menurut Bapak Zaitun Rasmin, organisasi-organisasi ini sejak awal sebenarnya telah berkontribusi besar di dalam upaya memerdekakan bangsa kita dari kemiskinan yang dulu diwariskan penjajah.
MUI salah satu ormas yang didirikan oleh Buya Hamka yang pada masanya juga orang Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan founder Muhammadiyah selalu berulang-ulang mengajarkan mengenai QS Al Ma’un. Maka, tak heran MUI dan ormas keagamaan lainnya concern terhadap masalah kemiskinan ini.
Ormas ini biasanya memiliki tiga core bisnis antara lain dakwah, pendidikan, sosial, dan satu lagi tambahan adalah pengembangan ekonomi. Semuanya ini membantu mengeluarkan umat dari kemiskinan.
Pembicaraan ini berlanjut kepada diskusi membandingkan negara Skandinavian yang banyak orang atheis-nya tetapi rakyatnya makmur dengan kondisi negara yang banyak orang Islam tapi banyak juga yang miskin. Lalu letak kesalahannya di mana?
Bapak Zaitun Rasmin kemudian menjawab bahwa persoalan kaya miskin ini secara filosofis kadang tidak berkaitan dengan agama. Sebenarnya Islam juga mementingkan materi, tetapi hal ini tidak berdiri sendiri. Bahkan, kalau mau meng-counter negara Skandinavian kok lebih makmur, bisa kita bandingkan dengan Brunei Darussalam yang penduduknya 100% Islam dan kaya. Namun, hal tersebut tidak bisa menjadi suatu alasan mengapa Indonesia yang kebanyakan orang Islam ternyata masih banyak orang miskinnya, karena sebenarnya juga ada banyak faktor mengapa suatu negara itu sejahtera.
Kasus di Indonesia menurut Bapak Zaitun Rasmin adalah kita selama bertahun-tahun dijajah kemudian muncul kemiskinan, meliputi miskin keimanan, pola pikir, ilmunya. Lalu, setelah merdeka, terjadi kesalahan dalam menerapkan konsep. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa negara kita secara mendasar memiliki “Keadilan Sosial” dalam Pancasila, juga pasal 33 dalam UUD 1945, tetapi penerapannya jauh dari itu.
Lalu, kesalahan kedua adalah Amanah untuk distribusi aset berhenti di golongan itu-itu saja, tidak merata ke masyarakat. Padahal dalam QS Al-Hasyr ayat 7, Allah SWT memerintahkan dengan jelas bahwa harta tidak boleh beredar di kalangan orang kaya saja. Namun, selama ini yang terjadi di Indonesia, harta itu kebanyakan tidak merata ke banyak orang yang membutuhkan.
Salah satu contohnya dalam hal membayar zakat. Selama ini, masih banyak orang yang tidak menunaikan zakatnya dengan benar, sehingga orang lain tidak terbantu.
Harapan Bapak Zaitun Rasmin agar pemerintah bisa berpihak kepada masyarakat dengan menjamin keamanan dan kesejahteraan, sehingga masyarakat bisa produktif dan bebas dari kemiskinan.
Dialog kemudian dilanjutkan dengan narasumber ketiga, yakni Bapak Yudi Latif MA, Ph.D (Bapak Yudi Latif) yang mengangkat isu Merawat Nilai-Nilai Pancasila dan Spirit Kebangsaan Bagi Generasi Muda.
Bapak Yudi Latif mengawalinya dengan mengingatkan kepada pidato Bung Karno yang menyatakan bahwa setelah nanti Indonesia merdeka tidak boleh ada kemiskinan. Namun, sayangnya, ucapan Bung Karno belum kesampaian, karena setelah merdeka, rakyat yang miskin masih banyak.
Lalu, bagaimana cara mengentaskan kemsikinan ini? Menurut Bapak Zaitun Rasmin kata kuncinya adalah dari kata “merdeka”. Bapak Zaitun Rasmin mengatakan bahwa merdeka itu sebenarnya ada dua, yakni:
- Negative liberty: Merdeka dari kemiskinan, merdeka dari ketakutan, dan merdeka dari hal-hal buruk lainnya.
- Positive liberty: Merdeka untuk meraih kemakmuran, merdeka makin mengembangkan mengembangkan pendidikan, merdeka mengembangkan sistem budaya yang lebih baik, dll.
Nah, kesalahan Indonesia adalah karena banyak orang tidak bisa mengembangkan positive liberty. Salah satu contohnya masalah pendidikan yang seperti kita ketahui bersama tidak merata. Padahal, untuk mengembangkan positive liberty kemungkinan besar akan terjadi jika rakyat banyak yang terdidik, terpelajar, tercerahkan. Dengan begitu mereka lebih bijak dan memiliki etos (termasuk iman/ faith) serta daya juang untuk bekerja keras yang akan mengantarkan mereka keluar dari kemiskinan. Tentu saja harus dibarengi dengan iman, percaya bahwa usaha tersebut tidak akan sia-sia.
Bapak Zaitun Rasmin lalu memberikan contoh bagaimana founding father negeri ini dulu ditertawakan saat mengemukakan gagasan memerdekakan diri. Namun, ternyata dengan daya juang dan yakin mampu, Indonesia bisa menjadi negara pertama yang memerdekakan diri setelah Perang Dunia ke-2 selesai.
Kemudian, kembali lagi mengenai etos, Bapak Zaitun Rasmin mengatakan bahwa etos ini merupakan penentu seseorang bisa maju atau tidak. Studi Harvard juga menyampaikan bahwa sebuah etos sangat penting dimiliki jika ingin survive.
Bapak Zaitun Rasmin memberikan contoh bangsa Palestina yang dijajah sekian lama oleh Israel, tetapi negaranya masih bertahan, karena mereka memiliki etos itu. Coba dibandingan dengan Uni Soviet yang sudah kocar-kacir duluan ketika dijajah bangsa lain, karena daya etosnya tidak ada.
Selain etos, ilmu pengetahuan seperti keterampilan, teknologi, dll juga penting. Jika menguasai keduanya, maka peradaban itu akan mencapai kemakmuran.
Lalu, satu lagi hal ketiga yang harus dimiliki, selain etos dan pengetahuan, Indonesia ini membutuhkan Tindakan yang membutuhkan agensi atau aktor perubahan. Kalau di Indonesia, ada kalanya kekuatan-kekuatan perubahan itu ada di elemen masyarakat, ketimbang di pemerintah. Malah, kalau ditangani pemerintah yang ada malah bertambah buruk, sementara solidaritas spontan malah bisa mewujudkannya.
Contoh saat tsunami Aceh beberapa tahun lalu. Muncul solidaritas masyarakat, komunitas, untuk memberikan donasi. Donasi itu pun sampai ke yang membutuhkan. Berbeda saat pemerintah yang bergerak, donasi tersebut belum tentu sampai. Tak bisa dipungkiri ada yang tidak beres dengan para agen yang harusnya menjadi leader ini.
Maka, Bapak Zaitun Rasmin kemudian sampai pada pernyataan kalau di Indonesia ini usaha menyejahterakan masyarakat tak perlu semuanya berpusat oleh negara. Justru lembaga-lembaga filantropi di Indonesia jauh lebih penting. Nah, tugas negara adalah memback up atau mengembangkannya jika perlu. Lalu, kalau bisa jangan mempersulit, malahan sudah seharusnya pemerintah berterima kasih kepada lembaga-lembaga filantropi yang ada di negeri ini.
Terakhir adalah pemaparan dari Dr. H. Bambang Widjojanto, SH, MH (Bapak Bambang) yang membahas tentang Tata Kelola, Keadilan Sosial, dan Reformasi Struktural untuk Mengatasi Kemiskinan.
Pertama, Bapak Bambang menyinggung tentang angka 80 tahun yang melambangkan keberlimpahan dan keutuhan, karena secara filosofis angka 8 dan 0 tidak putus. Namun, bagaimana kondisi negara kita sekarang?
Kemudian, Bapak Bambang menyampaikan mengenai data yang kurang akurat. Hingga saat ini menurut BPS jumpah total penduduk Indonesia 280 juta, tetapi ada lembaga lain dari Cina, yakni Xinhua yang memberikan angka berbeda. Nah, sebenarnya, bukan masalah angkanya berapa, tetapi kalau datanya saja tidak tepat, lalu bagaimana caranya membuat kebijakan? Kalau jumlah penduduknya saja tidak tahu berapa, bagaimana bisa menentukan jumlah penduduk miskin?
Lalu, tiba-tiba keluarlah kebijakan bansos. Nah, bansosnya rawan dikorupsi. Lagi-lagi, bisa ditebak sejak awal, kebijakannya melenceng. Selain itu, menurut Bapak Bambang yang namanya bansos ini sebenarnya bukan menyejahterakan rakyat tetapi malah memperpanjang perbudakan dari kemerdekaan. Maka, Bapak Bambang mengatakan yang patut diperbaiki adalah angka di data tersebut supaya kalau ada bantuan benar-benar sampai ke orangnya.
Bapak Bambang kemudian mengajak peserta berpikir, sebenarnya yang kita inginkan itu “mengentaskan kemiskinan” atau “menuntaskan kemiskinan”, karena keduanya memiliki makna yang berbeda. Kalau “mengentaskan” artinya mengurangi, kalau “menuntaskan” adalah menghabisi masalah ini.
Bapak Bambang kemudian menyinggung alinea keempat UUD 1945 bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga untuk mewujudkan keadilan sosial, sementara di satu sisi pemerintah sedang gencar membangun ketahanan pangan dan ketahanan energi. Pertanyaannya, apakah pada “ketahanan” ini akan mewujudkan keadilan sosial? Padahal, dari katanya jelas “ketahanan” ini buat kedaulatan negara, belum ada unsur usaha untuk menuntaskan kemiskinan.
Berbeda dengan lembaga filantropi seperti Dompet Dhuafa yang tanpa koar-koar menyebut berkhidmat pada Pancasila, tetapi sudah melaksanakan amanat dari Pancasila terutama mewujudkan keadilan sosial tadi.
Maka, terkait pemerintah yang belum berusaha menuntaskan kemiskinan tadi, bisa dikatakan kemerdekaan itu masih jauh dari kenyataan. Ada yang namanya the parents of corruption, antara lain:
- Conflict of interest yang apabila tidak dikelola dengan baik, maka akan menghancurkan sistem. Misalnya, saat regulator tidak bisa mengatur conflict of interest, sehingga memunculkan koruptor.
- Kedua, pemberian gratifikasi terlalu dianggap biasa. Banyak yang mengira kalau menerima tidak ada kepentingannya, padahal suatu saat nanti bisa saja diminta melakukan sesuatu buat si pemberi gratifikasi.
Bapak Bambang kemudian mencoba memberikan dua strategic intervesion, yakni:
- Strategi follow the money. Dengan data tadi yang tidak jelas tadi, bisa menemukan data ASN, kemudian mengintegrasikan jumlah penghasilan dengan kekayaannya. Apakah bisa dikonfirmasi sesuai atau berbeda jauh.
- Cara kedua bagaimana mengeksekusinya, yakni menarik uangnya (apabila tidak sesuai datanya) buat negara.
Itulah teman-teman rangkuman dari pemaparan masing-masing tokoh bangsa yang dari acara Sarasehan Tokoh Bangsa yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa.
Peluncuran buku oleh Dompet Dhuafa
Forum dialaog pada hari itu kemudian ditutup dengan Dompet Dhuafa meluncurkan dua buku berjudul Catur Windu Dompet Dhuafa dan Senyum Nabi (DD Smiling Foundation). Kedua buku tersebut berisi perjalanan Dompet Dhuafa dalam membantu menangani masalah kemiskinan dan membangun kemandirian masyakarat.


Peluncuran buku terbaru Dompet Dhuafa.
Peluncuran kedua buku tersebut ditandai dengan pendatanganan buku secara simbolis oleh tokoh-tokoh bangsa yang hadir.
Kesimpulan
Saya coba buat kesimpulannya, supaya teman-teman makin mudah memahami, ya:
- Indonesia sudah merdeka selama 80 tahun tetapi masih banyak penduduknya yang miskin.
- Akar permasalahan kemiskinan adalah karena distribusi kekayaan negara yang tidak merata. Salah satu penyebabnya adalah korupsi.
- Indonesia masih bisa bertahan karena rakyatnya yang dermawan dan terbiasa saling membantu.
- Lembaga filantropi, seperti Dompet Dhuafa, memiliki peran yang sangat besar dalam menuntaskan kemiskinan di negeri ini.
- Dompet Dhuafa berkomitmen untuk menjadi mitra pemerintah dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan.
- Kiprah Dompet Dhuafa dalam menangani masalah kemiskinan dan membangun kemandirian masyarakat bisa dibaca di dua buku yang baru diluncurkan, yakni Catur Windu Dompet Dhuafa dan Senyum Nabi (DD Smiling Foundation).
Semoga mendapatkan poin-poinnya dan catatan ini bisa menumbuhkan gagasan untuk melakukan sesuatu buat membantu negara ini, ya, teman-teman. Merdeka!
April Hamsa


Banyak cara untuk memeriahkan HUT RI ini ya
Termasuk apa yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa ini
Menggelar acara sarasehan yang inspiratif seperti ini
Salut dengan kinerja Dompet Dhuafa dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia tak hanya kasih bantuan tapi memberdayakan masyarakat miskin jangan dimanjakan bansos terus kayak cara pemerintah
Ternyata di momen penting seperti peringatan kemerdekaan, pas juga ya kalau tema yang diangkat bukan cuma soal simbol nasionalisme, tapi juga mengajak refleksi penting,karena melihat fakta sekarang, perjuangan melawan kemiskinan masih jauh dari selesai, huhuuu
Setuju mbak, karena refleksi seperti itu mungkin kerap terlewatkan, karena kan masih banyak yang memang berada di bawah layak sejahter hidupnya. Ini sih jadi poin pentingnya
Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi sudah emngambil banyak peran untuk membangkitkan perekonomian Indonesia, semoga dengan bertambahnya tahun, Indonesia semakin baik dan merdeka dalam makna yang sebenarnya
Sedih banget mendengar kalau angka kemiskinan di Indonesia meningkat terlebih sejak pandemi ya mbak. Dompet dhuafa bisa dibilang memberi banyak kontribusi terhadap usaha mengentaskan masyararakat Indonesia dari kemiskinan. Salut sama Dompet Dhuafa ya
Bener Mbaaaa
Sedih banget deh sebenernya HUT RI tahun ini tuh
Jadi lebih syahdu mengadu mendoakan negeri semoga menjadi lebih baik di setiap tahunnya
Sepaka salut banget Dompet Dhuafa buat acara yang menyentuh langsung rakyat yang membutuhkan melalui programnya
Hal yang menarik di aku justru konsep angkringan di masjid mbak. Jujur ini pemikiran yang menarik lho. Aku penasaran banget gimana konsepnya apa membangun angkringan di halaman masjid gitu ya? Karena kalau misal seperti yang kubayangin ini, keren. Angkringan itu nggak cuma buat nongkrong tapi juga bisa jadi sarana anak-anak muda nongkrong tapi berfaedah entah nongkrongnya sambil ngaji, atau diskusi tentang keislaman.
Dan, memang ya realitas bahwa kita ini merdeka tidak selalu indah. Justru tampak jelas ketika kita melihat dari sisi terdalamnya, dimana masih banyak orang ada dalam garis kemiskinan dan belum tuntas untuk disejahterakan. Ini nggak cuma PR pemerintah tapi kita bersama. 😉
Eh kemarin pas ke Dieng aku sempet makan Soto Ayam dan itu letaknya di halaman masjid lho. Mungkin ini bisa jadi salah satu contohnya yaa.
Huah, masalah kemiskinan ini memang miris banget mbak. Jomplang banget gapnya antara yang miskin, kaum menengah dan yang kaya. Bukan cuma yang miskin juga yang kasian, tapi juga kaum menengah ini, karena terhimpit. Mau dapet bantuan tapi kok hidupnya masih layak, tapi dibilang bisa segalanya juga enggak.
Alhamdulillahnya masyarakat kita memang dermawan ya, jadi walaupun sebetulnya masalah kemiskinan ini cukup mengkhawatirkan, tapi terobati dengan saling membantunya. Apalagi dompet dhuafa bisa menjadi jalur yang sudah sangat terpercaya sehingga bisa membantu dengan sasaran yang tepat.
Nah itu dia mbak. Njomplangnya tuh kelihatan banget pas beneran terjun ke lapangan. Kalau lihat di media sosial tuh kadang kita kan bias ya. Ya, kita tahu lah di medsos mah yang indah-indah bae. 🙁
Bagusnya ada program-program kayak dompet dhuafa gini, jadi bisa saling menguatkan antara mereka yang berkecukupan dengan mereka yang membutuhkan. Dompet Dhuafa ini jadi jembatan edukasi dengan basis empati. Apalagi namanya sudah nggak diragukan lagi sebagai organisasi filantropi. 😉
ayo dipraktikan juga di tempat kita sendiri kalau mesjid bisa jadi sentra perekonomian selain sebagai pusat dakwah
kemiskinan tidak hanya cukup dibahas tapi perlu tindak nyata juga
Menarik temanya ya, betapa pentingnya merdeka dari kemiskinan dalam arti luas, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga mental dan spiritual.Sinergi lintas sektor itu perlu, termasuk peran filantropi, masjid, dan elemen masyarakat lainnya dalam upaya pemberdayaan. Sehingga perlu gerakan perubahan yang mengangkat martabat bangsa melalui filantropi seperti yang dilakukan Dompet Dhuafa selama ini
Setuju Mbak Dian,
Merdeka yang dimaksud bukan hanya tentang bebas dari penjajahan aja, tetapi juga bebas dari kemiskinan. Ini yang perlu terus didukung agar mengentaskan kemiskinan bukan sekadar impian
saya paling cengeng kalau denger lagu nasional Gugur Bunga, pasti mrebes mili
tapi kalau denger lagu semangat macam halo-halo bandung, maju tak gentar, garuda pancasila dll gitu bawaannya malah pengen maju dan angkat tangan macam pahlawan kemerdekaan kalau ketemu sesama sambil acungkan tangan bilang sekencangnya “Merdeka!” hehe…
tapi pasti dong jadi pengen berbuat sesuatu buat bangsa juga, tidak kalah dari pahlawan yg sudah gugur membela negara demi kemerdekaan…
Aku berharap dompet dhuafa akan tetep independen. Ga diambil alih pemerintah. Krn kalo iya, aku auto kabur dari transfer zakat, sedekah dan wakafku dr DD. Ga bakal percaya kalo pemerintah yg pegang. Dah capek Ama semua kebijakannya yg pro koruptor.
Itulah mirisnya ya mba. Negara muslim terbesar, tp kemiskinan kok tinggi. Zakat dikasih rutin, bayangin berapa yg bisa didapat utk membantu para fakir miskin. Berarti memang ada yg salah Ama sistem kita 😞.
Semoga saja DD bisa membantu untuk ikut menuntaskan kemiskinan ini
Nah, aku pun mikirnya gitu mba. Kayaknya DD better tetap independen aja. Soalnya kalau ada turut campur pemerintahan adududu 😆 tau lah sekarang kayak gimana yak.
Tapi tetap salut sih sama kiprah DD dalam upaya mengetas kemiskinan, beneran konsisten dan terpercaya oleh para donaturnya. Bersyukur masyarakat Indonesia ini dermawan, masih mau membantu sesama dan kayaknya kompak dari kalangan biasa sekalipun.
Kalau saja pemerintah mau dan berani menindak tegas SEMUA koruptor, Indonesia akan maju banget. Rakyat juga makmur dan sejahtera. Sayangnya … ya kita tau sendiri gimana faktanya, bahkan duit zakat di suatu lembaga pun dikorupsi. Astagfirullah. Untuk urusan infak zakat sedekah, jujur aja sih aku lebih percaya pada lembaga seperti Dompet Dhuafa ini.
Keren nih, ternyata inisiator Dompet Dhuafa Bapak Parni Hadi
Dulu sering lihat beliau di televisi
Dompet Dhuafa emang visioner, bertujuan memberdayakan umat Islam melalui ziswaf
Karena itu menggelar dialog kebangsaan
Sesuai tujuan founder NKRI mengentaskan rakyat dari kemiskinan dan kebodohan
Daku setuju itu, budaya bukan cuma tentang seni, tetapi ada hal tentang perilaku. Ini perlu pembiasaan yang baik sehingga dapat melahirkan budaya yang baik pula ya.
Semoga kegiatan dari DD ini terus berkelanjutan, karena pasti banyak insight yang bisa dibagikan
Peringatan HUT RI ke-80 jadi makin bermakna dengan adanya sarasehan yang menghadirkan tokoh bangsa. Semoga diskusi ini bisa melahirkan gagasan baru untuk memperkuat persatuan dan meningkatkan kepedulian sosial
Aaamiinn
Gagasan baru dan juga hati yang baru untuk menjalankannya
Sebab hati yang tadinya kotor bisa saja menggoda untuk melakukan apa saja yang buruk dengan tameng peduli sosial
Banyak banget ilmunya dari artikel ini mbak. Aku jd dapet insight baru ttg positive liberty yg selama ini sepertinya memang kurang difokuskan pemerintah.
Aku setuju dengan statment “kemerdekaan sejati adalah saat seluruh rakyat terbebas dari belenggu kemiskinan”. Dan kemiskinan itu bukan hanya soal harta, tp juga mental dan akal. Masih bnyaknya pengangguran, angka putus sekolah dan koruptor, menurutku juga tanda “kemiskinan” yg harus diberantas. Kadang merasa sedih sih 80 tahun Indonesia ini, belum betul² merdeka sejati…
Tema yang menarik untuk dibahas dalam rangka peringatan 80 tahun Indonesia merdeka. Tenryata setelah 80 tahun merdeka pun rakyat Indonesia masih banyak yang berada di garis kemiskinan dan mengalami kesulitan ekonomi. Sudah begitu korupsi masih terjadi di segala lini. Menyedihkan sekali.
Semoga apa yang dilakukan Dompet Duafa bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini.
DD always daebaakk
kalo bikin program kemanusiaan tuh nyata dan tepat sasaran.
sarat manfaat juga.
acara seperti ini juga bisa bangkitkan optimisme.
walo pemerintul bener² bikin istighfar mulu
tapi DD bs bangkitkan secuil harapan.
makasiii DD
Sepakat, negeri ini memang sudah merdeka namun secara finansial masih banyak rakyat terbelenggu dalam rantai kemiskinan. Syukurlah sesama masyarakat banyak yang saling peduli. Maka tak heran kalau Indonesia warganya disebut dermawan.
Di usia kemerdekaan ke-80 kita semua sadar, bahwa negeri tercinta masih di carut-marut oleh koruptor yang tidak punya rasa malu serta tamak. Semoga saja mereka semua sadar dan kembali ke jalan yang benar. Meretaskan kemiskinan melalui lembaga seperti Dompet Dhuafa memang bisa diandalkan sekali. Apalagi ada proses launching buku yang bisa dipelajari oleh banyak orang. Yuk sama-sama saling bahu membahu meretaskan kemiskinan di negeri ini. Negeri yang katanya kekayaan alamnya melimpah ruah 🤩
Semangat & semoga segera merdeka dari segala belenggu kemiskinan 🇮🇩
Data kemiskinan antara BPS dan World Bank kok beda ya? Tapi, meskipun beda, intinya tetap sama. Angka kemiskinan di Indonesia tetap saja tinggi.
Ngelus dada melihat angka kemiskinan dan perbedaannya itu. Terbayang bagaimana pelosok daerah yang pernah aku kunjungi. Sebuah pekerjaan yang butuh komitmen tinggi untuk mengurangi angka itu.
Setuju dengan dibilang kalau budaya itu bukan hanya soal seni tapi juga prilaku. Menarik sekali perjalanan dompet dhuafa dibuatkan buku. Semoga banyak dibaca orang dan membawa inspirasi kebaikan.
Semoga juga semua program dompet dhuafa untuk memperjuangkan merdeka kemiskinan diberi jalan kemudahan. #amin
Dialog yang sangat keren ya Mbak. Membahas soal kemiskinan di Indonesia yang sebenarnya masih menjadi PR Bangsa Indonesia di tengah kelimpahan alam Indonesia. Nah salah satunya karena pembangunan tak merata. jadi kesejahteraan pun tak merata. Alhamdulillah masih banyak orang dermawan yang menyisihkan hartanya untuk berbagi sesama. Dan dompet dhuafa menjembatani menyalurkan kepada orang-orang yang berhak menerima juga digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat untuk tercapainya kesejahteraan.
Konsep angkringan di Masjid pastinya ciamiikkk sih.
Aku pernah melihat langsung pas di Majid Jogokariyan Jogja.
Beugghhh keren sangaaattt utk pemberdayaan ekonomi warga setempat.
Masaaaa subuh tuh FULL loh sholat jamaah, padahal bukan Ramadan.
dan pasca subuhan, dah buanyaaaakkk pejuang UMKM (yg juga warga sekitar) langsung nggelar dagangannya.
Wenaaakk, murah, HALAL dan THOYIB 🙂
Perayaan kemerdekaan jadi momen yang tepat untuk menggelar acara sarasehan seperti ini ya mbak
Dialog antar tokoh bangsa ini semoga bisa menjadi penyemangat untuk bisa mengisi kemerdekaan dgn lebih semangat ditengah situasi bangsa yang seperti ini
Program-program Dompet Dhuafa ini banyak dan berdampak luas.
Pernyataan ‘kemerdekaan sejati adalah saat seluruh rakyat terbebas dari belenggu kemiskina’ memang benar adanya. Semoga Indonesia segera meraih kemerdekaan yang hakiki
Diantara carut-marut situasi saat ini, Dompet Dhuafa menjadi angin segar untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan, DD tak hanya kasih bansos atau ikan tapi juga alat pancing untuk memberdayakan masyarakat menengah ke bawah… keep their great job..
Aku tuh sebenarnya fokus sama rakyat di pelosok
Kalau lihat di Istana semua seperti tanpa masalah dengan joget, potret yang sakit, tidak bisa mencari nafkah, diPHK perusahaan dan kesusahan lainnya, saya jadi berpikir merdeka dari penjajah memang iya tapi merdeka dari penguasa belum sama sekali
Hmm… abot ya nek dibahas tapi semoga DD nih bisa membuka mata petinggi di atas sana supaya sadar bahwa mereka punya kewajiban untuk membantu rakyat kecil
Lengkap banget pembahasannya mbak. Dan aku, lebih senang menyoroti tentang peran masjid terhadap sekitar. Saat baca ada masjid di Mojokerto yang menyediakan angkringan sebagai sarana masyarakat untuk berkegiatan produktif dan positif aku suka banget. Kadang, masjid ini saat pembangunan melakukan pengumpulan dana hingga ke jalan, tapi ironisnya sebagian masjid bahkan tidak dapat digunakan oleh para pejalan.
Aku sendiri beberapa kali saat safar dan mampir ke satu masjid, eh digembok bahkan mendekati waktu salat. Belum lagi keadaan toiletnya memprihatinkan. Padahal masjid itu bisa dijadikan tempat beristirahat sejenak bagi orang yang lagi safar.
Tentang ajakan derma yang ada di Alquran juga bener. Kadang, ditemukan orang berduit yang dermawan jauh di tempat lain sementara di sekitar rumahnya masih banyak yang membutuhkan. Makanya kadang ironis, dan secara gak langsung berkaitan dengan makin melonjaknya angka kemiskinan. Maksudku, kalau ada orang tajir yang memberdayakan orang di sekitarnya, dan orang itu jadi mampu menghidupi keluarganya dengan layak maka secara gak langsung memudahkan mereka untuk keluar dari kemiskinan kan ya.
Baca tulisan April ini rasanya kayak diajak duduk bareng sambil ngobrolin hal-hal besar dengan cara yang dekat dan manusiawi. Kesimpulannya bikin hati hangat lho, jadi reminder bahwa kita nggak sendirian dalam perjuangan ngelawan kemiskinan. Dompet Dhuafa diangkat bukan cuma sebagai lembaga, tapi seperti sahabat yang ngajak bareng-bareng nyari solusi. Salut sama semangat DD buat jadi mitra pemerintah, bukan saingan. Semoga makin banyak gerakan seperti gini yang bikin kita nggak cuma merdeka secara politik, tapi juga secara ekonomi dan batin.
Abgka kemiskinan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Semoga masih terus punya semangat untuk saling membantu. Penyalurannya melalui Dompet Dhuafa aja. Karena bisa dipercaya.
Setuju banget, merdeka di usia yang sudah 80 tahun tapi masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Semoga Dompet Dhuafa terus tumbuh, selalu hadir menjadi perpanjangan tangan untuk memberdayakan umat.
datanya kok jomplang banget yaa mba antara BPS dan World Bank secara sekarang kondisi ekonimi juga sedang tidak baik2 saja dan banyak PHK disana sini..dan yang lebih miris kita sebagai negara muslin yang katanya suka bersedekah namun kenapa nilai kemiskinannya masih setinggi ini…
dan sepertiny aini jug asemacam kemerosostan di tahun 1990 kita pernah dinobatkan sebagai negara berkembang yang banyak mengentaskan kemiskinan namun mengapa saat ini malah kembali terpuruk..
semoga dompet dhuafa selalu dengan visi misinya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dengan cara penyaluran dana yang tepat sasaran
Acara yang menarik. Aku setuju kalau Dompet Dhuafa ini gak memihak ke politik. Harus jadi lembaga independen karena kan ngelola dana umat. Jangan ada campur tangan macam-macam biar sesuai jalur yang benar
mendengar mereka bicara dan melihat kondisi saat ini mau marah tapi ga tahu harus dilepaskan kemana. mau berbuat sesuatu juga masih hal kecil yg bisa lakukan. hanya berdoa dengan semangat dan keyakinan bahwa Indonesia akan baik2 saja jika dikelola dengan baik oleh komunitas2 muslim dalam hal menggalang dana zakat dll.
Kemiskinan adalah masalah yang disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang paling sering menyebabkan banyaknya kemiskinan adalah kurangnya kualitas pendidikan serta minimnya lapangan pekerjaan. Pemerintah dan masyarakat perlu bersinergi lebih untuk bisa menciptakan program yang memberdayakan.
Kalau dipikir2 aneh juga yaa… negara kaya raya dan banyak orang kaya di Indonesia, tapi orang miskin koq masih dimana2. Ada ketidakseimbangan dalam pemerataan kesejahteraan yaaa berarti. Jadi ngebandingin dengan negara lain yang senegara makmur sejahtera semua. Penginnya gitu yaaa..
Semoga dengan gerakan kebangsaan untuk mengentaskan kemiskinan ini, nasib warga negara makin membaik dan makin berdaya.
Dompet Dhuafa merupakan salah satu lembaga yayasan amal terbaik di Indonesia. Kegiatan dan programnya banyak dan sudah memberi kebermanfaatan kepada masyarakat luas. Saya ingatnya dulu Dompet Dhuafa itu diinisiasi oleh Republika yaa.
senang banget ya Dompet Dhuafa ini semakin banyak programnya yang bermanfaat bagi banyak masyaraat, termasuk menggelar sarasehan tokoh bangsa yang pastinya juga memberikan edukasi banyak hal sama masyarakat Indonesia, selamat juga untuk Dompet Dhuafa atas peluncuran bukunya, semoga bermanfaat dan jadi penasaran
Kalau ngomongin kemiskinan ini memang kompleks ya Kak. Semua elemen harus ikut ambil bagian dalam menuntaskan kemiskinan.
Alhamdulillah ada lembaga filantropi seperti Dompet Dhuafa ini untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat. Belum lagi para narasumber yang memberikan banyak wawasan dan sudut pandang baru bagi Teddy.
Untuk saat ini pemerintah kita memang amat tak bisa diandalkan. Semoga kedepannya kita bisa mengatasi masalah kemiskinan di negeri ini.
insightful banget acaranya. Membahas kemiskinan dari berbagai sudut pandang tokoh bangsa itu penting. Apalagi sinergi antar pihak itu kuncinya ya. Salut sama Dompet Dhuafa yang bisa ngumpulin semua anak bangsa yang luar biasa
Bagus nih yang begini. Apalagi di masa kayak begini. Butuh banget nih kita diskusi tentang bangsa. Mengumpulkan aspirasi dan lalu disampaikan ke pihak-pihak terkait. Terlebih di masa kayak sekarang, tingkat kemiskinan kayaknya semakin tinggi. Dengan diskusi, dan lalu dibuat solusi nyata, semoga kemiskinan di negara kita bisa semakin turun.