Xixixi, yeaaah, udah sekitar hmmm, yaaa 3-4 bulan terakhir ini, saya les Bahasa Jepang di Lembaga Bahasa Internasional Universitas Indonesia (LBI UI) di Depok. Mungkin cuma sedikit yang tahu, karena saya juga agak males cerita sih, kecuali ke beberapa teman dekat aja. Agak males kalau nanti bikin orang mengernyitkan dahi:
“Lha, ngapain sih udah emak-emak kok belajar Bahasa Jepang?”
“Kok milih Bahasa Jepang? Bahasa Inggrismu aja masih jelek?”
“Segitunya ya yang pengen ke Jepang?”
Eh, tapi akhirnya dibikin jadi konten di blog ini. Hahaha.
Alhamdulillah, masih punya kesempatan belajar Bahasa Jepang 😀 .
Jepang oh Jepang, menurut saya Jepang tuh negara yang menakjubkan. Setelah dihancurkan oleh bom atom, negara ini begitu cepat bangunnya. Itu, salah satu yang bikin saya mengagumi negara ini.
Trus, soal “Ngapain sih emak-emak belajar Bahasa Jepang?” Hmmm, kalau saya balikin, “Lho, emang kenapa? Emangnya emak-emak enggak boleh mempelajari bahasa asing?” Boleh dan sah-sah aja donk yaaa… 😀
Alasan belajar Bahasa Jepang sekarang
Jadiii, semuanya berawal ketika saya merasa sedang dalam masa sangat bosan dengan aktivitas keseharian yang ada. Ya, sebagai ibu rumah tangga, ya sebagai pekerja lepas (blogger, freelance writer,dll). Dahulu, menulis buat saya adalah “me time”. Namun, saya akui, sekarang menulis merupakan “pekerjaan”. Ketemu detlen lagi, detlen lagi. Sehari-hari aktivitas saya begitu terus. Ngadep laptop, ngliat henpon. Duh!
Fuji San di Jepang (Sumber: Pixabay).
Trus, saya merasa terlalu sering berinteraksi pakai gadget, ketimbang dengan orang “beneran” (soalnya saya jarang main ke tetangga, enggak punya grup wali kelas karena anak belum sekolah formal, intinya enggak punya kegiatan yang “beneran” di “dunia nyata”), dan itu bikin saya “gila”. Huhuhu.
Saat itulah saya sampai pada suati titik: “Saya harus punya aktivitas di mana saya berinteraksi dengan orang secara face to face. Trus, aktivitas itu minim bahkan kalau bisa enggak pakai gadget sama sekali.”
Akhirnya tercetus ide: “Ahaaa, saya harus mengikuti semacam kursus buat ibu-ibu.”
Akhirnya saya mulai bikin list kursus apa yang bisa saya ikuti, seperti: baking atau cooking, menjahit, musik, dll, sampai akhirnya saya memutuskan kursus bahasa saja.
Semoga kelak bisa melihat langit Tokyo aamiin (Sumber: Pixabay).
Mengapa? Soalnya kalau kursus kayak baking/ cooking, sewing, musik, dll kan kayaknya butuh alat ya buat praktik. Seperti tools memasak, mesin jahit (walau saya punya dan enggak pernah dipakai wkwkwk), beli piano atau gitar atau biola, dll hahaha. Nah, kalau kursus bahasa, paling beli buku atau kamus, gitu. Yowes, akhirnya saya memutuskan kursus bahasa saja.
Lalu, kenapa saya pilih Bahasa Jepang? Soalnya, dulu saya pernah mempelajari Bahasa Jepang. Duluuu banget, sebelum negara api menyerang #eh 😛 . Plus, kebetulan saya penggemar drama Jepang di channel TV Jepang seperti Waku Waku Japan atau GEM. Yeah, mungkin bisa dibilang saya punya cita-cita yang begitu “mulia” yakni kepengen nonton drama Jepang tanpa subtitle, wkwkwk.
Tapi, serius, emang itu juga salah satu tujuannya. Jadi, udah ada dua alasan kesebut ya tadi, mengapa belajar Bahasa Jepang sekarang? Pertama, buat me time. Kedua, supaya bisa berbahasa Jepang dengan lancar sehingga bisa nonton drama Jepang tanpa subtitle :p .
Huruf Katakana yang bikin mumet, xixixi.
Lalu, alasan lainnya, terus terang saya ingin belajar serius di bidang ini, bahkan mungkin kuliah lagi ambil jurusan ini (please doain ada jalan dan rezekinya, makasih), supaya kelak kalau ada kesempatan kerja kantoran lagi saya punya sesuatu yang bisa dijual. Kalau enggak, mungkin saya bisa ambil kesempatan jadi penerjemah atau jadi guru ngajarin Bahasa Jepang ke orang lain atau jadi guide buat orang Jepang di sini atau orang Indonesia yang main ke Jepang, maybe.
Walau kadang saya juga merasa up and down, sih, mengingat usia yang tak lagi muda. Apalagi, Bahasa Jepang itu hurufnya berbeda dan wajib hafal tiga huruf (Kanji bikin mumet gaeeess). Namun, kalau udah di kelas, semangat itu biasanya muncul lagi 😀 .
BTW, mengenai usia yang tak lagi muda untuk belajar bahasa asing, selama ini mungkin kita sering dicekoki dengan paradigma: “Kalau belajar bahasa tuh sebaiknya sejak kecil, karena anak-anak lebih mudah menyerapnya, bagaikan mengukir di atas batu. Sedangkan, kalau di usia yang tak lagi muda, seperti mengukir di atas air.”
Suka ciut duluan kan ya denger kalimat itu?
Kalau mau belajar Bahasa Jepang kuasai kedua huruf ini dulu.
Namun, ternyata ada lho beberapa penelitian yang mengatakan bahwa orang dewasa tuh sebenarnya bisa juga mempelajari bahasa asing dengan mudah. Saya lupa baca di mana, coba deh searching di Mbah Google, kali nemu. Kurang lebih begini katanya: “Orang dewasa punya pengalaman linguistik yang banyak, orang dewasa punya strategi dalam belajar dan memecahkan masalah, orang dewasa lebih cepat memproses informasi hal baru berdasarkan pengalaman hidupnya, dll.”
Intinya, enggak selalu betul bahwa orang dewasa akan mengalami kesusahan untuk mempelajari sesuatu yang baru. Saya beri contoh ya, ketika saya mulai belajar kanji. Nah, saya pribadi punya cara khusus belajar kanji. Misal, kanji Yama (gunung), saya akan ingat bagaimana coretannya membentuk gunung. Kira-kira seperti itu kali ya, orang dewasa memproses informasi atau menghafalkan sesuatu?
Buku Minna no Nihongo untuk level dasar banget.
Kalau saya garis bawahi, dua hal yang bikin kita (saya), orang dewasa, bisa belajar bahasa asing dengan gampang adalah:
- Niat
- Konsisten
- Optimis.
Khusus hal yang saya sebut terakhir, iyes saya optimis, apa yang saya pelajari tuh enggak akan sia-sia. Minimal saya bisa mengajari anak-anak saya Bahasa Jepang ini lha. Soalnya, kalau soal bahasa untuk anak, saya tuh agak ambis ya? Kepengen anak-anak menguasai bahasa asing lain, selain Bahasa Inggris. Biar mereka lebih baik dari emak bapaknya, hehe.
BTW, ngomong-ngomong saya tuh terinspirasi sama sebuah film. Sayangnya saya lupa judulnya :P . Filmnya, film Hollywood gitu, yang mengisahkan tentang seorang pengusaha Jepang yang diundang ke sebuah negara konflik. Si Pengusaha Jepang ini mengajak serta asistennya yang ternyata menguasai beberapa bahasa, ya Inggris, ya Latin, dll. Ngliat film ini saya merasa, kayaknya kok seru ya bisa menguasai beberapa bahasa gitu. Menurut saya, bahasa tuh membuat manusia makin mengenal dunia yang complicated ini.
“Kuasailah bahasa asing, maka kau akan menguasai dunia.” (Tau dah quote siapa haha).
Weleh, enggak terasa panjang amir alasan belajar bahasanya yak, wkwkwk. Yeah, pokoknya buat me time gitu deh 😛 (Trus, dikomen ma temen: “Me time-nya nambahin mumet ya Bu?” Xixixi).
Lalu, bagaimana les/ kursus Bahasa Jepang di LBI UI?
Singkat cerita saya memutuskan daftar kursus Bahasa Jepang di LBI UI? Mengapa saya pilih LBI UI, ketimbang beberapa tempat les Bahasa Jepang lain yang mungkin tersebar di Bogor atau Depok atau bahkan Jakarta? Alasannya karena:
- Pertama, LBI UI di bawah naungan UI, jadi harapan saya yang ngajar dosen, dan pastinya kompeten lha ya? Walau sayangnya di sana tidak ada pengajar native sih.
- Kedua, biayanya cukup ramah kantong yaaa. Kalau Bahasa Jepang tuh ada dua tingkat, yakni tingkat dasar dan intermediate. Tingkat dasar terdiri dari 7 level, biaya kursusnya Rp. 1.350.000,00/ level. Satu level sekitar 3 bulan gitu deh. Sedangkan, tingkat intermediate ada 3 level dan biaya kursusnya Rp. 1.400.000,00/ level. Sudah termasuk buku Hiragana Katakana dan dua buku Minna no Nihongo untuk pelajaran level dasar dan buku Kanji untuk level berikutnya.
- Ketiga, transportasinya cukup gampang kalau dari rumah saya di Cilebut, tinggal naik KRL sekitar 25 menitan, lalu turun Stasiun UI, lanjut ngesot aja dah sampai LBI.
Oh iya, LBI UI ini sebenarnya ada 2 kampus ya teman-teman. Selain di Depok, ada juga kampus LBI di UI Salemba, Jakarta sana. Sebagai orang Jakarta coret ya udah jelas saya memilih Depok lha ya.
FYI, untuk mengetahui kapan pendaftaran les bahasa di LBI UI dibuka, teman-teman bisa melihat informasinya di akun Instagram LBI UI (@lbi_fib_ui). Kalau enggak salah (lupa-lupa inget) saya daftar September atau Oktober tahun lalu. Sepertinya, LBI UI membuka pendaftaran tiga kali dalam setahun.
Gedung X FIB UI Depok tempat mendaftar les Bahasa Jepang.
Waktu itu, saya datang dulu ke gedung LBI UI Depok, tepatnya di gedung X Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI. Ancer-ancernya, abis turun KRL di Stasiun UI, keluar stasiun, nyeberang jalan dua kali, langsung deh nyampai gedung ini. Sampai sana bisa bilang ke petugas kalau mau melakukan pendaftaran les bahasa. Ada beberapa bahasa lainnya yang bisa kita pelajari selain Bahasa Jepang, ada Bahasa Inggris, Bahasa Korea, Mandarin, Belanda, Jerman, dll. Informasi lebih lengkapnya lihat saja di akun Instagram @lbi_fib_ui yaaa.
Nanti, pada saat mendaftar, kita akan diberi formulir pendaftaran. Isinya ya seperti biodata, ada pula isian untuk menentukan jadwal kalau mau ikutan placement test (karena mungkin sebelumnya pernah belajar dan enggak mau mengulang dari level dasar. Kalau saya pribadi, walaupun sebelumnya udah pernah belajar Bahasa Jepang, waktu itu memutuskan tetep ikutan dari level pertama. Khawatir banyak yang lupa 🙁 . Udah lha start dari awal saja), dan pernyataan kepesertaan. Jangan lupa membawa fotokopi identitas yaaa. Kalau misalnya belum punya id card/ KTP bisa juga memakai keterangan dari sekolah. FYI, usia minimal peserta belajar di LBI UI adalah 15 tahun.
Kalau mau daftar les di LBI UI ke meja ini yaaa.
Setelah mengisi semua isian yang diminta, kita bisa langsung melakukan pembayaran secara debit maupun tunai di loket administrasi. Bisa juga melalui transfer, trus bukti transfernya kita kirim via email ke adminnya LBI UI. Udah gitu aja, tinggal nunggu aja email balasan kapan mulai belajarnya. Oh iya, LBI UI menerapkan sistem “first come first served” sehingga yang daftar plus bayar duluan ya langsung cepat dapat kelasnya. Soalnya, peminatnya lumayan banyak.
Untuk belajarnya bisa saat weekdays (Senin, Selasa, Rabu) dan Sabtu. Maaf saya lupa kalau weekdays tuh jadwalnya jam berapa, tapi pernah ada yang bilang kalau sore ke agak maleman gitu sih. Sedangkan, les pada hari Sabtu dimulai pukul 08.30 sampai 13.00 WIB. Ada istirahatnya juga sekitar pukul 1030 – 11.00 WIB.
Kantin FIB yang bisa kita manfaatkan saat istirahat les.
Kebetulan kelas pertama yang saya ikuti rata-rata pesertanya adalah mereka yang udah bekerja. Meski ada pula yang kuliah, bahkan masih SMA. Tapi, prosentasenya tetep banyak yang udah usia kerja (Update: kelas kedua yang saya ikuti, setelah naik level, isinya udah “senior” semua sepantaran saya, yeaaay 😛 ). Sehingga, sebagai emak-emak saya merasa enjoy aja di kelas, xixixi. Walau jujur kadang suka ngiri sama yang usia muda, hehe. Masa depan mereka masih panjaaang, kalau saya, yaaa, jalanin aja. Inget-inget aja kalau Trump aja bisa jadi Presiden saat usianya 70 tahun. Jadi, yeah, saya berjuang di timeline saya sendiri, begitu juga denganmu, wahai emak-emak yang membaca tulisan ini 🙂 . Ganbatte kudasai! 😀
Kalau guru atau sensei-nya, tiap kelas dapat dua pengajar. Jadi bergantian gitu ngajarnya, pada saat jam pertama dan kedua. Selain tatap muka seperti biasa, kadang sensei juga mengisi kelas dengan games menarik gitu, sehingga kegiatan belajarnya enggak monoton. Namun, seperti yang saya bilang sebelumnya, di LBI UI enggak ada native-nya, tapi sesekali ada kegiatan dengan orang Jepang asli. Sehingga, ada waktu di mana kita bisa belajar langsung dari orang Jepang-nya. Cukup menyenangkan sih 🙂 .
Oh iya, untuk kelas belajarnya, enggak di Gedung X FIB ya, melainkan di gedung lain. Kelas saya kemarin sih di Gedung VI FIB. Lokasinya di belakang, deket sama Danau UI. Gedung itu ya gedung yang sama yang dipakai anak-anak FIB UI kuliah gitu.
Gedung VI FIB UI Depok tempat saya les Bahasa Jepang.
Trus, tiap level juga ada ujiannya. Kalau enggak salah ada dua kali kuis, lalu ada UTS dan UAS. Kayak kuliah gitu deh, mirip-mirip. Tidak ada kelas pengganti, kalau kita berhalangan ikut kelas, namun ada hari pengganti kalau kita enggak bisa ikut UTS/ UAS. Namun, mesti bayar lagi Rp. 300.000,00, hehe.
Target selama kursus Bahasa Jepang level dasar di LBI UI adalah peserta bisa menguasai Katakana dan Hiragana, plus sekitar 300 huruf Kanji. Ditambah mendapatkan pengetahuan juga tentang budaya Jepang.
Kesan kursus selama di level dasar, hmmm, cukup menyenangkan. Ketemu teman baru, ngrasain deg-degan lagi ketika kuis dan ujian, sensei-nya cukup jelas menerangkan, dan yang terpenting saya mendapatkan me time saya, haha. Tapi, emang terasa ngebut gitu belajarnya, sih. Kadang suka ngos-ngosan ngikutinnya. Namun, tetep menyenangkan.
Suasana di kelas saat belajar Bahasa Jepang.
Oh iya, supaya ilmunya enggak mentok, saya juga mengikuti beberapa grup belajar Bahasa Jepang di medsos. Trus, saya juga membeli beberapa buku buat mendukung kegiatan belajar saya. Nonton Drama Jepang juga tetep jalan donk, sembari belajar pengucapan kata dan kalimat dalam Bahasa Jepang hehe. Rencananya sih, saya juga mau membagikan konten belajar Bahasa Jepang di blog dan/ atau medsos. Supaya medsos saya paling enggak bisa dijadikan ladang berbagi ilmu, walaupun ilmu saya masih cethek banget, huhuhu.
Yhaaa, jadi begitu deh, cerita mengenai alasan mengapa emak-emak kayak saya mengikuti kursus Bahasa Jepang di LBI UI. Buat “me time” gaeeess, xixixi. Mohon, doakan saya tetep istikhomah belajarnya yaaa 🙂 . Doain juga bisa mengunjungi Jepang segera yaaa, uhuks 😀 . Makasiiih 🙂 .
April Hamsa
Perasaan baru kali ini saya baca artikel Mbak April yang organik nih. Hehehe….terbayang saya bagaimana Mbak menghadapi DL artikel selama ini. Saya lihat Mbak banyak banget menghadiri acara blogger
Akhirnya dapat me time juga ya…
Ikut mendoakan semoga tercapai harapannya. Amin.
Perasaan saya jarang banget ke event deh wkwkwkwk, itu krn yang dishare keknya yang ke event doank kyknya xixixi, pdhl tulisan organik pasti ada mbak hehe
katakana, hiragana..huhuuh sempat tertarik belajar huruf kanji tapi susahnya minta ampun, hmmm. Saya belajarnya pakai buku, mungkin kalau kursus gak susah-susah banget kali ya
Kalau belajarnya di kursusan bisa lebih termotivasi krn bareng2 temen2 hihihi #imho
Aku juga pernah belajar bahasa jepang, sulit tulis huruf kanjinya mbak mending verbalnya aja arigato gitu dech😊
Gak sulit kok kalau mau belajar xixixixi
MasyaAllah, keren mbak April. Padahal konon katanya bahasa jepang itu salah satu bahasa yang sulit buat dipelajari.
Aku punya cerita lucu tentang les Jepang. Jadi, pas hamil anak pertama ngidamku aneh, mau belajar bahasa Jepang dan minta ke suami. Eh beneran dong ikut les, dan cuma betah 2 minggu, abis itu stop. Emang dasar emak-emak. Padahal udah beli buku, kamus, dll. Padahal kalo mau serius, banyak manfaatnya bisa bahasa Jepang ya mba.
Sempet belajar hiragana katagana jaman kuliah tapi akhirnya belok ke Bahasa Perancis wkkwkw aku anaknya emnag gitu suka bosenan. Semangat belajar bahasa jepangnya ya Mbak April
Iya, Mbak, aku termasuk yang bakaan gumun, ngapain belajar bahasa Jepang?
Sulitnya itu lho. Wkwkwk.
Hiragana masih ok, lah… bulet-bulet dan berasa menghapal Honocoroko. Setelah hapal, diberi Katakana. Ancur rasanya, karena garisnya ramping. Pakainya, untung jarang-jarang, hanya kalau menulis bahasa asing.
Ketika belajar huruf Kanji… aku berasa iingin melarikan diri. Wkwkwk.
Alhamdulilah level 1 Nihonggo terlampaui. Level dua baru separuh, aku berhenti belajar.
Semangat belajar ya Mbak….. Kamu pasti lebih baik dariku. Karena saat itu aku sedang kuliah bahasa Perancis, belajar ilmu terjemahan bahasa Inggris dan kursus bahasa Jepang. Berasa pengen roboh, akhirnya menyerah dulu. Trnyata menyerah sampai sekarang.
Seneng banget ini Kak April belajar bahasa Jepang, mana lokasi gak jauh ya dari rumah, dapat manfaat luar biasa bisa menambah perbendaharaan kata selain bahasa negeri sendiri ya
Wow.. bahasa Jepang ya mbak. Seru sih. Apalagi aku sering denger bahasanya karena sering nonton anime dan live action-nya. Hehe.. But, kalau untuk belajar keknya belum sih. Cuma aku salut sama orang2 yang belajar seserius ini.
Ah dengerin orang ngomong mah ngga akan ada habisnya
Menarik ya belajar bahasa jepang?
Saya juga pingin
Pilih bahasa Jepang atau Korea ya 🙂
Dulu pas mau exhibition penelitian di jepang aku sempat ikutan les bahasa jepang tapi rasanya gak ada yang nyantol sedikitpun di kepala saking susahnya bahasa jepang hehe
Seruuu memang belajar Bahasa lain, apalagi Bahasa Jepang.. saya juga tertarik tapi ke Korea hihihi mungkin karena suka nonton Drakor dan pengen tanpa subtitle kali ya 🤣 oh ya, kebetulan kakak saya buka les Bahasa Jepang juga dirumah, beliau juga pernah ikut pertukaran pelajar ke Jepang.
Kayaknya seru kalau kita bisa menguasai beberapa bahasa ya mbak.. berasa menguasai dunia gitu 😍
Seneng banget ya kursus Bahasa Jepang.
Saya juga pernah ambil satu paket beberapa bulan.
Enaknya belajar bahasa Jepang kita itu dikenalkan dengan Budaya sana dulu.
plus belajar nulis Hiragana, Katakana dan Kanji.
Kanji paling susah, tapi kalau pernah belajar Mandarin Kanji mudah juga, karena tulisan dan arti sama hanya bacaan beda.
Semangat Mbak…(dan aku jadi ingin belajar lagi, deket rumah ada tempat kursus Bahasa Jepang dengan guru-guru juga Native Jepang).
Wah ga mahal juga rupanya ya les bahasa Jepangnya Pril. Dari kecil padahal bahasa Jepang sudah menjadi makanan harian di rumah secara dua kakak aku ngajar bahasa Jepang. Tapi entahlah koq males ya belajar sendiri. Payah emang. Mungkin perlu belajar bareng kamu ya haha
Keren ni, msh semangat belajar bahasa asing..
Aku mau memperdalam english aja mager bgt..
Jadi malu, hehe
Aku baca tulisan ini terharu eh bukan umm berkaca-kaca. Sejak memutuskan resign dari kantor dan mengurus dua bayi, salah satu tekad aku setelah mereka agak besar dan bisa sejenak ditinggal ya, kembali belajar bahasa Jepang. Sudah beberapa kali main ke FIB dan lewat di depan tempat pendaftarannya. Ngeliat doang, belum daftar, biar tetap kuat hati ini menunggu sampai kesempatannya tiba.
Yah, sekarang nulis komen jadinya mengalir deh air matanya. Hhh ….
Kalau boleh, selain les di sini, saya ingin ambil s2 psikologi UI.
Doakan ya Mba.
Aku kagum padamu Mbak April
Semoga segala rencana dimudahkan dan dilancarkan-Nya ya, Smoga sukses..Aamiin
Aku jadi ingat saat kuliah dapat pelajaran Bahasa Jepang 2 semester, tapi saiki lali hiks hiks
Selalu suka semangat belajar yang kuat seperti ini.
Usia bukan penghalang berburu ilmu
Suamiku aja umur 35 tahun baru lolos beasiswa S2 (batas umur tertua) dan di sana jadi mahasiswa paling tua haha
Wah kak April bisa bahasa jepang dong ya? Jangan-jangan kamu mau hijrah ke Jepang ya? Tapi kalau buatku sih namanya belajar tuh gak perlu kenal usia, apalagi dalam menguasai bahasa asing ya kak.
Amiin. Doa kenceng bareng-bareng ya. Kali aja bisa ke Jepang barengan, hehe. Btw aku jadi kangen belajar Jepun lagi. Aku mau bongkar-bongkar lemari ah. Mau nyediain space buat buku boso Jepun. Yakali aja semangat lagi. Sayang juga sebenarnya kalau sampai lupa. Secara udah 15 tahun gak dipakek blas. Hiks. Padahal Kanji tuh matkul favoritku lho.
Btw lagi I feel you, Mbak. AKu pun sempat merasa “gila” karena merasa, ya hidupku kok gitu2 aja. Akhirnya milih aktif gi komite sekolah anakku dan olahraga. Ya Zumba, ya Renang. Wis pokok ben metu soko omah, hehe.
Ah aku rindu menulis pengalaman dengan rinci seperti ini dan gayanya sedang cerita bukan teknis hihi 😀 ahaha iya bener teh april dulu menulis buat me time sekarang ke pekerjaan jadi lumayan menguras tenanga. Seru dong teh belajar bahasa jepang, udah jalan dari tahun lalu ya? Semoga setelah lancar langsung cus ke Jepang 😀 dulu di kampusku juga ada pilihan bahasa jepang buat matkul tambahan :3
Belajar Bahasa Asing jadi resolusiku tahun kapan. Tujuan pertamanya sih biar kalau nonton gak pakai subtitle, hahahaha
Tahun kemarin sempat belajar Bahasa Inggris online. Ini mandek dulu karena kemarin lagi ribet dan gak fokus
Salut banget lho, Mbak, meski sudah emak-emak masih semangat belajarnya. Bahasa Jepang, pula! Kereeen. Semoga dilancarkan semuanya, ya, sampai bisa ngobrol sama orang Jepang, di Jepang sana. Aamiin.
Selamat Mba udah tercapai keinginan belajar sesuatu yang baru dan benar-benar berinteraksi dengan teman, seneng lihat progress Mba April ambil les Bahasa Jepang.
Aminn aminn untuk niat bisa istiqomah dan bisa ke Jepang. ^^
Senang banget lihat teman-teman masih terus mau belajar, apalgi belajar bahasa nih.
Jadi inget, dulu pengin mau belajar bahasa Cina cuma selalu alasan sibuk 🙁 padahal belajar gratisan sama Apo. Saat Apo udah meninggal baru deh nyesel.
“…seperti mengukir di air.” aku baru tahu ada kutipan ini, yang biasa kita dengar itu better late than never kali ya hihihi.
Sama kek aku nih, kemarin 2tahun belajar bhasa Prancis karna pengen someday bisa ke Prancis ngomong sendiri gitu sama Parisian di sana. Eh ternyata April juga, sukanya Jepang. Go ahead, April!!! Pasti bisa, ada kemauan ada jalan.
Belajar bahasa itu asikk. Itu salah satu alasan kenapa saya memilih jurusan sekolah dan kuliah bahasa. Semoga next time bisa berkunjung kesana ah.
aku dulu pernah ke FIB UI cuma buat ketemuan ama teman SMA yg kuliah di situ
semoga makin lancar belajar bahasa jepangnya, makin jago, dan bisa dimanfatiin untuk berbagai hal tentang jepang 🙂
mantab mbak, masih mau belajar hal yang super baru… kalau aku justru tipikal suka memperdalam ilmu yang dikuasai..kalau harus nyoba hal baru lagi, storagenya udah penuh nih..haha
waduhhh….. mbak luar biasa, dengan segala macam aktifitas padat, masih menyempatkan belajar bahasa baru. Ini butuh concern tinggi, saya dulu pernah ikut kursusu bahasa Jepang namun ya gagal di pengaplikasian karena kurang bergaul ama “Jepang” hehehehe jadi sekedar ikutan les dan selesai begitu aja
April nee-san, sugoiii~
Atashi mou nihon go no benkyou ga suki desu.
Hhahaha….gomen ne, wakaranai.
Hisashiburi da neee…
Dulu ada perasaan senang saat hobi bisa jadi pekerjaan.
Tapi saya sekarang juga merasa jenuh. Hobi menulis jadi gak se-asyik dulu. Terpaku dengan target-target.
Dan sekarang jadi bingung “me time”-nya mau ngapain? Ikutan les bahasa juga gitu? Hihihi
AKU suka nih tipe perencana matang begini. Entah kapan mau kerja lagi yg penting nabung ilmu ttep jalan ya.
Salah satu hal yang ingin saya lakukan dalam hidup adalah belajar bahasa Jepang. Sebagai penggemar musik dan juga drama Jepang, entah kenapa ingin aja gitu belajar. Namun, apalah daya, kadang waktunya susah, belum lagi soal biaya sebagaimana macamnya. Oke, aku coba masukkan list. Semoga bisa kelak. Amin!
Keren banget sih, Mba. Me Timenya aja ikut kursus. Bener-bener me time yang positif dan bermanfaat. Kalau saya bukan bahasa Jepang tapi pengen bisa bahasa Korea sejak rajin nonton drakor, wkwkwkwk.
Aku tertarik utk mempelajari bahasa Jepang karena Naruto mbak, kwkwkkw. Dan ternyata dapat pasangan halal yg ngeh Bahasa Jepang dasar, jadi, cuman dikasih kisi kisinya doang.
Kalau pengen bisa, disuruh les sendiri wkkwk
Semoga istiqomah selalu belajar bahasa Jepang ya Mbak April
Aamiin..semoga cita2nya terwujud ya mba. Salut deh mba…untuk usahanya nambah skill…
Tapi mmng bener sih.. mlh aku jadi berpikir, perasaan bbrp tahun terakhir aku g nambh skill apa2..
Tp bingung juga mo ngapain. Tp bukan bahasa Jepang klo aku mba..udah pusing duluan aku lihat hurufnya. Itu baru huruf, blm lafal in nya.. blm nyusun jd kalimat…
Selamat belajar Mbak. Selamat berproses ke arah yg paling baik.
Semangat, Mbak.
Semoga bisa segera dikusai, bajasa Inggrisnya
Wuiiyy keren nih April masih sanggup ikutan kursus bahasa. Aku juga dari kapan tuh pengin les Bahasa Jerman, tapi sampai sekarang ga kesampaian. Nyari tempat kursusnya loh ga nemu-nemu.
Semoga tercapai harapanmu untuk bisa pergi ke Jepang dan mengaplikasikan hasil kursus ya.
AshaAllah mbak, salut aku sama semangat belajarnya, semoga kelak bisa menyaksikan langit Tokyo bareng keluarga ya mbak
Gimana dengan teman – teman sekelasnya, Mbak? Apakah ada yang seusia atau segenerasi? hehehe…
Saya sepakat dengan belajar tidak kenal usia karena perjalanan hidup itu ya isinya belajar terus. Kalo Mbak April kursus bahasa, sejak lama saya ingin ikut latihan wushu atau kungfu. Indah banget gerakannya dan ga pecicilan.hehehe..
Aih me-time berfaedah nih sambil kursus nihon-go. Selamat yaa mbak! Emang ya ngeblog waktu masih jadi hobi ya asyik. Begitu kena deadline, err… Aku karena hamil jadi lebih selow ngeblog, makin happy kumpulin konten organik. Hahahaha
Bahasa Jepang selalu menarik untuk di pelajari, tujuan utamanya untuk dapat mengunjungi negaranya 🙂
Ini adalah alasan saya saat (dulu) belajar bahasa Jepang, tapi sayang entah kenapa sulit sekali untuk nempel di otak saya, mungkin karena faktor umur dan karena tidak ada lawan bicara di luar tempat les
Suka sebel sama pirtinyiin ngapain emak2 begini begitu lah emang kenapa yak? apalagi setelah tahu cita2 mulianya mba April biar nonton drama Jepang tanpa subtitle ahhaha kerennn..aku juga mba pengen kursus bahasa Inggris sih sapa tahu ntar bisa keliling dunia aamiin
Wahh keren mba Apri.. ada satu keinginan aku jg nih buat belajar lagi ambil profesi.. tapi babyak takutnya karena udah emak2.. huhu baca postingan mba Apri ini jd semangat lagi belajar khususnya di instansi formal
Waktu saya masih kuliah, semua mahasiswa di berbagai fakultas, wajib ambil bahasa Jepang. Memang belajarnya gak sedalam mahasiswa Sastra Jepang. Fakultas lain hanya belajar dasarnya.
Trus, saya tambahin lagi dengan kursus. Sekarang agak menyesal, karena setelah lulus gak coba diperdalam lagi.
Tetapi, sekarang saya mulai suka lagi nonton channel tv Jepang. Suami juga mulai ikut-ikutan. Jadi kami berdua suka nostalgia juga. Ingat masa kuliah, belajar bahasa Jepang hehehe.
Salah satu alasan lain suka bahasa Jepang karena ada belajar huruf-hurufnya. Ada pakem-pakemnya kan tuh. Tetapi, saya suka aja. Berasa kayak menulis indah, ya 😀
Proud of you, Mbak. Cakep banget deh. Meskipun udah emak-emak masih tetep mau belajar. Bahasa Jepang pula.
Jadi inget dulu pas jaman SMK ada materi tambahan lea bahas Jepang. Belajar huruf Katakana dan Hiragana itu aduh ampun, butuh kesabaran buat saya.
Jepang itu memang wow banget sih. Dan salah satu negara impian suami untuk dikunjungi karena suka sekali dg anime Jepang. 🤣
Mbak. Dikau keren banget.. gabut dan bosen sama rutinitas, malah menghasilkan sesuatu yang positif.
Belajar bahasa lain, bener2 membuka wawasan kita ya, mbak. Apakah kita mampu atau tidak.
Wah, saya juga lagi nyari kesibukan nih..tadinya mau ambil kursus keterampilan seperti membatik atau memasak. Tapi baca ini kok jadi pengen kursus bahasa juga ya..hihi..
Abis baca ini aku jadi termotivasiiii.. Pingin tahun ini belajar hal baru.. Semoga bisa kesampaian hehe.. Semangat Mba April, nanti ketemu Yamaken bisa ngobrol haseeeek.. 😘😘
Semangat Mba April. Saya nyerah di level 5, hahaha. Sekarang udah lupa. Di Jepang kebanyakan pake Bahasa Inggris, haha.
Halooo Mba April..salam kenal ya mba…aku kebetulan lagi cari2 info ttg kursus bahasa jepang cuma aku bingung nih mba untuk nentuin kita mulai dari level mana tuh bagaimana ya Mba?
Kalau sudah pernah belajar bahasa Jepang sebelumnya, nanti bisa ikut placement test di LBI dan masuk ke level sesuai kemampuan
Kalau belum pernah sama sekali ikut level paling awal mbak