Jika ada aktivitas di sekitaran Jakarta Pusat, saya kerap melewati sungai yang ada di kawasan Taman Kebon Sirih. Nggak tahu apa nama sungainya. Hanya saja, dari atas kendaraan yang saya naiki, saya sering melihat bangunan resto yang namanya unik, Kedai Sirih Merah. Eh, tak hanya namanya yang unik, tetapi bangunan resto Kedai Sirih Merah juga. Bentuknya seperti bangunan rumah-rumah tempo dulu.

Kedai Sirih Merah tampak depan.

Pernah suatu kali ketika melewati Kedai Sirih Merah ini saya membatin, “Kapan-kapan mampir ke sana, ah.” Soalnya, setiap saya ada kegiatan di Jakarta Pusat biasanya kalau laper melipirnya ke salah satu restoran cepat saji. Penasaran kepengen mencoba makanan di Kedai Sirih Merah ini, sayangnya belum ada kesempatan mampir.

Sampai suatu hari, salah seorang teman blogger, Mbak Mia ngajakin di salah satu WAG untuk mencicipi menu di resto Kedai Sirih Merah, sekaligus merayakan ulang tahun resto ini yang ke-8 tahun. Eh, ke mana aja, saya selama ini? Ternyata teman-teman “blogger lawas” berhubungan baik dengan Kedai Sirih Merah ini. Pantes, beberapa kali saya melihat beberapa teman makan di resto ini. Relasi itu bahkan sudah  berjalan bertahun-tahun lamanya. Ealah, eike kudet. Tahu gitu kan, nggak akan ragu buat mampir ke Kedai Sirih Merah ini 😀 .

Menghadiri acara ulang tahun Kedai Sirih Merah.

Yawdalah ya, meski terlambat, akhirnya kenalan dengan Kedai Sirih Merah ini. Untuk pertama kalinya tanggal 13 Desember kemarin saya menginjakkan kaki ke sana, menghadiri perayaan ulang tahun resto ini.

Suasana dan interior resto Kedai Sirih Merah

Sampai sana, rasa penasaran saya selama ini mengenai dalemannya resto terjawab. Begitu masuk langsung terlihat perpaduan nuansa peranakan Tionghoa bercampur dengan kebudayaan Indonesia. Ini sebelum cerita soal menu makanan di sana, saya mau cerita dulu mengenai suasana dan interior resto-nya ya.

Begitu masuk ke dalam, nanti pengunjung akan langsung melihat dua ruangan yang seolah-olah menyatu, karena hanya dipisahkan oleh dinding yang tidak full di kanan kiri. Nggak ada pintu juga, sih. Cuma ada gorden buat pembatas yang dibiarkan terbuka.

Di ruangan pertama tempat pengunjung masuk pertama kali, langsung terlihat meja kasir di sebelah kanan. Kemudian, ada jendela besar juga masih sederet meja kasir dan ada satu meja makan yang muat dua kursi di meja itu.

Meja makan di ruangan pertama begitu pengunjung masuk restoran.

Pandangan mata saya tertarik dengan gordennya yang terlihat sangat vintage. Mengingatkan saya pada gorden zaman dulu di rumah nenek.

Di seberang meja makan yang mungil itu terdapat dua meja makan yang lebih besar. Setiap meja bisa untuk empat orang pengunjung. Terdapat lukisan besar yang sepertinya berlatar belakang museum yang ada di Kota Tua dengan gambaran orang-orang Tionghoa dan pribumi yang ada di halaman museum itu.

Lukisan yang menambah kesan restoran peranakan.

Kemudian, masuk ke ruangan kedua yang masih terkoneksi dengan ruangan pertama tadi. Sebenarnya kalau di hari biasa di ruangan ini juga ada beberapa meja makan untuk pengunjung bisa dine in. Hanya saja, hari itu kan ada acara ulang tahun, maka ruangan ini ditata sedemikian rupa untuk meletakkan meja panjang tempat menaruh hidangan prasmanan untuk tamu undangan acara ulang tahun.

Ruangan kedua yang masih terkoneksi dengan ruangan pertama tadi.

Yang bisa saya ceritakan di ruangan kedua ini terdapat lukisan besar yang sepertinya juga menggambarkan salah satu sudut Kota Jakarta zaman dahulu. Di atas lukisan terdapat dua kipas merah besar yang menguatkan bahwa resto ini mengangkat budaya peranakan. Begitu pula meja hias di bawah lukisan yang penuh hiasan guci dan maneki neko yang dipercaya bisa menarik pelanggan datang.

Dari ruangan kedua ini, mari saya ajak geser ke arah kiri. Di sini ada ruangan ketiga yang mengingatkan saya kepada area ruang makan di rumah-rumah lawas. Terdapat meja makan besar dengan enam buah kursi. Di sekelilingnya terdapat dua lukisan besar dan dua meja yang penuh dengan hiasan vintage.

Ruangan ketiga di bagian tengah restoran.

Dari ruangan ketiga, ada pintu di sebelah kiri yang akan membawa kita ke ruangan yang punya jendela yang terlohar dari depan teras luar resto. Satu pintu lagi yang di kanan akan membawa kita ke halaman belakang resto.

Untuk ruangan yang ada jendelanya tadi, sepertinya kalau hari biasa juga dipakai untu pengunjung dine in. Namun, khusus hari itu, ruangan tersebut dipakai sebagai ruang untuk kegiatan talkshow.

Foto bareng Bapak Silih.

Oh ya, dalam rangka ulang tahunnya, Kedai Sirih Merah mengundang seorang pembicara yakni pakar branding yang bernama Bapak Silih Agung Wasesa.  Jadi, selain menikmati sajian makanan khas Kedai Sirih Merah, tamu undangan yang datang hari itu belajar tentang personal branding dari ahlinya.

Okey, lanjut ke ruangan yang pintunya di kanan ruangan ketiga tadi ya. Ternyata, kita dibawa ke semacam teras yang semi outdoor. Di sini juga terdapat beberapa meja untuk pengunjung menikmati hidangan. Terdapat dekorasi pepohonan dan tanaman di sini. Trus, di beberapa tiang disediakan colokan listrik. Jadi, kalau misalnya teman-teman datang ke restoran ini untuk WFA kayaknya cocok, deh.

Ruang makan di halaman belakang.

Ada pula semacam gazebo yang atapnya seperti atap pagoda. Di bawah naungannya terdapat meja makan yang muat enam orang tamu.

Tak ketinggalan, hiasan-hiasan lampion juga dipajang di langit-langit. Lalu, karena sebentar lagi adalah Hari Natal, maka Kedai Sirih Merah juga memajang hiasan pohon natal lengkap dengan hadiah-hadiahnya.

Lalu, di area ini terdapat beberapa ruangan. Kalau saya nggak salah denger katanya sih itu ruang yang biasa dipesan pelanggan untuk pertemuan privat seperti meeting. Saya lupa ada berapa ruangan, sepertinya 3-4 ruangan. Namun, saya sempat memotret bagian dalam salah satu ruangannya. Ternyata di dalamnya ada meja makan besar melingkar yang muat enam orang. Dindingnya bernuansa merah dan oranye yang khas peranakan sekali.

Ruang meeting.

Jadi, ruang buat dine in-nya menurut saya cukup luas. Pengunjung bisa makan di mana saja sesuai kebutuhan.

Fasilitas yang saya ketahui ada di Kedai Sirih Merah ini ada dua toilet. Kemudian, ada mushola juga.

Menu makanan di Kedai Sirih Merah

Sebelumnya, sorry, belum bisa cerita banyak mengenai menu makanan di Kedai Sirih Merah ini, karena kebetulan kemarin saya enggak membaca buku menunya. Jadi, saya akan cerita menu makanan yang saya makan selama menghadiri acara perayaan ulang tahun Kedai Sirih Merah saja ya.

Makanan asam iga.

Pertama adalah makanan asam iga. Ini tuh rasa kuahnya manteb banget, asem agak pedas, dan asinnya pas. Kalau sudah menyendok kuahnya rasanya enggak mau berhenti. Lalu, dagingnya juga empuk di mulut.

Beberapa menu makanan yang dihidangkan ketika acara ulang tahun.

Untuk sayurannya, waktu itu saya makan menu buncis bawang putih. Buncisnya dipotong panjang-panjang. Sepertinya cara memasaknya adalah satu buncis dibagi menjadi dua. Bumbu bawang putihnya terasa nikmat.

Kemudian, untuk lauknya saya makan gurami saus mangga. Seperti namanya ini adalah ikan gurami yang sebelumnya digoreng, trus disiram saus mangga. Sebagai orang yang doyan dengan mangga, ini salah satu lauk yang saya suka. Ikannya lembut, tidak basah oleh sausnya. mangganya tidak terlalu asam, berpadu dengan cabe yang pedas.

Suka ayam atau ikan?

Lauk lain yang dihidang saat itu ada tempe tepung dan ayam serundeng. Serundeng dari ayam serundeng ini gurih sekali. Kayaknya, walaupun nggak ada ayamnya, makan serundengnya aja mungkin udah ngrasa enak hehe.

Waktu itu juga dihidangkan mie, saya lupa namanya, mie belacan atau apa gitu, tetapi saya Cuma mencicipi sedikit, karena sudah mengambil nasi putih, hehe.

Mungkin soal menu-menu di sana kapan-kapan akan saya update lagi ceritanya. Alhamdulillah, di perayaan ulang tahun Kedai Sirih Merah kemarin saya dapat rezeki voucher makan di sana. Jadi, insyaAllah dalam waktu dekat akan kembali ke sana. Semoga bisa menceritakan suasana dan menu makanan di resto ketika sedang tidak ada event.

Makanan yang saya nikmati.

Untuk menu-menu lainnya, Kedai Sirih Merah ini jago lho membuat tumpeng dan makanan untuk hantaran. Waktu ke sana kemarin, mereka menunjukkan beberapa tumpeng baik yang terbuat dari nasi kuning maupun mie.

Oh ya, yang unik dari tumpengnya kemarin, mereka tuh pakai garnis bulatan merah-merah yang awalnya saya kira buat cherry. Ternyata, saya keliru, itu bukan cherry, bukan tomat juga, melainkan telur puyuh yang diwarnai merah, hehe. Unik ya.

Untuk hantaran, ada beberapa juga yang di-display. Ada yang buat hantaran natal dan tahun baru. Uniknya hantarannya itu ditempatkan di wadah seperti besek yang dicat sesuai kebutuhan. Ada juga besek yang dibuat seperti rantang.

Aneka tumpeng dan hampers yang bisa dipesan di Kedai Sirih Merah.

Kalau misalnya teman-teman ingin mengirimkan hampers/ hantaran berupa makanan, bisa pesan lho di Kedai Sirih Merah ini.

Yaaa, itu saja sih yang sementara ini bisa saya ceritakan tentang resto peranakan Indonesia Kedai Sirih Merah ini. Nanti, kalau saya ke sana lagi, insyaAllah akan bercerita lebih banyak tentang menu makanannya ya.

April Hamsa