Saat masih tinggal di Surabaya, yang namanya mie ayam bukan menu pilihan umum untuk sarapan. Namun, setelah tinggal di Jakarta (coret) sepertinya orang-orang juga biasa ya makan mie ayam pagi-pagi? Hehe. Nah, kali ini saya mau cerita pengalaman saya sarapan mie ayam di Warmie Bang De Pasar Modern Intermoda BSD City. Pasmod yang nyambung dengan stasiun Cisauk itu, lho.

Saya mengetahui rumah makan Warmie Bang De ini sebenarnya enggak sengaja. Jadi, waktu itu saya ngeshare postingan kuliner  Sarapan di Pecel Pincuk Ibu Ida Pasar Modern Intermoda BSD City di Twitter. Kemudian, ada yang nyaut komen di postingan itu.

Lokasi Warmie Bang De.

Katanya di seberang Pecel Pincuk Ibu Ida ada hidden gem yakni coffee shop dan warung bakmie. Dia juga menunjukkan foto dua tempat makan yang dimaksud.

Yawda, akhirnya pas ada kesempatan, setelah pindahan rumah beberapa waktu lalu (soal pindahan ini ntar yaaa, kapan-kapan ceritanya kalau udah siap 😛 ), pas ada keperluan ke pasmod juga, saya sempatkan mampir ke sana. Penasaran, ceritanya.

Kali itu ke Warmie Bang De dulu. Belum sempat njajan kopi ke coffee shop sebelahnya, soalnya emang sedang buru-buru mau beresin rumah lagi.

Untungnya, menemukan Warmie Bang De ini cukup gampang ya, sesuai patokan yang komen di postingan Twitter saya tadi. Rumah makannya enggak terlalu besar, di kios pasmod bagian luarnya gitu.

Meja dan bangkun untuk makannya diletakkan di depan kios. Ditata memanjang hingga depan coffee shop yang ada di sebelahnya.

Sesuai namanya “warmie”, Warmie Bang De ini menawarkan menu aneka mie, tepatnya mie ayam. Rumah makan ini katanya buka sejak pagi hingga sore. Maaf kurang tahu tepatnya jam berapa, tetapi kalau mau sarapan jam 8-9nan gitu udah buka.

Maxy saat nyobain mie ayam.

Selain mie, ada juga menu bihun dan shirataki (buat yang diet kali ya? Hehe). Buat yang enggak kepengen makan mie-mie’an juga ada pilihan menu Bubur Hongkong dan Nasi Hainan. Harga makanan di sana berkisar antara Rp. 15 ribu- 26 ribuan.

Untuk menu mie, ada beberapa pilihan mie, yakni Mie Hitam, Mie Original, dan Mie Karet. Semuanya pyur mie doank yaaa, belum termasuk topping. Jadi, ntar pelanggan bisa memilih topping sesuai selera, antara lain ada Ayam Kampung, Ayam Gurih, Ayam Sambal Pandan, Ayam Jamur, dan Ayam Panggang Madu. Untuk tambahan topping ini dipatok Rp. 4 ribu, kecuali untuk Ayam Kampung yang harganya Rp. 11 ribu.

Selain menu-menu utama tersebut, Warmie Bang De juga menyediakan side dish, antara lain Baso Goreng, Siomay Goreng, Pangsit Goreng, Pangsit Rebus, Telur Mata Sapi, Bakso Sapi, dan Ceker Presto. Harga side dish-nya antara Rp. 3 ribu- 5 ribuan.

Waktu kami ke sana (2 Juli), sayangnya pilihan Ayam Gurihnya sedang kosong. Kalau enggak salah denger, dibilangnya, ada pelanggan yang mesen agak banyak, jadi diborong gitu.

Akhirnya, kami memesan empat porsi Mie Original dengan topping dua Ayam Sambal Pandan (buat dewasa) dan dua Ayam Panggang Madu (buat anak-anak, karena katanya enggak pedas).

Padahal, sengaja makan di sana tuh sebenarnya supaya suami bisa makan bubur. Soalnya setelah pindahan sempet ngeluh enggak enak badan. Eh, enggak tahunya, suami juga ikutan memesan mie ayam.

Trus, biar agak ramean ((RAMEAN)) pesenannya, kami juga memesan semangkuk Pangsit Rebus. Isinya 4 pangsit.

Untuk minuman ada beberapa minuman unik yang ditawarkan, seperti Liang Teh, Teh Rosella, Chrysanthemum, Teh Telang, Teh Kelor, dan Peach Gum. Harga minumannya berkisar antara Rp. 8 ribu – 15 ribuan. Tersedia pula minuman standar seperti air mineral, teh anget es teh. Saya memesan yang standar-standar aja, yakni es teh manis, sedangkan suami memesan Liang Teh.

Liang Teh.

FYI, Liang Teh ini merupakan nama salah satu minuman herbal tradisional yang konon berasal dari Tiongkok sana. Liang Teh ini kata orang-orang bagus untuk menjaga kesehatan.

Kalau kata oma-oma zaman dulu, katanya kalau ada yang sakit panas dalam, obatnya adalah Liang Teh ini. Kata “Liang” sendiri berarti dingin. Jadi, kalau minum teh ini, penyakit panas dalam bisa sembuh. Untuk lebih jelasnya, silakan googling sendiri ya.

Uniknya, Liang Teh di Warmie Bang De disajikan di botol plastik. Waktu itu enggak sempat bertanya kenapa penyajiannya begitu. Apa mungkin boleh dibawa pulang sebotol-botolnya kali ya? 😛

Okey, sekarang mengenai rasanya. Bahas Si Liang Teh dulu yaaa. Suami waktu itu pesan yang dingin. Butuh waktu agak lama menunggu teh ini diseduh. Saat datang, ternyata tanpa gula, namun rasanya tuh enggak pahit, sih. Berasa seger setelah minum ini. Agak nyesel kemarin saya cuma mesen es teh manis, hehe.

Mie Ayam Sambal Pandan.

Kemudian, untuk mienya, sepertinya homemade ya, sehingga bentuknya agak beda dengan mie-mie kebanyakan. Mienya tuh panjang-panjang dan tipis. Mengingatkan saya pada mie ayam langganan di depan komplek rumah di Depok dulu. Teksturnya halus dan mudah dikunyah, apalagi untuk anak-anak ya.

Kuah mienya disajikan terpisah dengan mangkuk sendiri. Rasanya enggak terlalu strong, jadi kalau mau asin atau lebih berasa gitu, tambahkan saja garam yang disediakan di meja.

Untuk topping Ayam Sambal Pandan, rasanya enak, sih, cuma buat penyuka pedas seperti saya masih kurang pedas, hehe. Jadi, saya masih perlu menambahkan sambal dan saus.

Kalau Ayam Panggang Madunya manisnya pas, enggak manis berlebihan seperti karamel gula, sehingga engak bikin eneg. Menurut saya, topping yang ini emang salah satu topping yang cocok untuk anak-anak kalau makan di rumah makan ini.

Mie Ayam Panggang Madu.

Selain topping ayam, ada sayuran pokcoy pula di atas mie, yang saya enggak tahu kenapa mengapa dibiarkan utuh. Namun enggak masalah sih buat saya yang pengemar sayuran ini 😀 .

Porsinya mie ayamnya juga berlimpah. Dijamin kenyang kalau sarapan mie ayam di sini. Apalagi kalau mau berangkat ke kantor, trus belum sempat sarapan kan? Hanya saja, kalau menurut suami, aroma ayamnya tuh tercium sekali. Mungkin, kalau aroma ayamnya agak dikurangi akan lebih baik. Namu, ya, sekali lagi ini soal selera ya, hehe.

Sedangkan pangsitnya, nyaaam, enak. Teksturnya enggak lembek, namun juga enggak keras. Gampang dipotong pakai sumpit/ garpu. Saat masuk mulut, terasa kenyal dan empuk. Rasa kuahnya juga seger, enggak terlalu asin.

Pangsit  Rebus.

Total waktu itu saya membayar 4 mie ayam, semangkuk pangsit, minuman, plus nambah 2 bungkus rempeyek adalah Rp. 125 ribu. Enaknya kalau makan di sana metode pembayarannya bermacam-macam, mulai cash hingga pakai e-wallet (semua tenant di pasmod bisa transaksi non tunai).

Waktu saya membayar pesanan saya, ternyata memang Warmie Bang De ini mienya homemade. Dia menjual mie ayam yang mentahnya juga. Yang frozen-frozen gitu, lho, maksud saya.

Cuma saya kelupaan nanya apa bisa dibeli online atau enggak. Coba yang kepengen pesan online mie ayam frozen-nya, supaya bisa masak sendiri di rumah, colek Warmie Bang De di Twitter-nya di akun @WarmieBangDe (klik aja) . Ini juga saya tahunya pas akunnya komen di postingan tentang pecel di Twitter tadi. Semoga masih aktif ya akunnya.

Baca juga: Makan Siang yang Kesorean di Seafood 32 Alfa Wijaya Pasar Modern Intermoda BSD City 

Yawes, itu aja sih, cerita sarapan mie ayam bersama keluarga di Warmie Bang De yang lokasinya di Pasar Modern Intermoda BSD City (stasiun Cisauk). Sekali lagi, lokasinya di luar pasmod ya, bukan di pujaseranya. Seberang persis Pecel Pincuk Ibu Ida.

Semoga postingan kuliner ini bermanfaat buat yang sedang kelaparan, hehehe 😛 .

April Hamsa