Udah lama banget nggak makan mie Aceh, alhamdulillah, hari ini bisa menikmati kuliner khas Aceh yang satu ini. Kali ini, saya makan mie Aceh di restoran Lampoh BSD City, Tangerang Selatan. Lokasi restoran Lampoh yang kalau di Google maps maupun aplikasi ojol lebih dikenal sebagai Lampoh Coffee ini ada di Jl. Raya Viktor. Jadi, resto ini letaknya di pinggir jalan besar gitu, tak jauh dari Stasiun Rawa Buntu dan Perumahan De Latinos, BSD City.

Restoran Lampoh di BSD City.

Saya tak sendiri datang ke restoran Lampoh ini, melainkan bersama teman-teman blogger, karena mau bareng-bareng mereview produk laptop. Nah, sebelum “kerja”, kami makan dulu. Kan, konsumsi membuat orang jadi terinspirasi dan berprestasi #hallah 😀 .

Sebelum kerja, kulineran dulu.

Sebelumnya, kami masing-masing diberi secarik kertas berisi menu makanan, minuman, dan dessert. Lalu, diminta untuk menceklist pilihan kami. Menu makanan yang tersedia antara lain aneka mie Aceh, nasi goreng, nasi dengan ayam, beef teriyaki, serta savory rice.

Pilihan mie Aceh antara lain: Mie Aceh Millenials, Mie Aceh Seafood, Mie Aceh Daging. Kalau nasi gorengnya ada Nasi Goreng Seafood, Nasi Goreng Kampung, Nasi Goreng Kari. Kemudian ada menu nasi ayam seperti Nasi Ayam Goreng Sambal Matah, Nasi Gurih Ayam Tangkap, dan Nasi Ayam Goreng Sambal Teri Ganja. Untuk savory rice ada dua varian, yakni Savory Rice with  Marrinated Fried Chicken dan Savory Rice with Seasoned Fish Fillet. Tak ketinggalan ada Beef Teriyaki Sambal Matah dan Martabak Kari kambing.

Teras bawah depan.

Untuk pilihan minumannya ada Lampoh Coffee, Kopi Aceh, Kopi Susu, Kopi Sanger, Teh Tarik, Teh Hijau, Chamomile Tea, Jasmine Tea, Lychee Tea, dan Lemon Tea. Lalu dessert-nya ada Ice Cream Chocolate, Ice Cream Strawberry, Donatello Ice Cream, Pisang Goreng Lampoh, Tape Goreng Original, Tahu Cabe Garam, dan Cane Messes.

Sebenarnya, masih ada pilihan menu lain di buku menu. Kalau yang ada di kertas menu adalah beberapa pilihan pengunjung yang memang khusus menyewa lokasi buat event atau meeting.

Pintu masuk restoran Lampoh.

Saya kemudian memilih makan Mie Aceh Daging, dengan minuman Chamomile Tea yang dingin. Lalu, dessert-nya saya pesan Tahu Cabe Garam. Sebenarnya kepengen dessert yang lebih manis, tetapi sebagian besar teman-teman memilih itu, akhirnya saya pilih Tahu Cabe Garam yang asin supaya bisa saling icip-icip 😀 .

Tak lama kemudian, pesanan saya pun tiba. Ternyata lumayan cepet, hehe.

Eh, tapi sebelum saya cerita tentang makanan dan cita rasanya, saya mau ajak teman-teman tour venue restoran Lampoh dulu, ya.

Suasana restoran Lampoh

Sekilas, kalau dari luar, sepertinya restoran dengan bangunan berdinding kecoklatan ini tak terlalu besar. Namun, begitu masuk ke dalam ternyata lumayan luas juga, sih.

Sebelum masuk ke dalam resto, di bagian teras (outdoor) terdapat beberapa bangku yang bisa menampung sekitar 18-20 pengunjung (ada sekitar 20 kursi). Kalau parkiran mobilnya ada di samping kanan resto, ada pula di bagian depan khususnya buat sepeda motor.

Area dining utama.

Lanjut masuk ke dalam resto, ternyata ada dua lantai. Lantai bagian bawah juga lumayan banyak meja dan kursinya.

Pengunjung bisa memilih duduk di dekat jendela sehingga bisa melihat jalan  di luar, bisa juga memilih area tengah, atau area makan yang lebih privat, seperti di bawah tangga atau di balik pembatas dinding. Pembatas dinding di area tengah resto menggunakansemacam rak ambalan dengan hiasan tanaman, kotak-kotak, serta beberapa botol yang diisi cairan warna-warni.

Sofa yang nyaman.

Kursi atau bangku yang tersedia bentuknya bervariasi. Ada yang seperti kursi makan biasa, ada pula yang seperti sofa yang biasanya ada di ruang tamu rumah. Begitu pula mejanya, ada yang kotak, ada yang melingkar. Resto Lampohini juga menyediakan high chair buat pengunjung yang membawa bayi.

Di lantai bawah ini juga bisa melihat semacam meja bar yang kemungkinan besar terhubung dengan kitchen-nya. Trus, tersedia fasilitas wastafel dan toilet juga di sini.

Toilet di lantai bawah.

Pencahayaan resto memakai lampu yang cenderung agak kuning. Meski demikian, enggak terlalu temaram, sih. Lampu-lampu yang dipilih sangat menarik desainnya, sehingga nggak hanya berfungsi sebagai lampu, tetapi juga sebagai ornamen hiasan resto.

Selain lampu, di bagian langit-langit ternyata juga dihias dengan tanaman-tanaman yang menjuntai gitu. Sepertinya bukan tanaman hidup, ya. Sebenarnya nggak heran ada hiasan tanaman, karena katanya “Lampoh” dalam Bahasa Aceh memiliki arti “taman”. Jadi, mungkin konsepnya ya taman-taman gitu, walaupun di indoor ya.

Pemilihan cat dan hiasan dindingnya sangat menarik. Perpaduan antara warna putih, kuning, batu bata yang terekspose, abu-abu, biru, dll, pokoknya main tabrak. Herannya kok cocok ya, hehe. Tak ketinggalan hiasan dinding seperti bingkai gambar atau poster berisi quote menarik.

Naik ke lantai atas pengunjung bisa menggunakan tangga kayu yang ada di area kiri resto. Ketika naik tangga pengunjung juga disuguhi pemandangan gambar-gambar menarik di dinding berwarna biru.

Tangga menuju ke atas.

Sampai atas, ternyata resto Lampoh ini punya tiga area, yakni di bagian teras outdoor, bagian tengah yang semi outdoor, serta paling atas (naik setengah level) ada area makan yang lebih tertutup. Area semi outdoor di Sebagian dindingnya terdapat lukisan tanaman dan quote-quote. Beberapa sudut juga sangat instagrammable.

Lantai 2 bagian semi outdoor
Lantai 2 bagian indoor..

Ornamen di area makan tertutup ini dihiasi dengan cermin, lapisan dinding kayu dan ornamen ala-ala taman yang terlihat wah, serta lampu-lampu kekuningan dengan tanaman yang menjuntai dari langit-langit. Di tempat yang tertutup ini AC-nya juga lebih adem 😀 . Lalu, di sebelahnya, ternyata terdapat mushola kecil dan toilet juga.

Mushola.

Pendapat saya tentang makanan dan minuman di restoran Lampoh

Okey, mari kita membahas makanan dan minumannya ya. Saya awali dari pesanan saya dulu.

Untuk Mie Aceh Daging-nya berupa mie kuning tebal yang dibumbui sedemkian rupa dan disajikan dengan kuah kari kental. Mengandung kata “daging” maka ada potongan daging yang berbentuk seperti dadu. Lalu, diberi hiasan potongan mentimun, bawang goreng, emping, serta seledri. Mie Aceh Daging ini disajikan dengan acar bawang merah dengan cabe rawit hijau.

Mie Aceh Daging.

Pertama kali mencicipi kuah karinya berasa rempahnya. Menurut saya tidak terlalu kental, tetapi juga nggak encer, sedeng gitu. Untuk rasanya gurih tidak terlalu asin. Pas di lidah.

Dagingnya cukup empuk, mudah dikunyah. Potongannya juga menurut saya pas. Mie-nya juga dimasak dengan baik. Porsinya cukup banyak buat saya hehe.

Kalau acarnya berasa sekali bawang merahnya, krenyes-krenyes gitu. Cabe rawitnya sesuai Namanya kecil-kecil cabe rawit pedes. Mentimunnya masih cukup segar. Cuma emping mlinjo-nya saya nggak makan, saya hibahkan ke temen, karena memang tidak terlalu menggemari emping.

Chamomile Tea.

Kalau Chamomile Tea yang saya pesan yaaa kayak teh chamomile pada umumnya wkwkwk, pakai merek Dilmah. Cuma waktu itu saya memesan untuk diberi es. Minuman ini disajikan dengan gula cair terpisah, sehingga bisa menyesuaikan tingkat kemanisan minumannya sendiri. Sengaja memilih minuman yang tidak terlalu berat, karena makanannya kan udah berkuah kari yang lumayan berlemak ya. Jadi, biar seimbang, gitu.  

Tahu Cabe Garam.

Lalu, buat dessert yang saya pesan yakni Tahu Cabe Garam, ternyata ini tuh potongan tahu kecil-kecil yang digoreng kemudian disajikan dengan topping semacam sambal matah. Rasanya enak, walau menurut saya kurang crispy ya tahunya. Mungkin karena disiram sambal matah tadi ya.

Setelah itu saya nyobain dessert teman-teman lain. Ada Pisang Goreng Lampoh, Cane Meses, dan Tape Goreng Original.

Cane Meses.

Awalnya Cane Meses saya kira crepes, eh, ternyata roti cane yang tipis dibuat berlapis. Rasanya gurih agak manis, kemudian ditaburi meses. Kalau menurut saya sih enak saja cocok. Namun, menurut saya roti canenya itu juga akan cocok kalau dicocol ke kuah kari.

Pisang Goreng Lampoh.

Kalau Pisang Goreng Lampoh-nya disajikan dengan gula aren yang dicampur jahe. Pisang Gorengnya tidak terlalu manis, makanya lebih enak kalau dicocol saus gulanya itu. Kalau masih hangat berasa crispy bagian kulitnya.

Tape Goreng Original.

Lalu, Tape Goreng Originalnya menurut saya penyajiannya lucuk. Dibentuk seperti buah peach gitu, nggak tahu deh gimana cara membentuk dan merekatkannya hingga menjadi seperti itu. Apakah hanya pakai tepung atau dicampur tepung sedikit. Tapenya tuh manisnya pas, tidak terlalu asam juga kemanisan. Lalu bagian kulitnya renyah sekali. Ini sih dessert paling favorit saya di antara beberapa dessert gorengan yang saya makan.

Untuk makanan lain, saya tidak ikut makan, tetapi kamera HP saya sempat mencicipinya. Jadi, Cuma bisa saya gambarkan secara visual saja ya. Sebenarnya ini beberapa pesanan teman-teman, sih. Ada Nasi Goreng Kari, Mie Aceh Millenials, Kopi Lampoh, Beef Teriyaki Sambel Matah, Donatello Ice Cream, Lychee Tea, Teh Tarik, dan Chocolate Ice Cream.

Beef Teriyaki Sambal Mattah.
Nasi Goreng Kari.
Mie Aceh Millenials.
Donatello Ice Cream.
Chocolate Ice Cream.
Lychee Tea.
Kopi Lampoh.
Teh Tarik.

Itulah sedikit info dan cerita pengalaman kulineran di restoran Lampoh atau Lampoh Coffee di BSD City. Tempatnya asyik buat kerja. Oh ya, ada beberapa colokan juga ya yang disediakan di meja. Lalu, makanannya menurut saya cukup worth it. Kalau ngintip dari Google sih harga makanannya di kisaran  Rp. 30 hingga 50 ribuan. Porsinya banyak dan cukup enak. Cocok buat makan bareng keluarga dan teman arisan #uhuks.

Silakan kalau mau datang sendiri ke restoran Lampoh atau Lampoh Coffee untuk menikmati makanan khas Aceh, bisa ke sini ya:

Semoga info tentang resto Lampoh ini bermanfaat 😊.

April Hamsa