Lagi-lagi, anak-anak saya termasuk yang nelat belajar mata uang. Mengapa saya bilang “telat”, karena anak-anak zaman now sepertinya sudah kenal uang sejak kicik banget. Bocil-bocil usia PAUD sepertinya udah pada bisa jajan sendiri tuh di warung maupun minimarket deket rumah.
Pertama kalinya anak-anak mengenal uang
Lalu, kok, bisa sih anak-anak saya terlambat mengenal uang?
Jadi, gini, ceritanya, dulu saya dan suami tuh lebih sering belanja bulanan, karena rumah dekat dengan supermarket. Kami biasa jajanin anak-anak snack atau jajanan agak banyakan. Nyetok, gitu, lha. So, kalau anak-anak mau jajan, tinggal ambil saja dari stock itu.
Kalau nyetok kan lebih murah ya bu-ebuk, ketimbang beli ketengan? Itu aja sih pertimbangannya waktu itu.
Maka, anak-anak kami emang hampir enggak pernah jajan apalagi bayar-bayar sendiri. Kecuali, pas kebetulan kami ajak ke minimarket, baru kami minta pilih mau apa.
Meski begitu, dulu, seringnya anak-anak cuma geleng-geleng aja. Ya, gimana, wong semua snack kesukaan mereka udah ada di kardus stock jajan di rumah. Bahkan, soal jajanan coklat di dalam telur-teluran (sebut saja Kinderjoy), anak-anak saya nggak terlalu tertarik, lho. Yaaa, karena emang nggak dibiasain jajan.
Jangankan itu. Kalau mudik lebaran ke rumah neneknya di Surabaya, anak-anak kan biasa dapat angpao tuh. Nah, anak-anak saya lempeng aja lihat duit. Enggak seantusias saudara-saudara sepupunya yang usianya sepantaran. Wkwk.
Yaaa, karena anaknya belum kenal uang.
Pada tahap awal anak akan belajar tentang bentuk dan nominal uang dulu.
Sampai suatu hari, ketika kami pindah ke salah satu daerah di pinggiran Bogor, otomatis anak-anak pindah daycare juga. Nah, daycare ini tuh punya usaha toko kelontong, gitu.
Sebenarnya, anak-anak juga saya bekelin jajan dan makanan juga. Namun, ternyata, beberapa anak daycare tuh suka jajan di toko. Nah, anak-anak saya diajakin, padahal saya nggak kasi uang saku, wkwkwk. Alhasil, ngutang dulu, dah. Bayarnya pas saya jemput, ditagih deh sama penjaga toko.
“Maaf, bund, tadi Dema ambil susu dua,” katanya.
Helleh, opo iki, anak TK dah kasbon, huhu.
Intinya, sejak saya titip ke daycare itu, anak-anak saya mulai mengenal mata uang. Ya, walaupun masih pecahan seribu dua ribu.
Yoweslah, di satu sisi saya bersyukur, karena anak-anak saya otodidak belajar tentang duit. Di sisi lain, makin kenal jajan ajeee. Paling sering beli susu UHT, padahal saya tuh juga sering bekelin susu, lho. Namun, mungkin, karena lihat temennya jajan, jadi ikut-ikutan kali yaaa.
Setelah anak mengenali uang, anak akan berlatih menjumlah atau mengurangi uang.
Untungnya, sesekali anak-anak bisa dikasi pengertian, kalau di toko tuh yang namanya jajan artinya mengeluarkan uang, sedangkan bundanya nggak selalu ada uang (cash). Jadi, lama-kelamaan udah mulai izin tuh.
“Nanti di daycare boleh beli susu nggak, bund?”
“Nanti, boleh beli permen atau snack, bund?”
Nah, kalau izin gitu kan masih lumayan ya, nggak bikin emaknya malu karena anaknya ngutang mulu, wkwk 😛 .
Walau begitu, saya sering tegas tidak memberi uang jajan, kan udah bawa bekal dari rumah. Selain itu, daycare-nya juga udah kasi fasilitas sarapan dan makan siang.
Pertama kali belajar mata uang
Singkat cerita, setelah anak-anak usia SD, saya mulai mengizinkan anak-anak bawa uang agak banyakan, seperti pecahan lima ribuan, sepuluh ribu, atau dua puluh ribu. Meski begitu, saya tetep tidak lupa berpesanbahwa uang itu bukan hanya untuk dijajanin, melainkan ada yang buat dimasukkan celengan (ditabung) dan kaleng mushola.
Sesekali, anak-anak saya minta membayar di kasir kalau kami belanja di minimarket. Namun, masih untuk barang-barang yang dibeli dalam jumlah kecil saja, sih, karena sebenarnya kami lebih suka cashless.
Oh ya, OOT, sedikit tentang cashless. Jadi, keinget kapan hari nonton video tentang kondisi beberapa anak di Singapura (kalau tidak keliru) yang mulai kesusahan menghitung uang cash, karena memang transaksi di sana lebih sering cashless.
Memang yang namanya tap-tap atau scan-scan kode buat alat tukar tuh memudahkan hidup, tetapi rasa-rasanya manusia masih butuh ya transaksi dengan metode manual. Apalagi, kalau belanja ke pasar tuh, transaksi manual bisa mengajari banyak hal. Salah satunya kalau dilihat lebih dalem lagi adalah hubungan antar manusia (mungkin terjadi saat tawar-menawar, saat saling ngitung kembalian, dll).
Ketika si anak sudah bisa beli jajan di minimarket sendiri.
Jadi, menurut saya belajar mata uang ini masih sangat dibutuhkan. Dengan catatan diajarkan di usia yang tepat, di mana anak sudah bisa diajak berkomunikasi tentang literasi keuangan. Bahwa fungsi uang bukan hanya buat jajan, tetapi kegunaannya banyak, serta cara mendapatkannya yang juga enggak mudah.
Mungkin, itulah sebabnya materi belajar nilai mata uang kalau di sekolah tuh diajarkannya saat anak menginjak kelas dua SD? Eh, bener nggak sih, dua SD? Seingat saya gitu, yaaa.
Kalau tak salah, waktu kelas dua SD tuh anak-anak baru dikenalkan mata uang. Ooo, ini mata uang koin, ooo ini mata uang kertas. Lalu, anak-anak diminta membandingkannya, mana yang paling besar, mana yang paling kecil. Baru, kemudian diminta menjumlahkan dan mengurangi.
Lalu, pernah juga dari sekolah bikin semacam market day, walaupun online, tetapi lumayan bikin anak-anak tahu bagaimana cara transaksi jual beli.
Cara menyenangkan untuk belajar mata uang
Nah, di kelas tiga SD sekarang-sekarang ini, belajar mata uangnya makin menantang. Anak-anak sudah dapat materi mengenai bagaimana menghitung uang dalam jumlah besar dengan berbagai contoh kasus dalam soal cerita. Selain itu, belajar mata uang ini juga mulai digabungkan dengan materi Matematika yang lain, misalnya seperti berat, panjang, pecahan, perkalian, pembagian, dll.
Contoh soalnya seperti ini:
“Harga 1 kg gula Rp15.000,-00. Berapa harga 2 kg gula?”
“Harga 1 kg beras Rp90.000,-. Berapa harga 1 ton beras?”
Yaaa, kayak gitu-gitu lha, yaaa. Makin mumet buat anak-anak yang baru belajar mata uang.
Namun, sebenarnya kesulitan tersebut bisa diatasi lho dengan cara banyak berlatih. Salah satunya yang paling mudah dilakukan adalah dengan praktik konkret. Kalau yang sudah kami lakukan antara lain:
-Mulai minta tolong anak-anak belanja ke toko/ minimarket terdekat
Siapa yang dulu sering diminta bapak atau ibunya ke warung buat beli apa gitu? Nah, kalau anaknya udah agak gedean dan bisa menjangkau toko/ minimarket sendiri, bisa tuh mulai kita minta belanja.
Jangan lupa, bawainnya uang cash ya, jangan dibawain kartu debet/ ATM hehe. Tujuannya biar anak terbiasa menghitung total belanjaan, mengetahui berapa kembalian yang seharusnya diterima, atau malah paham kalau duitnya sebenarnya kurang.
Cara ini cukup bisa membuat anak-anak saya paham tentang uang. Anak-anak juga bisa belajar mengenai alat transaksi yang sah digunakan.
-Bermain monopoli
Bermain monopoli tak hanya membantu anak belajar mata uang, tetapi bisa belajar literasi keuangan secara keseluruhan. Kita bisa memilih monopoli yang pakai mata uang Indonesia atau mata uang negara lain. Biasanya sih ada tuh yang pakai dollar.
Bagusnya monopoli ini bisa membuat anak-anak bisa mengatur manajemen keuangannya sendiri, terutama dalam hal belanja yang dibutuhkan maupun bab investasi. Selain itu ngajakin anak bermain monopoli juga baik untuk bonding antara orang tua dan anak.
-Bermain games
Sebenarnya ini juga sama-sama “kegiatan bermain” sih, tetapi menggunakan media digital. Ada aplikasi games bertema keuangan yang bisa kita pakai atau kalau males download-download bisa mencari games tentang keuangan yang free.
Salah satu website gratisan yang menyediakan permainan bertema keuangan adalah mortgagecalculator.org/money-games/. Namun, ini pakai mata uang asing, sih, bukan Rupiah. Walau begitu, anak-anak yang sudah mengenal Bahasa Inggris atau Matematikan Singapura kayaknya masih bisa menikmati permainan ini. Tentu saja, sebaiknya ortu tetap mendampingi ya.
Beberapa games bertema keuangan yang cocok buat anak SD yang sering dimainkan oleh anak-anak seperti:
-
Counting Money
Permainan ini pada dasarnya seperti materi pelajaran kelas dua SD yang saya sebutkan tadi, yakni pemain akan diminta mengumpulkan pecahan mata uang sesuai dengan petunjuk nominal yang diminta. Kalau selalu menjawab dengan benar, nanti level permainannya akan naik. Permainan ini cocok buat anak-anak yang baru belajar menghitung mata uang.
Game Counting Money.
-
Treze Coins
Ini juga permainan bertema keuangan yang sangat gampang dimainkan. Pada dasarnya pemain diminta untuk mengumpulkan koin sejumlah yang diminta, lalu menukarkannya ke mesin gumball. Putar mesin gumball-nya, baru deh, nanti bisa dapat bola. Kumpulkan sebanyak-banyaknya baru bisa naik level. Sederhana bukan?
Bermain Treeze Coins.
-
Grocery Cashier
Kalau permainan ini lebih complicated. Pemain akan diminta menjumlahkan total harga belanjaan. Kalau misalnya ada yang kelebihan memberi uang maka harus bisa menghitung berapa uang kembaliannya. Kalau ada yang kurang harus tahu berapa selisihnya.
Bermain kasir-kasiran.
Masih banyak games bertema keuangan di website tersebut, para ortu atau anaknya sendiri bisa memilih games apa yang cocok buat dimainkan.
Dengan cara seperti itu belajar mata uang tidak akan menjadi momok anak-anak, khususnya yang baru saja dapat materi ini di bangku SD.
Pentingnya belajar mata uang
Dari beberapa catatan di atas, kalau boleh saya simpulkan, bahwa belajar mata uang penting diajarkan saat anak-anak sudah bisa diajak berdiskusi tentang fungsi uang.
Belajar mata uang tidak hanya membuat anak-anak mengenal uang sebagai alat transaksi, tetapi juga anak akan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, saat bertransaksi jual beli anak bisa mengkomunikasikan mau bayar pakai apa, bertanya berapa yang harus dibayarkan, hingga etika membeli/ menawar bisa dipelajari di sini.
Selain itu, melalui belajar mata uang anak akan terstimulasi untuk berpikir secara runut dan teratur. Misal, saat membeli barang-barang, anak harus memikirkan dengan uang cash sekian apakah cukup buat membayar belanjaannya? Apakah belanjaannya harus dikurangi dan beli yang diprioritaskan saja?
Makin tinggi grade anak maka belajar mata uangnya juga makin tidak sederhana.
Selain itu, anak juga akan diajak memikirkan apakah setelah belanja uangnya habis atau ada kembaliannya. Kalau ada kembalian, kira-kira nanti diapakan ya? Nah, secara tidak langsung anak-anak akan diajak berpikir logis, bijak, bahkan kreatif juga kan?
Kalau kemampuan anak-anak menghitung uang sudah bagus, maka biasanya anak-anak akan meningkat kepercayaan dirinya. Anak akan berani ke toko/ minimarket sendiri, berani menghadapi penjual/ kasir minimarket sendiri.
Wah, banyak ya manfaat belajar mata uang.
Jadi, buat para ortu yang anaknya sedang belajar mengenai mata uang ini, semoga artikel ini makin bikin semangat ngajarin anak belajar mata uang ya 😀 .
April Hamsa
Iiih Mbak April.. printablenya kok apik.. mupeng ih.
tapi lucu ya anak-anak, udah pinter aja dia kasbon di toko langganan. hahahahhaha
Memang ya makin ke sini anak-anak bakal makin bingung dengan mata uang, mengingat transaksi cashless sudah mendominasi.
Kedua anakku dah gede, saat ini bawa uang secukupnya – nyaris ga mau bawa cash mereka, karena biasa bayar pakai gopay, QRIS, emoney..Ribet katanya bawa-bawa duit. Apalagi kantin sekolah/kampus terima pembayaran cashless ini.
Dengan permainan sekalian belajar mata uang money games begini anak jadi bisa melakukan simulasi, sehingga tetap kenal mata uang nanti
Ingat akutuu…mirip sama Dema, anak-anakku pas masih kecil bingung dengan uang. Karena sekolah bawa bekal, nyaris ga pernah jajan. Kalau pengin jajan di kantin pas aku jemput kubayarin
Terus rumahku jauh dari warung, penjual jajanan yang lewat juga terbatas, jadi mereka gatau njajan dan ga paham nilai mata uang
Karenanya games tentang uang begini bakal membantu anak seperti anakku belajar memahami konsepnya
bermain monopoli memang seru ya, anak-anak juga bisa belajar mengenal mata uang dan berinvestasi juga
Seneng pastinya kalau anak bermain sambil belajar mengenai mata uang. Biar pas bawa uang jajan , pas belanja ga dibohongi sama penjual mainan misalnya kalau mereka sudah kenal mata uang.
Wah ini pelajaran paling aku senengi dulu waktu masih bocil. Belajar transaksi, karena jumlahnya bisa dibayangkan dan penukarnya real jadi menyenangkan. Beda dengam belajar bilangan matematika biasa hehe. Ternyata lingkungan itu emang berpengaruh banget ya Kak dalam mendidik anak-anak, padahal aku juga ingin gak kasi uang jajan ke anakku nanti, bekal aja. Tapi apalah daya teman-temannya pada bawa uang dan jajan juga
Nah ada game monopoli juga masuk. Ini game yang lagi disukai sama ponakan daku, karena jadinya dia tang-itung ketika akan beli tanah, rumah, hotel, terus waktu jual dapat hipoteknya berapa. Memang langkah manis sih belajar mata uang lewat permainan
Artikel nya sangat membantu mba, apalagi tahun ini insya Allah anakku udah masuk TK, nanti tak praktekin untuk mengenalkan mata uang
Mempelajari mata uang bagi anak-anak bisa menjadi hal yang membosankan jika dilakukan dengan cara yang tradisional. Namun, dengan sedikit kreativitas dan keseruan, belajar mata uang bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat bagi anak-anak.
Woooh iya ya di Singapura semua udah serba cashless. Tapi ya emang kita bayar sesuai tagihan, jadi ngga aka nada kembalian kaya kalo transaksi manual. Jadi tetep aja menurutku juga penting mengajarkan anak2 mata uang. Anakku juga udah aku bawain uang jajan, tapi dua ribu ama lima ribuan. Sambil tetep diajarin mata uang lainnya. Enak kalo belajar lewat games kaya Mortgage Calculator nih.
anak-anak saya jua kenal mata ua pas suka jajan hehe dengan sendirinya mereka bisa menghitung uang, sejak kenal mata uang mereka jadi suka menabung dan dihitung terus itu uang di celengan hihi
Belajar mata uang ini penting sih memang menurutku buat anak-anak, salah satu cara mereka bisa menerapkan matematika di dunia nyata ini, secara tidak langsung juga mengasah otak mereka untuk berpikir
Aku bahkan luput ingat, kapan mengajarkan nilai mata uang ini sama anak-anak. Tau-tau, anak-anak udah tau bentuk dan jumlah uang :)). Dan di era sebagai cashless ini, menurutku tantangan mengajarkan hal ini sama anak jadi dua kali lipat deh
Wah, seru banget nih kegiatan yang April ceritakan! Menyisipkan konsep uang ke dalam kegiatan sehari-hari anak-anak lewat belanja di toko atau main monopoli, itu mah jadi ide keren! Gak cuma menghibur, tapi juga mengajarkan literasi keuangan secara langsung. Mantap, April! Semoga semakin banyak orang tua yang terinspirasi buat ngajarin anak-anak tentang uang kayak gini ya!
kalau anak-anakku sekarang sudah sering sih belanja sendiri ke warung dan kukasih uang 5000 tapi kayaknya mereka tahunya cuma sampai pecahan 10 ribu kalau yang besar belum tahu
Ih bener juga nih, anak-anak sekarang malah lebih terbiasa dengan transaksi cashless. Anakku aja kalau ke minimarket aku suruh bawa e-money. Tujuannya sih biar memudahkan mereka dan biar nggak dikibulin (dikasih kembaliannya kurang). Terus emang emaknya juga jarang pegang uang tunai. Hehehe. Tetapi ternyata nggak bagus juga ya, anak-anak tetap harus tahu bagaimana menghitung uang.
Anakku nih lagi senang belajar tentang mata uang, setelah dia khatam belajar tentang rupiah sekarang sedang merambah ke mata uang negara lain. Sepertinya ini akan jadi solusi juga nih buat dia lebih mengenal mata uang lain dengan bermain game ini ya.
Dengan memberikan uang saku, anak anak bisa belajar membelanjakan uang, mengerti nilai uang, dan juga belajar menyisihkan uang untuk ditabung.
Jamanku dulu cara paling nyenengin belajar tentang uang adalah main monopoli. Sekarang enak ya, ada mortgage calculator. Pilihan game-nya banyak banget!
Seru nih metode belajarnya, anak-anak pasti senang. Oh iya, metode mengenalkan nominal uang di atas tuh pernah saya lihat saat mengikuti kegiatan Kelas Inspirasi Lombok tahun 2019 kayaknya, salah satu relawan pengajarnya bekerja di Kementerian Keuangan, nah.. cara dia mengenalkan pekerjaannya ke anak-anak di sekolah tempat kami berkegiatan ya salah satunya dengan cara di atas.
Keponakanku piyik-piyik udah belajar soal mata uang. Soalnya masih jarang chasless juga kan. Ini yang kecil belum tahu angka sih, tahunya banyak aja dan duit itu bisa buat jajan dan lainnya. Next belajar soal angka kali ya
Kalau belajar bisnis dan keuangan lewat main monopoli saya dan keluarga juga sering melakukannya. Malah sejak anak belum bisa menulis dan berhitung, kami suka ajak main. Makin ke sini makin tahu soal pembelian dan kembali. Lama lama masukan sekolah ya belajar jajan sendiri juga.
Anehnya kalau diajak belajar keuangan lewat games, dia anak saya itu malah ga mau…
Kalau daycare-nya ada toko kelontong bisa banget ya. Anak TK juga bisa kasbon. Setelah mulai besar, anak-anak bisa ya dimintain tolong beli sesuatu di warung sebelah.
Dengan begitu anak bisa belajar nominal uang. Yang digunaka berapa, kembali apa enggak, dan lainnya.
Iya anakku juga tadinya ngga kenal jajan karena SD ada katering dan sering bekal jajanan eh masuk SMP negeri ada kantin, excited dia hihi punya uang jajan sendiri
Mbak itu anak-anaknya pasti nggak merasa cashbon/ngutang sama kantin. Dipikirnya sama kaya di rumah ya ambil dan langsung makan gitu saja wkwkwk.
Iya juga yaa.. ternyata dampak cashless ini ada juga.
Jadi kebayangnya tuh angka dan ini gak terasa gak nyata karena gak pegang sendiri uangnya.
Aslinya anak-anakku juga gak kenal uang. Tapi jadi gak boros juga.. Mereka selalu ngerasa semuanya uda dipenuhi sama orangtua, jadi jarang jajan.
Paling sesekali si adek kalo ada bazar suka kasihan ama jualan dari kelasnya sendiri, jadi jajan apa yang dia suka.
Pengenalan uang ini penting sii..
Basic anak bisa menejemen keuangan sedari dini.
Setuju nih sedarikecil anak harus dikenalkan dengan satuan mata uang negeri sendiri spya bisa mengahrga keberadaan uang
Bener banget, anak sekarang TK juga udah belajar mengenal mata uang, malah udah ada yang sampai belajar investasi online hadeuh geleng-geleng emaknya…
Seneng sih anak-anak mereka bisa pegang uang secara fisik karena nyata uangnya, hehe, bukan uang online
Iyaa.. anak-anak pengen njajan tuh seringnya ya karena lihat temennya njajan. Hahaha.
Tapi emang efek positifnya anak jadi belajar soal uang, ya. Selain lewat njajan (haha..) belajar soal uang lewat game memang mengasyikkan juga. Anak-anakku juga pernah gitu 🙂
Asik banget nih cara belajarnyaaa, ternyata banyak juga loh bikin belajar mata uang jadi semenyenangkan ini. Semuanya cukup mudah kok dilakukan sepertinya.
Pas baca anak Singapura kesusahan ngitung uang karena biasa pakai cashless, jadi teringat anak-anak yang susah baca jam analog karena biasa lihat jam digital.
Anakku kayak anakmu, Mbak. Terbiasa aku sediain jajanan stok sebulan gitu, sekalian belanja bulanan. Hanya sajaaaa sejak TK pergaulannya anak hobi jajanan. Jadi, walaupun tidak ikutan banyak jajan (karenabklo pingin tingggal ambil di rumah), dia paham arti duit. Klo dapat angpau tuh walaupun dititip ke emaknya, dia gak bakalan percaya klo kubilang duitnya abis. Ngitunh diaaa😬🤣
Wah aku jadi inget masa-masa anak-anak belajar mata uang dan juga nominalnya. Aku cari cara yang gampang, gak nemu-nemu. Pas aku cobain dengan cara jajan langsung, baru deh mereka cepet nangkepnya. Dan iya, dengan pake game juga. Kalo cuma ngitung di soal mah susah. 😀
Belajar tentang mata uang bisa didapatkan dari mana saja, di sekolah, dari orang tua, bahkan dari games, ya. Mantap sekali inovasi teknologi saat ini yang memberikan kesempatan anak untuk dapat belajar dengan akses dari berbagai media, asal tetap didampingi orang tua, ya
Kak bener lho menurutku kalau melalui belajar mata uang anak akan jadi terstimulasi untuk berpikir secara runut dan teratur.
Mengenal mata uang itu sudah menjadi skill dari generasi kita dan para pendahulu kita, dengan berbagai manfaatnya khususon dalam tawar menawar harga “Pas-Tancap Gas” dan hal yang terbilang tradisional ini, harus kita wariskan terlebih untuk menciptakan Sociability yang baik bagi generasi mendatang.
Wah boleh banget nih tipsnya. Belajar mata uang sekarang gak hanya lewat buku tapi juga bisa lewat game-game edukasi yang tentunya gak bikin anak bosan.
Nah dari mata uang malah bisa belajar sejarah dan budaya negara tersebut ya, dulu aku cara belajar budaya negara negara lain ya dari mata uang karena kan dlam mata uang bnyk simbol simbol sebuah negara
Wah banyak sekali jenis mainnannya ya, dan aman , bagus untuk anak-anak. Btw, kok saya rasanya anak anak dengan mudah kalau ngitng uit dibandingkan hitungan matematika lainnya.
Blog yang bagus dan idela. Baru pertama kali mengunjungi blog ini, salam hangat.
Mengajarkan anak untuk mengerti literasi keuangan sejak kecil itu luar biasa. Mereka akan tumbuh sebagai generasi yang bisa menghargai uang. Btw, memang metode paling ampuh untuk mengajari anak, adalah dengan melalui game. Mereka bisa merasakan pengalaman imersif langsung.
sama banget nih Mbak, dulu juga anak-anakku gak kenal jajan, eehh tapi sejak sekolah jadi tahu jajan dan kalau lihat uang nganggur langsung minta buat jajan, fyuuuhh, padahal di rumah ada stock snack buat bekal sekolah mereka, tapinya sih sampai sekarang kami gak biasain mereka bawa uang jajan karena ada bekal, ada makanan, snack, susu, paling sih kalau dijemput mbujuk minta jajan di kantin, syukurnya sih terima aja kalau gak dikasih 😀
tapi setidaknya mereka juga jadi tau sendiri nilai mata uang, walau kadang masih bingung soal kembalian 😀
Wahh menarik banget ini ada game edukasi tentang keuangan yang perlu dicoba buat edukasi si kecil 😀
Hidup itu sebab akibat ya bun. Walau pada akhirnya suka jajan, tapi hikmahnya mereka mulai mengenal uang berkat main di daycare ^^
Anak saya masih usia TK, Mbak, cuma kami kenalkan dengan uang 2000 dan kelipatannya. Heehe. Ga kepikiran pakai teknik gini. Keren sih idenya bisa ditiru.
Saya sudah tak sabar beli monopoli, tapi tetap menunggu Gi usia SD. Atau sekarang bisa dimulai, ya?
wah seru sekali, terimakasih sudah berbagi ya kak 😀