“Masuki dunia fantasi, dunia ajaib yang mempesona. Dunia sensasi penuh atraksi, rekreasi untuk keluarga…” Siapa yang auto membaca kalimat tersebut sambil nyanyi? Ahahaha, keknya, emang udah nempel banget di kepala yaaa jingle Dunia Fantasi alias Dufan ini?

Bahkan, belakangan, lagu Dufan ini kerap dipakai sebagai pengiring lagu di postingan sosmed orang yang sedang kebanjiran ketika naik mobil/ busway, heuheu. Mungkin karena sudah tertanam di benak juga, kalau main wahana air di Dufan tuh seseru itu yaaa. Ketimbang mumet, yawda dibikin tetep semangat aja yes, pakai jingle Dufan. Yes, jingle Dufan ini memang ikonik banget.

“Dari sejak aku kecil nggak berubah-ubah nih lagunya.”

Entah, berapa kali saya mendengar pengunjung Dufan mengatakan hal yang sama, saat kami berpapasan di wahana-wahana Dufan, ketika kami berkunjung ke Dufan, awal November lalu. Seneng banget bisa mengunjungi tempat wisata ini, setelah sekian lama. Sepertinya, terakhir ke sana tuh zaman sebelum Covid, saat mereka mereka membuka beberapa wahana baru Dufan.

Foto dulu sebelum masuk ke Dufan.

Hari itu, kami sampai Dufan sekitar jam 10.30. Begitu tiba di depan gerbang, cuaca mendung sudah menyambut kami. “Waduh bakal hujan, nih,” batin saya. Saya pun segera mengajak suami dan anak-anak nyempetin foto dulu, daripada nanti kalau jadi hujan, nggak bisa, kan?

Setelah itu, kami pun memasuki gerbang Dufan. Di sini tas-tas kami diperiksa. Untungnya tidak perlu menitipkan barang lagi, seperti saat main ke Sea World sebelumnya. Maklum, masih agak trauma tas kami dicolong stranger saat dititipkan ke penitipan tas di sana haha 😛 .

Tapi, kalau tidak keliru, di Dufan ini, kalau bawa botol air mineral tetep kudu dititip, deh. Kalau kami sih kebetulan bawanya tumbler sama roti aja. Saya juga heran, tidak seperti di Sea World, roti-roti kami kali ini aman saja dibawa ke dalam. Jadi, yawda, kami masuk dengan santai aja setelah lolos pemeriksaan.

Begitu masuk, kami langsung disambut wahana Ontang Anting, yaitu wahana di mana kita seperti duduk di ayunan, lalu dinaikin ke atas sama mesin, lalu diputer-puter itu, lho. Namun, karena langit makin gelap, kami cuma ngliatin aja. Nggak tertarik naik.

 Begitu masuk Dufan, langsung disambut Ontang Anting.

Mata saya tertuju pada beberapa orang yang pakai kostum maskot Dufan dan beberapa karakter-karakter lainnya, yang merupakan teman-temannya Si Dufan. Saya kepengen deh foto bareng mereka. Sayangnya ngantre cukup lama. Sampai akhirnya, titik-titik air turun dari langit, huhu.

Semua orang yang berada di luar ruangan, kecuali yang udah memakai jas hujan dari salah satu wahana air Dufan langsung semburat, berlarian mencari tempat berteduh. Saya dan keluarga kemudain masuk ke sebuah bangunan, lupa namanya apaan, tetapi begitu masuk ke gedung ini, kami disambut pencahayaan gelap dan ada beberapa lukisan serta patung-patung karakter Dufan di dalamnya.

Nggak bisa foto sama maskot Dufah, yawda foto sama patungnya saja, walau versi glow in the dark 😛 .

Waktu kami di sana, wahana Ice Age ini belum dibuka. Namun, banyak orang berkumpul di depannya. Mungkin numpang berteduh juga seperti kami. Apalagi hujan bukannya berhenti, eh, malah semakin deras.

Akhirnya, kami memutuskan duduk-duduk di dekat pintu Ice Age dan makan roti dan snack yang kami bawa. Saya melihat beberapa pengunjung yang membawa anak-anak kecil juga melakukan hal yang sama, sembari mengawasi anak-anak mereka yang berlarian di depan panggung. Ada pula yang membeli makanan di salah satu tenant yang ada di depan panggung.

Saya lupa mereka jualan apaan, entah bebentoan atau bakso-baksoan. Seingat saya, tahun 2019-an itu ada dua atau tiga tenant makanan, gitu. Sekarang cuma nyisa satu tenant. Mungkin, karena lokasinya agak tersembunyi kali ya dan pencahayaannya kurang terang, sehingga tidak banyak pengunjung makan di sana, jika dibandingkan tenant-tenant makanan lain di luar.

Numpang neduh dekat wahana Ice Age.

Cukup lama kami di sana hujan tak kunjung berhenti juga. Baru sekitar pukul 12 siang, hujan agak mereda. Akhirnya kami keluar dari “gua persembunyian”.

Sebenarnya, masih ada tetes-tetes air dikit dari langit, tetapi pengunjung lainnya juga akhirnya keluar dan berusaha menikmati Dufan. Ya, kali, jauh-jauh ke sana seharian berteduh huhu.

Kami pun sampai di depan salah satu wahana ikonik Dufan yakni komidi putar yang memiliki nama Turangga-Rangga. Komidi putar ini memiliki sekitar 40 kuda-kuda tunggangan. Sempat mau ikut ngantre buat menaikinya, ternyata banyak banget yang ngantre.

Kata orang-orang, belum ke Dufan kalau belum foto di depan wahana ini 😀 .

Saya lihat ada beberapa orang mengenakan kaus seragam yang sama. Ternyata, hari itu Dufan ramai, karena ada gathering yang diselenggarakan salah satu perusahaan mainan.

Akhirnya, kami berfoto-foto aja di depan komidi putar tersebut. Belum lengkap rasanya main ke Dufan kalau belum berfoto depan Turangga-Rangga ini, hehe.

Tak lama kemudian, hujan turun lagi, walau tidak sederas tadi. Untungnya, kami membawa paying, sehingga masih bisa memakainya buat melindungi badan dari air hujan.

Kami memutuskan untuk sholat Dhuhur dulu saja di masjid Dufan. Lokasi masjid ini tak jauh dari Istana Boneka. Ada di area pojokan.

Eh, ternyata di sana penuh dengan pengunjung yang mengenakan kaus peserta gathering tadi. BTW, saya teringat pesan salah satu kenalan, katanya, “Kalau di Dufan tuh yang sering hilang sandal atau sepatu di masjid.” Lagi-lagi, karena trauma pernah kemalingan barang di Dufan, akhirnya saya bilang ke suami dan anak-anak untuk sholat duluan. Biar saya yang jagain sandalnya, haha. Baru setelah mereka selesai sholat, gentian mereka yang jagain sandal saya.

Kemudian, tibalah giliran saya mengambil air wudhu. Tiga-tiba terdengar suara keras, “GUBRAAKK!”

Ternyata, ada ibu-ibu, keknya dua orang, terpeleset di semacam papan undakan yang ada di masjid. Papannya licin karena hujan. Mana badan ibu-ibunya cukup gedhe, kena kepala duluan. Waduh. Untungnya yang ada di situ pada gercep nolongin. Emang hari itu kek keos banget, sih. Udahnya hujan, ada banyak orang pula di masjid.

Istana Boneka yang ada di dekatnya juga banyak banget yang mengantre. Lagi-lagi, kami memutuskan nggak ke sana. Kek wasting time gitu, ngantrenya. Ditambah hujan, hiks.

Hari juga udah makin siang, perut lapar, akhirnya kami memutuskan mencari makan. Sebelumnya, bingung memutuskan mau makan Bakso Afung atau Yoshinoya, akhirnya kami putuskan makan Yoshinoya, karena Bakso Afung lokasi tenant-nya cukup terbuka. Kepengen masuk gedung gitu, supaya tidak terlalu kedinginan. Padahal, andai makan bakso dalam ruangan lebih enak ya? Bisa double-double angetnya hehe.

Masuk ke Yoshinoya pun ramai banget. Semua meja terisi penuh. Namun, kami memutuskan tetap makan di sana. Kalau pun tidak mendapatkan bangku buat makan, kemasan Yoshinoya yang rice bowl itu kan bisa dibawa pergi, entah deh ke mana. Ntar dipikirin. Bisa juga, kami kembali ke gedung yang ada panggung dan Ice Age-nya tadi. Makan lesehan di sana.

Namun, alhamdulillah, mas-mas pelayan Yoshinoya di Dufan cukup fair. Mereka mencarikan kursi buat pengunjung yang sudah order dan membayar. Jadi, yang alurnya main potong nyari bangku duluan sebelum memesan tuh tidak diizinkan. Untungnya lagi, pengunjung hari itu cukup pada tahu diri. Tidak ada yang ngetag-ngetag kursi duluan sebelum order.

Makan siang di Yoshinoya Dufan.

Usai memesan, kami pun mendapatkan meja kursi di sofa yang cukup nyaman berkapasitas enam orang. Tak lama kemudian pesanan makanan kami sudah selesai dibikin, sehingga kami bisa makan.

Saat makan, tiba-tiba ada dua cowok Gen Z gitu, menghampiri kami. Mulanya mereka kek diem aja ngliatin bangku kami dengan ragu. Trus, salah satunya  memberanikan diri mengucapkan, “Permisi!”

Tanpa menunggu penjelasan dari mereka saya langsung ngeh,“Mau sharing?”

Wajah keduanya langsung sumringah. “Iya, boleh?”

“Boleh-boleh. Silakan!”  Toh, emang, kami cuma berempat di meja yang berkapasitas empat orang. Mereka pun duduk, setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih.

Kami pun makan bareng. Sampai kedua cowok-cowok tadi selesai duluan, sedangkan kami masih menunggu bocil-bocil yang makannya lama, heuheu.

Setelah anak-anak selesai makan, hujan tak kunjung reda #cryyyy dah huhuhu. Kami kemudian memutuskan balik ke gedung yang ada Ice Age-nya tadi.

Kami juga sempat melihat Ice Age sempat dibuka. Mau masuk ke sana, lagi-lagi jiper sama antreannya. Apalagi melihat beberapa pengunjung mengantre di tengah hujan, karena untuk jalan/ alur antreannya tuh ada yang tidak menggunakan atap.

Yawda, kami cukup masuk ke gedungnya saja. Nah, saat masuk untuk kali kedua ini, kami baru ngeh, kalau ada indoor playground yang cukup besar di belakang Ice Age. Sepertinya dekat pintu keluar dari wahana Ice Age, deh, karena ada semacam toko merchandise-nya gitu.

Menunggu hujan reda kembali.

Anak-anak saya tawarin apa mau main di playground itu. Ternyata, pada nggak mau, karena merasa playground itu buat bocil-bocil haha. Padahal, playground tersebut masih OK kok buat ukuran anak SD. Cuma, karena anak-anak mager, yawda, kami duduk-duduk saja dekat tangga berjalan yang sedang off, sambil numpang ngecharge HP. Kebetulan di balik kursi yang ada di dekat sana tersedia colokan listrik. Oh ya, sebenarnya ada tempat buat ngecharge HP juga di Dufan. Charger station atau apa gitu, mereka nyebutnya, tetapi karena hari hujan, agak susah menjangkaunya.

Sekitar pukul 2 siang, hujan deras agak mereda, kami memutuskan keluar gedung, jalan aja gitu, tanpa arah tujuan, sampai akhirnya menemukan area Dunia Kartun. Di sini ada beberapa permainan seperti Turbo Drop, Baling-Baling, Kolibri, bombom car (lupa nama wahananya), dll.

Saya kemudian mengajak anak-anak naik Kolibri. Lumayan lha yaaa, daripada nggak naik apa-apa sama sekali, setelah hampir seharian di Dufan haha 😛 .

Ternyata, hanya anak perempuan saya, Dema, yang mau naik Kolibri. Yawda, akhirnya naik berdua aja, deh.

Kolibri ini merupakan wahan permainan yang dirancang menyerupai burung kolibri. Di wahana ini, pengunjung duduk di kursi yang bergantung dan berputar perlahan naik turun. Sensasinya cuma terbang santai, nggak ada ekstrem-ekstremnya sama sekali, sehingga cocok buat bocil dan emak-emak yang nggak terlalu suka wahana ekstrem kek saya. Dahlah, dah lewat masanya, wkwk 😛 .

Oh ya, di samping wahana Kolibri ini ada wahana  Baling-Baling. Beberapa kali terdengar teriakan kencang dari orang-orang yang menaiki wahana ini, karena Baling-Baling ini membuat orang-orang yang menaikinya berayun dan berputar 360 derajat. Saya litany udah ikut mumet duluan, dahlah muter santuy aja bersama Kolibri, wkwkwk 😛 .

Wahana Baling-Baling.

Setelah, nyobain Kolibri, Dema kemudian mau naik Turbo Drop. Turbo Drop ini adalah sebuah wahana permainan yang menawarkan sensasi jatuh bebas dari ketinggian tertentu. Ada dua wahana Turbo Drop, satu buat bocah, satu lagi buat pengunjung dewasa. Dema, tentu aja, naik yang buat bocah, karena tidak terlalu tinggi. Sementara anak laki-laki saya, Maxy, waktu saya tawarin mau main atau nggak, ieh nggak mau, yaweeess wkwk.

Setelah Dema naik Turbo Drop, kami kemudian sholat Ashar di mushola kecil yang tak jauh dari Dunia Kartun. Setelah itu, kami berfoto-foto lagi.

Saat kami naruh barang di salah satu bangku sambil berfoto-foto, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak sambil ngebul, merokok. Melihatnya, kek, “Whaaattt?” Otaknya di mana gitu, lhoooo. Kok di Dufan, yang penuh anak-anak, bahkan bayi balita merokok, sih? Saya sih nggak negur frontal ya. Cuma saya ngomong keras-keras ke anak-anak, biar tuh bapak-bapak ogeb denger, “Ayok, jangan di sini, bau rokok, bauuuu!” Sambil ngibas-ngibasin tangan. Bodo amat tu manusia paham apa nggak.

Setelah sholat Ashar, Dufan masih hujan haha 😛 .

Kami kemudian berkeliling Dufan lagi, sampai akhirnya menemukan bangunan kek gua-guaan, yang diberi nama “Mowgli’s Jungle Adventure”. Saya lihat antreannya tidak sepadat yang di wahana-wahana lain seperti Istana Boneka atau komidi putar di depan tadi. Saya kemudian mengajak suami dan anak-anak ikut ngantre. Ternyata cukup lumayan juga sih antrenya, bisa 20 menitan lebih wkwkwk 😛 . Mau mundur, udah tanggung nih, posisi di tengah-tengah.

Lumayan nemu wahana yang antreannya tidak terlalu panjang, walau lama juga sih ngantrenya 😛 .

Sampai akhirnya giliran kami masuk, ternyata belum bisa ke wahananya. Kami juga ngantre lagi di dalam sambil disuguhi tayangan video teaser film tentang petualangan seorang anak di hutan, gitu.  Udah gitu, tuh teaser film diulangi beberapa kali, sampai saya hafal jalan ceritanya. Ada kali 10x lebih hahaha 😛 ..

Saya kemudian membayangkan kalau di dalamnya tuh ada kek hutan-hutan tropis, lalu ada karakter-karakter penduduk hutan. Kami bisa berjalan-jalan melewati semua hal itu.

Di luar ngantre, di dalam belum bisa masuk juga 😀 .

Eh, ternyataaaa, begitu kami masuk, tidak ada penampakan “hutan”, saudara-saudara! Melainkan deretan kursi, seperti kek mau nonton bioskop, dengan layar besar di salah satu dindingnya. Baru deh ngeh, kalau di wahana ini kita tuh bakal nonton film.

Nah, di film itu ada cerita petualangan gitu. Karakter utamanya berlarian, naik turun gunung, lalu berseluncur di sungai, ketemu hewan-hewan, dll. Setiap kali si karakter bergerak, kursi yang kami duduki juga ikut bergerak. Jadi misalnya si karakter utama film lompat dari pohon kami, kebawa arus sungai, dan banyak hal lainnya, pengunjung juga merasakan sensasi itu. Seru, deh! Walau ngantrenya lebih lama dibandingkan waktu menonton filmnya haha. Saya melihat anak-anak saya happy, setelah menonton film itu. Okeh, saya happy juga hihi.

Nonton film petualangan di hutan.

Keluar dari “Mowgli’s Jungle Adventure” kami jalan kaki kembali. Kali ini mau mencari ferris wheel Dufan. Ternyata, entah, wahananya sedang tutup atau gimana, gitu, hari itu, wurung deh. Mungkin, karena hujan kali ya?

Akhirnya, muter-muter, eh, ketemu sana Dunia Kartun lagi, tetapi melalui pintu satunya. Anak-anak kemudian melihat ada permainan bombom car, akhirnya menaiki itu, deh.

Di permainan ini antreannya sebenarnya lumayan, tetapi ya nggak terlalu banyak. Anak-anak tetep mau main.

Awalnya, saya yang agak was-was, karena yang mainin wahana ini kebanyakan orang dewasa, jarang anak-anaknya. Namun, setelah melihat di kloter anak-anak saya ada anak-anak kecil juga, yang usianya sepertinya sepantaran anak-anak saya, kecemasan saya agak berkurang.

Saya cemasnya tuh sebenarnya lebih ke kalau-kalau orang-orang dewasa itu main nabrak-nabraknya kasar aja, sih. Alhamdulillah, tidak kejadian. Anak-anak terlihat menikmati permainan ini dengan gembira juga.

Anak-anak naik bombom car.

Puas naik bombom car, pas banget, kali ini hujan bener-bener reda dan matahari sore mulai malu-malu menampakkan dirinya. Weleeeehh, bener-bener, deh, seharian hujan-hujanan di Dufan. Baru pas permainan terakhir selesai, mulai ada matahari. Itu pun redup, karena udah jam 5-an sore haha 😛 .

Foto-foto di Dunia Kartun saat hujan mulai reda.

Kemudian, kami berjalan mencari jalan keluar dari Dufan. Namun, saat melewati tenant penjual es krim, kami sempatkan dulu membeli dan makan es krim sebentar di dekat Ontang Anting. Kami melihat wahana satu itu masih beroperasi dan lampu-lampunya mulai dinyalakan.

Makan es krim dulu.

Setelah es krim habis kami pun say see yaa later ke Dufan, keluar dari Dufan. Lalu, numpang sholat Maghrib di mushola kecil yang tak jauh dari pintu keluar Dufan.

Nah, pulangnya nih yang bingung, karena kami naik KRL/ kereta. Pasalnya hari gelap, mau keluar ke Gerbang Barat katanya udah ditutup. Mau ke Gerbang Timur, tempat biasa kami memesan kendaraan online, bingung juga caranya. Soalnya biasanya kami menaiki shuttle bus Wara Wiri-nya Ancol untuk menuju Gerbang Timur. Cuma karena gelap, bingung haltenya di mana. Akhirnya, kami memutuskan buat naik Blue Bird aja yang banyak mangkal depan Dufan.

Kami turun di gang depan Stasiun Kampung Bandan. Ternyata, kalau malam di depan gang itu banyak pedagang makanan di tenda-tenda, lesehan gitu. Kebanyakan jualannya ayam goreng, bebek goreng, dll. Tadinya, sebenarnya kami mau mampir BXChange Mall yang sejurusan kereta buat makan malam di sana saja. Namun, karena merasa sudah kemalaman dan males turun kereta, akhirnya kami makan di salah satu tenant yang berjualan di depan gang Stasiun Kampung Bandan itu. Lumayan enak dan murah harganya.

Makan pecel ayam sebelum pulang.

Yaaa, itulah cerita keluarga kami, seharian hujan-hujanan di Dufan, wkwkwk. Meskipun hari itu tidak banyak naik-naik wahana permainan, tapi lumayan lha, bisa punya cerita buat dikenang sekeluarga 😀 . Intinya dibikin fun aja, dah, apapun kondisinya, yekaaan 😀 .

April Hamsa

Categorized in: