“Bunda, besok, ajarin Dema bikin mie sendiri, ya,” kata anak wedhok saya, Dema, yang mulai suka berada di dapur. Nggak hanya Dema, tetapi anak laki-laki saya, Maxy, juga mulai terbiasa menyalakan kompor sendiri. Menurut saya kemampuan memasak tuh wajib dimiliki oleh semua orang, nggak peduli gender-nya apa, karena merupakan basic life skill. Alhamdulillah, kedua anak saya yang kini berusia Sekolah Dasar (SD) itu sudah bisa memasak telur dan membuat susu sendiri. Jadi, belakangan, saya sudah jarang menggoreng telur dan menyeduh susu buat anak-anak saya. Seneng, deh, mengetahui bahwa mengajari anak memasak sejak dini, walaupun masih berupa hidangan sederhana, merupakan keputusan yang tepat.
Memasak adalah basic life skill
Apabila seseorang bisa memasak, maka dia bisa bertahan hidup dan memiliki basic dari kemandirian. Tak hanya itu, dengan memasak maka seseorang bisa mengembangkan dirinya.
Coba saja kita lihat, orang memasak tuh biasanya sudah sepaket dengan manajemen waktunya. Orang yang memasak biasanya memiliki kemampuan dalam embuat prioritas waktu mulai dari kapan memilih mana bahan, membersihkan bahan-bahan tersebut, memotongnya, hingga mengolahnya di atas api kompor
Memasak adalah basic skill yang sebaiknya diajarkan kepada anak.
Selain itu, kegiatan memasak biasanya membuat seseorang menjadi lebih kreatif. Bayangkan saja, ketika melihat ada bahan-bahan masakan di kulkas, lalu ingin membuat masakan, pasti memikirkan nanti bahan-bahan itu akan disulap menjadi apa. Kemudian, kalau misalnya ternya ada bahan yang kurang lengkap, maka kondisi tersebut pasti akan memaksa seseorang buat kreatif memakai bahan lainnya supaya bisa menciptakan rasa yang diinginkan.
Tak ketinggalan, siapa tahu ternyata masakannya enak dan disukai banyak orang, bisa jadi ada peluang membuka bisnis di bidang kuliner, kan?
Sebenarnya, masih banyak lagi yang bis akita dapatkan dari kegiatan memasak ini. Namun, marilah kita bersepakat dahulu, setuju kan kalau kegiatan memasak ini merupakan keterampilan yang perlu dikuasai semua orang, termasuk anak-anak (menyesuaikan usia), tanpa peduli gender-nya?
Bayangkan, dari satu keterampilan “memasak” yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang, ternyata manfaatnya banyak buat kehidupan. Itulah sebabnya, menurut saya, kegiatan memasak juga sebaiknya diajarkan kepada anak-anak.
Cerita awal mula mengajari anak memasak
BTW, sebenarnya kalau soal “bebikinan” makanan atau minuman sendiri, anak-anak saya sudah terbiasa melakukannya sejak usia lebih kecil. Cuma, waktu itu, saya belum mengizinkan menggunakan kompor, karena kalau masih terlalu kecil kan agak berisiko, ya?
Saya baru mengajari anak-anak menyalakan dan mematikan kompor saat memasuki usia-usia sekarang ini (pra remaja). Alasannya, di usia itu, anak-anak sudah mengetahui bahayanya api, motorik kasarnya sudah bagus untuk memegang peralatatan memasak, memutar knop kompor, dll. Pendek kata udah lebih bertanggungjawab, deh.
Meski begitu, sebenarnya kalau mau memperkenalkan anak-anak dengan suasana dapur tuh udah bisa dilakukan saat mereka lebih kecil, kok. Misalnya, saat usia 4-5 tahunan, anak-anak bis akita ajari dengan membuat susu atau sereal sendiri. Ortu-nya yang bantuin menuangkan air panas atau susunya, si anak tinggal mengaduk.
Selain itu, orang tua juga bisa membiasakan anak di dapur dengan membuat si anak melakukan pekerjaan sederhana, seperti membantu food preparation, seperti metikin sayur, mengupas bawang, atau pekerjaan sederhana seperti mengambilkan peralatan memasak.
Tips agar anak makin menyukai kegiatan memasak
Menurut pengalaman saya, ketika anak-anak masih kecil, kegiatan memasak tuh biasanya dianggap kegiatan yang menyenangkan alias bagian dari bermain. Itulah sebabnya, anak kecil tuh seneng aja gitu terlibat di dapur.
Untuk anak yang usianya udah mulai gedean dikit, misalnya anak usia SD, mungkin yaaa, sudah mulai menyadari bahwa aktivitas di dapur bukan lagi “bermain” melainkan membantu pekerjaan rumah tangga. Bisa jadi anak sudah tidak tertarik lagi, karena mungkin menganggap bermain di luar dengan teman-temannya mungkin lebih seru.
Nah, tentu saja sebagai orang tua, sebaiknya kita tetap bersabar dan mengupayakan agar anak-anak kita tetap tertarik dengan dapur dan menguasai skill memasak dengan baik untuk masa depannya.
Kira-kira bagaimana caranya?
Kalau saya pribadi, saya memakai pendekatan berikut:
-Libatkan anak saat merencanakan menu makanan
Anak-anak biasanya akan lebih merasa engage kalau kita libatkan dalam suatu hal yang penting, salah satunya kegiatan memasak. Kita bisa mengajak anak merencanakan menu makanan yang akan dibuat. Biasanya anak-anak akan memilih makanan yang paling digemarinya.
Kita bisa memulai dari mengajak anak belanja bahan makanan di pasar atau swalayan. Lalu, meminta bantuan anak juga untuk food preparation.
Lalu, ketika memasak makanan, kita bisa memberikan semangat bahwa si anak pasti bisa memasak makanan kesukaannya sendiri suatu hari. Orang tua bisa memasak menu itu secara berulang, sehingga tanpa disadari anak pun bisa menghafal urutan prosesnya.
Dengan membuat makanan yang si kecil suka, biasanya anak akan lebih bersemangat (membantu) memasak makanan tersebut.
-Buat kegiatan memasak jadi menyenangkan
Sebaiknya jangan terpaku pada pakem bentuk dan rasa ketika mengajak anak ke dapur dengan tujuan mengajarinya memasak. Kalau anak berkreasi, misalnya nih, biasanya kita memotong wortel bentuk bulat-bulat, nah, ternyata si kecil maunya bentuknya kotak-kotak, yawda kita izinkan saja.
Tujuannya supaya kegiatan memasak tersebut menyenangkan buat anak. Orang tua sebaiknya jangan terlalu banyak memberi perintah, tetapi lebih kepada mengawasi supaya proses memasak berhasil menghasilkan makanan dan si anak tetap happy di dapur.
-Apresiasi bantuan anak saat di dapur
Sekecil apapun bantuan yang diberikan anak saat berada di dapur sebaiknya kita hargai. Kita bisa memuji hasil potongan sayur mereka, kita bisa memuji saat mereka menambahkan gula atau garam, dll. Apresiasi yang kita tunjukkan akan membuat anak-anak percaya diri bahwa mereka bisa memasak dengan baik.
-Bermain game memasak
Tak lupa, di luar dapur, kita juga bisa menumbuhkan rasa cinta anak-anak terhadap kegiatan memasak, lho. Salah satunya dengan cara bermain game memasak.
Permainan game memasak buat anak bisa kita temukan secara bebas di internet. Salah satu yang say rekomendasikan adalah website Culinary Schools di bagian Kids Game https://www.culinaryschools.org/kids-games/ .
Banyak sekali permainan yang berhubungan dengan memasak, mulai dari yang paling mudah hingga level yang yang lebih tinggi.
Kalau anak-anak saya biasanya memainkan permainan yang mudah saja, misalnya seperti:
-The Boiled Eggs
Sesuai namanya, game ini tuh tentang bermain merebus telur. Jadi, pemain merebus telur di beberapa panci berbeda secara bersamaan sembari memantau suhu di berbagai panci dan menyesuaikannya sesuai kebutuhan.
Permainan ini terlihat cukup sederhana, tetapi punya tujuan agar seseorang yang bekerja di dapur punya manajemen waktu yang baik sehingga bisa memantau banyak hal sekaligus selama sibuk memasak di dapur.
Merebus telur cocok diajarkan ke anak.
Level permainan ini dimulai dari merebus telur hanya di satu tungku, kemudian meningkat menjadi dua, hingga enam tungku.
-Pizza Chief
Game ini menggambarkan simulasi pembuatan pizza di mana pemain meletakkan bahan-bahan ke atas pizza. Nanti, akan ada contoh gambar bahan-bahan apa yang dibutuhkan untuk membuat pizza, lalu pemain harus mengambil bahan-bahan tersebut.
Belajar membuat pizza melalui game.
Skor diberikan sesuai dengan seberapa cepat dan tepat posisi bahan-bahan tersebut diletakkan. Terdapat 10 level dalam pembuatan pizza ini. Semakin tinggi level, maka akan semakin banyak pizza yang perlu dibuat.
Melalui permainan ini, anak-anak akan belajar mengenai apa saja bahan-bahan yang dibtuhkan untuk memanggang pizza.
-Juice Crusher
Ini merupakan game membuat jus buah. Di sini pemain diminta untuk membaca resep dan kemudian recook. Pemain harus memilih buah yang betul dan memasukkannya ke dalam juicer. Harus berhati-hari karena game juga akan memberikan buah yang tidak sesuai resep, maka buah tersebut harus kita sisihkan.
Mengajari anak cara membuat jus.
Menurut saya permainan ini akan melatih keterampilan anak untuk fokus dan mengenali nama bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat resep minuman jus yang benar.
Itulah beberapa permainan buat anak di website Cullinary Schools. Masih banyak lagi permainan bertema food yang menarik buat dimainkan. Meski demikian, sebaiknya orang tua tetap mendampingi anak kala bermain ya.
Semoga artikel ini bermanfaat buat orang tua yang ingin mengajari anak memasak 😊.
April Hamsa
Dari kecil aku udh terbiasa ngajak anak masak bareng. Bahkan setiap bikin cookies di rumah selalu pada ikutan dari anak sampe papahnya anak2. Bantuin baking roti sampe kue kering. Hehe. Dan mereka happy.
dulu kalau nggak salah, aku sering nonton anime masak-masak, jadinya udah timbul niat pengin masak, trus di sekolah juga ada praktik memasak dengan teman-teman, ya udah deh pelan-pelan juga kepo untuk masak meski saat itu cuma diajarin goreng tempe
Gak apa-apa dari kecil udah belajar ya mau perempuan atau laki-laki harus bisa masak supaya bisa mandiri juga nantinya. Ada manfaatnya apalagi nanti kalau kost.
Dema udah bisa masak mie nanti bunda dibikinin ya kalau lagi santai hihihi. Asyik sih skr belajar masak bisa dimulai dari games
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, memang sepertinya gak ada waktu yang benar-benar tepat untuk mengajarkan anak memasak. Anak pertama saya udah dilibatkan memasak bahkan memegang pisau sejak balita. Tapi, yang bungsu dikenalkannya agak gedean dikit. Tanpa bermaksud membandingkan mana yang lebih baik. Saya melihat dari karakter anak. Kalau yang pertama memang lebih tetang dan berhati-hati. Sedangnya yang bungsu lebih lincah. Ngeri juuga kan kalau dia dikasih pisau trus lari-larian.
ah setuju semua mba April, kadang kala kita orang tua gak mau repot mengikutsertakan anak ya, padahal ini salah satu pondasi anak-anak mau terlibat di dapur untuk life skill mereka kelak
Permainan game memasak di culinaryschool bisa jadi alat mengenalkan anak tentang memasak sejak dini.
Aku bersyukur sejak kecil kedua anak laki-lakiku terbiasa ikut mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi mereka bisa, termasuk memasak sesuai usia tentunya.
Sekarang si Sulung dah kuliah di Prancis dan tiap hari masak. Mulai dari yang simpel sampai yang agak berat. Bahkan kalau Minggu dia dah bikin food prep. Biar seminggu ke depan bisa masak cepat buat sarapan dan bekal kuliah. Alhamdulillah
Kalau punya anak perempuan tuh seru ya kak bisa diajak main masak-masakan di rumah. Tapi memang gak semua anak suka diajak main masak-masakan, ternyata salah satu caranya bisa kita ajak main games dulu ya.
Anakku dua2nya laki2 tapi sering kulibatkan memasak Mak. Kalau untuk masakan rumahan paling ikutan bantu. Tapi kalau goreng telur atau mie instan sudah full bikin sendiri. Dan bikin mie instannya ikutan resep di inet. Si sulung suka mie instan dengan kuah susu UHT plain. Sedangkan si bungsu suka mie instan kuah dengan telur yang dituang saat mie mendidih sudah ditaruh di mangkok.
Yiksss…resep yang aku tidak suka. Aku jadi nggak bisa nyicip 😀
anak yang aktif, kreatif baisanya banyak sekali keinginannya biasanya karena sering melihat ibunya memasak ia pasti pengen ngrecoki, hehe tapi ga apa apa supaya dia bertahan dengan hobi masaknya
anak-anakku termasuk cepat juga sih kukenalin ke dapur. kayak yang kakak itu umur 7 tahun sudah bisa goreng nugget sendiri dan adiknya juga sudah berani nyalain kompor. tapi belakangan mereka rada malas sih main ke dapur lagi heu
anak-anakku hobi masak karena sejak kecil selalu kami ajak masak-masak bareng, kegatan ini juga bikin bonding keluarga makin erat.
Main masak-masakan dengan anak jadi makin seru ya kak. Dia bisa belajar juga tentang kuliner dan dapur. Apalagi ini banyak pula pilihan gamesnya
kalo zaman dulu aku udah kebagian jadwal menank nasi kelas 3 sd..heheheh pakai kayu bakar, tapi kayaknya kalo anak cewek sekarang mungkin remaja usia belasan lah ya…, biasanya mereka udah bisa ngebantu didapur dan …bisa diajarin sekalian…
alhamdulillah anak bujangku lumayan lah ya masak mie instan, telur, ayam, sampai masak nasi, yang lagi proses itu bikin sambel terasi, btw main games seperti ini juga bisa ya membantu anak belajar masak
Wah, kalau belajar memasak dengan cara bermain game itu pasti asyik. Setidaknya tertanam standar cara-cara memasak di memori anak lalu nanti akan dipraktikkan saat benar-benar berada di dapur, Bagaimana menggunakan kompor, panci dsb. Namun, tetap butuh orang tua untuk pendamping sih, karena teori dan praktik kadang tak sejalan.
Anak tertarik pada sesuatu itu memang tergantung orangtua dan lingkungannya.
Kayanya anak sekarang pada mudah tertarik sama hal-hal baru karena orangtua -nya belajar parenting, hehhee… dengan membebaskan mereka berkreasi, namun tentu dibawah pengawasan orangtua dan diajarkan dulu do’s and dont’s nyaa.. pastinya bikin anak-anak juga percaya diri melakukannya.
Lucunyaa.. main games seru di Culinary School.
Jadi bisa simulasi dulu yaa.. sebelum beneran melakukannya di dapur.
Memasak adalah keterampilan hidup yang penting untuk dikuasai
Mengajarkan anak memasak bisa dimulai dari hal yg sederhana dulu ya mbak
Diajak main game masak masakan pasti senang anaknya
Dulu waktu jaman sekolah tuh suka banget ngerecokin eyang putriku kalau lagi masak. Seru aja lihatnya kayak cuma cemplung cemplung eh jadi wkwkwk. Ternyata tidak semudah itu yhuaaa. Tapi seneeeng bener rasanya kalau dilibatkan.
Jadi blogger memasak itu nggak cuma soal resep, tapi uga soal menciptakan ruang yang aman. Sayangnya, pelecehan online masih sering terjadi. Makanya, penting banget untuk kita semua saling menghargai dan waspada, supaya dunia maya tetap jadi tempat yang positif dan nyaman buat berbagi.