ā€œTangannya lengkap ya, Bu. Ada dua. Kakinya juga. Tuh, lihat anaknya nendang, Bu? Aktif sekali. Kerasa, nggak? Ini, monasnya kelihatan jelas, ya. Ibu mau dengar detak jantungnya?ā€

Pernyataan-pernyataan maupun pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah hal lumrah yang dilontarkan oleh dokter kandungan kepada ibu hamil yang tengah menjalani pemeriksaan ultrasonogafi (USG). Apabila hasil USG-nya bagus, maka ibu hamil pun akan makin merasa siap untuk menyambut kehadiran buah hatinya. Sebaliknya, apabila, hasilnya kurang sesuai harapan, maka dokter bisa cepat memberikan solusi untuk kebaikan ibu dan janin, sehingga ada nyawa yang akan terselamatkan.

Ibu hamil di pulau terpencil yang tak pernah melihat janinnya

Bayangkan, jika seorang ibu hamil tak pernah menjalani pemeriksaan USG, apa yang akan terjadi? Bisa jadi setelah 9 bulan berlalu, proses persalinannya salah. Harusnya bayinya dilahirkan dengan operasi caesar, malah merasa baik-baik saja dengan lahiran per vaginam. Padahal, fatal akibatnya buat ibu maupun bayinya.

Di sisi lain, kecemasan demi kecemasan melanda. Ibu hamil bertanya-tanya, apakah janinnya baik-baik saja di dalam rahim? Apakah semua organnya normal? Jenis kelaminnya perempuan atau laki-laki? Bisakah nanti dia melahirkan dengan selamat tanpa kendala?

Kenyataannya, masih banyak ibu hamil mengalami kondisi tersebut. Tidak bisa USG untuk mengecek kondisi kehamilannya, hanya karena peralatannya tak tersedia di klinik medis yang ada di daerahnya.

Kepulauan Banda di Maluku Tengah, salah satu daerah yang masih terbatas fasilitas medisnya. Sumber gambar: Wikipedia.

Yaaa, begitulah realita yang banyak terjadi di daerah-daerah terpencil di Indonesia, khususnya di pulau-pulau yang terpisah oleh lautan dari daratan utama. Kondisi infrastruktur medis Ā di daerah semacam itu biasanya sangat minim. Tenaga medis atau dokter pun masih sangat terbatas, membuat masyarakat di sana kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai. Situasi yang pastinya enggak mudah buat ibu-ibu hamil di daerah-daerah tersebut.

Buat sebagian mereka untuk periksa ke rumah sakit di kota butuh effort yang tak sedikit. Baik itu secara fisik, karena kebanyakan fisik ibu hamil yang lebih lemah, juga karena faktor materi di mana biaya periksa USG biasanya tidak murah. Sepertinya, bagi mereka, bisa kontrol kehamilan di klinik bidan atau puskesmas saja udah alhamdulillah.

Namun, sebaiknya, jangan ikut meromantisasi buruknya fasilitas medis buat ibu hamil seperti itu. Tentu saja hal semacam itu tidak benar. Ibu hamil di manapun di negeri ini seharusnya berhak mendapatkan fasilitas pemeriksaan yang layak.

Dokter puskesmas dan USG kelilingnya

Beruntung buat-buat ibu hamil di Kepulauan Banda, Maluku Tengah, ada seorang dokter muda yang bertugas di salah satu puskesmas di sana, yang memperjuangkan pemeriksaan USG buat mereka. Namanya dr. Ikram Syah Maulana.

Suatu waktu, dr. Ikram Syah Maulana yang sehari-harinya bertugas sebagai dokter umum di Puskesmas Waer Kecamatan Banda sepertinya berpikir, ā€œApabila ibu-ibu hamil tersebut tidak bisa datang untuk diperiksa dengan USG, maka mesin USG-nya lha yang sebaiknya menghampiri mereka.ā€

dr. Ikram Syah Maulana saat bertugas. Sumber gambar: Instagram @ikramsyah_maulana.

Semesta pun mendukung. Di era sekarang, di mana teknologi medis makin maju, sudah ada alat USG portable. Puskesmas Waer mendapatkan alat ini dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2023. Sesuai namanya, alat USG ini lebih kecil dan ringan jika dibandingkan USG konvensional, sehingga memudahkan tenaga medis untuk membawanya ke daerah yang masih minim fasilitas kesehatan. Meskipun portable, alat USG ini tetap bisa menghasilkan gambar berkualitas tinggi, sehingga memungkinkan diagnosis yang tak kalah akurat.

Berbekal alat USG portable tersebut, dr. Ikram Syah Maulana bersama rekan-rekan tenaga medis di puskesmas tempatnya bekerja mendatangi ibu hamil untuk di-USG. Aktivitas ini diyakini lebih efektif, ketimbang harus menunggu ibu hamil datang periksa ke puskesmas atau rumah sakit yang ada di daratan (pulau utama).

FYI, Kepulauan Banda di Maluku Tengah tempat di mana dr. Ikram Syah Maulana bertugas terdiri dari beberapa pulau, yakni pulau utama adalah Pulau Banda Besar dan Pulau Bandar Neira. Di kedua pulau ini, fasilitas kesehatan buat ibu hamil sudah ada puskesmas, rumah sakit, dan klinik bidan. Namun, di pulau-pulau kecil di sekelilingnya seperti Pulau Hatta, Pulau Pisang, Pulau Ay, Pulau Run, dan pulau-pulau kecil lainnya belum ada. Ibu-ibu hamil yang tinggal di pulau-pulau kecil tersebut agak susah datang ke daratan (pulau utama), karena berbagai kondisi.

Salah satunya, seperti yang saya singgung sebelumnya, fisik ibu hamil sungguh berbeda dengan sebelum kehamilannya. Ada kalanya fisiknya mengalami penurunan, karena mengalami komplikasi akibat kehamilannya. Komplikasi ini biasanya terjadi karena faktor usia, gizi, gaya hidup yang tidak sehat, hingga penyakit bawaan.

Alat USG sangat penting untuk mendeteksi kesehatan kehamilan. Sumber gambar: Instagram @ikramsyah_maulana.

Nah, dengan kondisi seperti itu, ditambah dengan kemungkinan cuaca atau ombak laut yang kurang bersahabat membuat ibu hamil yang tinggal di daerah kepulauan berisiko tinggi untuk datang ke klinik atau puskesmas atau rumah sakit yang ada di daratan. Maka, sudah tepatlah keputusan dr. Ikram Syah Maulana dan tim untuk jemput bola pasiennya.

Tak jarang untuk menuju ke rumah ibu hamil yang membutuhkan pemeriksaan USG, dr. Ikram Syah Maulana membutuhkan waktu 12 jam naik kapal di tengah lautan yang ombaknya cukup besar. Itu pun kadang tak langsung sampai tujuan, melainkan juga dilanjutkan dengan perjalanan darat dengan menggunakan roda dua.

Oh ya, jangan dikira USG portable yang berukuran kecil itu bobotnya ringan. Memang, lebih ringan jika dibandingkan mesin USG konvesional, tetapi tetap saja berat jika dibawa ke mana-mana. Bobot USG portable umumnya sekitar 4,5 – 6,5 kg. Belum lagi ditambah berat dari tas atau ransel berisi peralatan medis lain dan obat-obatan yang dibawanya.

Saat dinas di Pulau Hatta. Sumber gambar: Instagram @ikramsyah_maulana.

Meski begitu, perjalanan yang demikian panjang dan berat itu tak membuat semangat dr. Ikram Syah Maulana dan tim surut. Mereka berkeyakinan dengan membuat ibu hamil cek USG, maka akan ada dua nyawa atau bahkan lebih jika bayinya kembar, yang bisa diselamatkan.

Iya, USG portable pun bisa mendeteksi kehamilan kembar. Bisa pula memantau kalau ada kondisi-kondisi abnormal pada kehamilan, seperti kelainan janin (kemungkinan down syndrome, kelainan jantung bawaan, dll), masalah plasenta, kelainan pada organ ibu seperti kista, serta kemungkinan hamil di luar rahim.

Dengan ketepatan pemantauan menggunakan alat USG tersebut, maka dr. Ikram Syah Maulana dan tim bisa menghindarkan ibu hamil dari persalinan yang keliru. Nyawa-nyawa yang tadinya sempat terpinggirkan oleh sistem (kesehatan) tersebut bisa selamat dan berkesempatan menyambut masa depannya.

Mengutip quote tentang kehamilan dari Deepa Chopra, seorang penulis India-Amerika, bahwa:

ā€œSetiap anak memulai dunia yang baru, tidak hidup dan belum terjamah, dan kelahirannya berarti menciptakan masa depan.ā€

Seberharga itu nyawa ibu hamil, juga nyawa bayinya. Alhamdulillah, karena mendapatkan pemeriksaan USG dari dr. Ikram Syah Maulana dan tim, maka hal-hal buruk pun bisa dicegah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku, pada tahun 2023, angka kematian bayi di provinsi ini turun drastis hingga 80% dalam 50 tahun terakhir (periode 1971-2022), sedangkan angka kematian ibu (AKI) tercatat sebanyak 261 kematian per 100.000 kelahiran hidup (2023).

Kabar BPS tersebut tentu sedikit melegakan, karena lebih banyak nyawa yang masih bisa diselematkan.

Sungguh luar biasa ya, semangat dan pengabdian dr. Ikram Syah Maulana dan rekan-rekannya di Puskesmas Waer?

Penghargaan SATU Indonesia Awards untuk dr. Ikram Syah Maulana

Tak berhenti berpuas diri dengan melakukan USG keliling, dr. Ikram Syah Maulana juga aktif memberikan penyuluhan terkait kesehatan ibu hamil dan umum. Baik melalui seminar, konsultasi, hingga membuat konten di media sosial.

Teman-teman bisa mengecek kiprah dr. Ikram Syah Maulana sebagai kreator konten, edukator, sekaligus influencer kesehatan di Instagram-nya @ikramsyah_maulana atau Tiktok-nya @dr.ikramsyah_maulana. Banyak konten-konten menghibur, sekaligus mengedukasi tentang kesehatan di akunnya.

Tujuan dokter yang pernah meraih Runner Up II Putera Bahari Maluku 2019 Ā ini membuat konten edukasi kesehatan di media sosial sebenarnya adalah ingin merangkul generasi muda agar tak terpengaruh hoax kesehatan. Hal tersebut didasari oleh pengalaman pribadinya ketika menyelenggarakan sosialisasi tentang vaksin, hanya segelintir orang yang hadir. Itupun hanya orang-orang lanjut usia dan perangkat desa, sementara anak mudanya tidak ada yang tertarik untuk datang. Padahal, menurutnya akan sangat bagus kalau anak-anak muda hadir dan mendengarkan terkait sosialisasi di bidang kesehatan itu, sebab mereka bisa berperan mengedukasi lingkungannya juga.

dr. Ikram Syah Maulana ingin mengedukasi anak muda agar tidak termakan hoax kesehatan.Ā Sumber gambar: Instagram @ikramsyah_maulana.

Saat ini, sebagian tujuannya telah tercapai. Banyak anak muda menyimak konten-kontennya di media sosial dan mulai teredukasi tentang apa yang salah dan benar mengenai isu-isu kesehatan.

Berkat dedikasinya menyelamatkan ibu hamil dan janinnya, maka dr. Ikram Syah Maulana mendapatkan ganjaran berupa penghargaan SATU Indonesia Awards di Bidang Kesehatan dari PT Astra International TBK. Penghargaan SATU Indonesia Awards sendiri merupakan apresiasi dari PT Astra International TBK untuk anak-anak muda Indonesia yang mempunya prestasi dan kontribusi positif di berbagai bidang seperti kesehatan, lingkungan, pendidikan, teknologi, dan kewirausahaan. Ajang pemberian penghargaan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2010 hingga sekarang.

Semoga penghargaan ini makin menyalakan semangat dr. Ikram Syah Maulana dan rekan-rekan tenaga medisnya di Puskesmas Waer berkeliling Kepulauan Banda menjumpai ibu-ibu hamil yang membutuhkan layanan USG kelilingnya. Meski demikian, saya juga berharap pemerintah makin memberikan perhatian berupa penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang lebih baik lagi di wilayah Maluku Tengah, supaya meringankan pekerjaan dr. Ikram Syah Maulana dan rekan-rekannya juga. Semoga, ya.

April Hamsa

#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia

Sumber referensi:
https://ambon.antaranews.com/berita/152331/bps-kematian-bayi-di-maluku-turun-80-persen-dalam-50-tahun-terakhir
https://ombudsman.go.id/perwakilan/news/r/pwkmedia–layanan-kesehatan-di-kepulauan-maluku-masih-terkendala-ombudsman-ri-desak-perbaikan
https://ambon.tribunnews.com/2021/02/22/anak-muda-jarang-ikut-sosialisasi-jadi-alasan-dokter-asal-ambon-bagi-tips-kesehatan-di-tiktok

 

 

 

 

 

Categorized in: