Wkwkwk, camping-nya kapan, ditulisnya kapan (lagi), nih? Gpp yaaa, daripada kenangan itu hilang gitu aja #uhuks. Kali ini, saya mau mendokumentasikan kenang-kenangan kami sekeluarga ikut kegiatan camping Pramuka di Sisicai Camping Ground Sentul. Camping ini tuh berjalan di bulan Oktober tahun lalu sebagai penanda ditutupnya kegiatan Pramuka anak-anak yang telah berlangsung selama satu tahun sebelumnya.

Main di sungai saat camping bulan Oktober tahun lalu.

FYI, tahun 2023-2024, anak-anak saya mengikuti kegiatan Pramuka yang diinisiasi oleh ibuk-ibuk homeschooler, gitu. Namanya “Pramuka Ruang Tengah”, karena lokasi kegiatannya di Gelora Bung Karno (GBK) yang posisinya di tengah-tengah dari rumah semua peserta yang tinggal di Jabodetabek. Latihannya setiap dua mingguan, mengambil Hari Sabtu.

Nah, Oktober lalu, kegiatan Pramuka ini selesai, trus disepakati mengadakan camping bareng. Sisicai Camping Ground Sentul terpilih karena harganya cocok, fasilitas lumayan lengkap, perkemahannya ramah pemula, dan lokasinya tidak terlalu naik ke atas. Malah dekat perumahan penduduk bahkan minimarket wkwkwk. Jadi, kalau buat newbie kayak kami nggak keder lha ya, berkemah di sini 😀 .

Perjalanan ke Sisicai yang penuh liku-liku tapi seru

Kegiatan camping berlangsung hari Sabtu dan Minggu. Kegiatannya sendiri kalau tidak salah dimulai pukul 15.00 WIB.

Kami berangkat dari rumah kami di Kabupaten Bogor mefet Tangerang Selatan naik commuter line (KRL) ke Kota Bogor pagi (lupa jam 8 atau 9 gitu). Mayan banget, perjalanannya, kek ke luar kota beneran (padahal mah emang beneran luar kota hahaha 😛 ). Apalagi, waktu itu bertepatan dengan peringatan HUT TNI yang bikin event di Monas, sehingga area stasiun transit Manggarai udah mulai padet. Untungnya KRL arah Bogor lancar.

Kami sampai Bogor jam 11-12-an siang, ngaso bentar, makan dan sholat di Stasiun Bogor. Kemudian, sesudah itu kami naik mobil online menuju ke Sentul. Ternyata, tidak banyak kendaraan yang mau mengangkut kami, karena beberapa kali di-cancel. Hiks.

Alhamdulillah, tak berapa lama ada juga mobil yang mau mengangkut sekitar jam 2 siangan. Untungnya, walau Sabtu, Kota Bogor nggak terlalu ramai kala itu. Jangan-jangan penduduk Bogor juga pada ke Monas hahaha 😛 .

Sempat kesasar ke Gunung Pancar tapi akhirnya sampai juga di Sisicai.

 

Oh ya, hari itu juga perdana buat keluarga kami menginjakkan kaki ke Sentul hihihi. Takjub sih lihat kanan kiri banyak bangunan modern, bahkan ada mall, hotel, apartemen, perumahan mewah, tapi background-nya gunung. Semoga pengembangnya nggak lupa merawat lingkungan ya, sehingga tidak bikin alam murka, huhu.

Setelah melwati pusatnya Sentul, mobil online membawa kami masuk ke perkampungan yang jalannya berkelok-kelok dan naik turun. Meski demikian, pemandangan kanan-kirinya bukan area hijau, melainkan perumahan penduduk hehe. Mana jalannya kecil, lagi. Rupanya area perkampungannya padat penduduk juga yaaa.

Selama di perjalanan, saya dan driver sama-sama melihat peta online, hingga tiba di gerbang masuk Taman Wisata Gunung Pancar yang jadi idola para pendaki itu. Ternyata ada tiket masuknya, tapi maaf saya lupa berapa. Pokoknya dihitung per orang yang ada di mobil.

Setelah masuk area itu, kami menyadari lha kok area perkemahannya jadi semakin jauh. Kalau pun titiknya terlihat, lokasinya tuh malah jadi di luar, hedeeehh.

Ketika kami datang tenda-tenda sudah berdiri.

Nanya-nanya pedagang dan petugas area sana malah nggak tahu di mana lokasi Sisicai ini. Sampai akhirnya ada rombongan pendaki memberikan petunjuk bahwa kemungkinan Sisicai itu ada di luar Gunung Pancar.

Akhirnya saya call beberapa ibuk-ibuk yang sudah sampai duluan, ternyata, lokasi perkemahannya memang tidak masuk Gunung Pancar. Kemungkinan besar, katanya kami terlewat.

Kami pun memutuskan untuk keluar area Gunung Pancar sambil menyisiri jalan mencari tanda-tanda ada penunjuk jalan ke Sisicai. Akhirnya ketemu juga, nggak terlalu besar tanda namanya. Lokasinya dekat perumahan penduduk, dekat semacam lokasi pemancingan kalau tidak keliru ya, tetapi masih kudu agak turun ke bawah.

Jalan turun ke bawah agak kecil tetapi masih muat mobil. Sayangnya driver mobil online menolak buat nganter ke bawah sampai depan lokasi perkemahan. Mungkin orangnya trauma abis naik turun Gunung Pancar sebelumnya karena beberapa kali mengeluh khawatir mobilnya tidak kuat nanjak. Entah itu hanya alasan atau gimana, tapi ya, sudahlah.

Akhirnya sampai juga di Sisicai Camping Ground

Kami pun jalan sendiri ke bawah, sekitar 600-700 meteran gitu kayaknya ke lokasi. Alhamdulillah, anak-anak selama ini juga udah biasa jalan kaki, sehingga nggak ngedumel. Untungnya juga cuaca lagi agak mendung, sehingga nggak kepanasan selama jalan kaki. Jalannya pun nggak naik turun gimana-gimana, udah cukup OK. Mobil pun kami lihat bisa masuk dengan mudah.

Sampai di Sisicai kami disambut oleh petugasnya. Mereka bertanya kami dari mana. Saya kemudian menjelaskan kalau kami rombongan dari Pramuka. Mereka kemudian mengantar kami ke area perkemahan yang sudah dipesan sebelumnya.

Ternyata, tenda-tenda kami sudah berdiri. Lalu, saya melihat tenda buat dapur umum yang akan dipakai buat memasak juga sudah tersedia. Sebagian ibuk-ibuk saya lihat menata dapur dan mulai bersiap-siap menyiapkan bahan-bahan masakan untuk makan malam. Ada pula yang mengurus anak-anaknya yang sudah nyemplung sungai duluan, hehe.

Area berkemah dekat sungai.

Yup, konon katanya Sisicai itu berasal dari Bahasa Sunda “cai” artinya sungai, sehingga Sisicai itu maksudnya tepi sungai. Tempat perkemahan Sisicai ini lokasinya memang ada di pinggir sungai.

Sungai di dekat Sisicai tidak terlalu deras dan cukup dangkal untuk ukuran orang dewasa. Namun, setelah hujan arusnya bisa jadi cukup deras. Maka, kalau anak-anak bermain ke sungai, sebaiknya selalu dalam pengawasan orang dewasa, karena bagaimana pun juga, sungai tetaplah bagian dari alam yang manusia tidak bisa menebak apa yang akan terjadi, ya.

Lokasi perkemahannya sendiri dibagi 4 atau 5 gitu. Ada yang mefet sungai, ada yang dekat mushola, ada yang dekat parkir, dll. Maaf, karena udah lama, jadi kelupaan.

Kalau, geng Pramuka Ruang Tengah sih dapat areanya di dekat lapangan, karena memang rencananya akan ada beberapa kegiatan buat anak-anak. Jadi, nggak cuma pindah tidur di tenda, doank.

Daya tarik Sisicai adalah lokasinya yang persis di pinggir sungai.

Qodarullah, makin sore ternyata hujan turun deras. Nggak cuma membawa air, tetapi juga angin, hyaaahh. Alhasil, beberapa tenda dibongkar karena kemasukan air, baik tampias atau karena tanahnya becek. Daaan, yang paling parah, tenda dapur umum yang tadinya cuma bocor dikit-dikit, jadi hancur.

Tenda keluarga kami sih alhamdulillah air tidak masuk ke dalam. Tampias dikit, doank, di pinggir-pinggir. Cuma bagian luar saja yang basah kuyup, karena area luar memang becek.

Namun, kondisi kayak gitu jadi semacam blessing in disguise. Tempat perkemahan Sisicai ini memiliki fasilitas kafe yang katanya buka 24 jam. Nah, ada satu sisi area tersebut yang kemudian dipinjamkan kepada kami, ibuk-ibuk Pramuka buat bikin dapur umum darurat.

Malah enak sih, karena bangunannya atapnya udah permanen. Ada meja juga buat memasak dan menyajikan makanan secara prasmanan. Makannya pun sekalian di situ, karena sudah ada bangku dan meja buat makan.

Fasilitas di Sisicai

Untuk kegiatan kemah di Sisicai, setiap keluarga membayar paket tenda sebesar Rp375000,-00 untuk tendap berkapasitas 4 orang dan Rp475000,-00 untuk 6 orang. Kami pun memesan tenda untuk 4 orang dengan beberapa additional.

Fasilitas yang udah include di dalam paket tersebut adalah tenda, lampu, mushola, cafe 24 jam, toilet, kamar bilas, keamanan 24 jam. Standar lha, ya.

Kemudian untuk additional kami meminta flysheet, colokan listrik, dan matras. Masing-masing dikenai charge Rp25000,- hingga Rp.35000,-00. Maaf agak lupa tepatnya berapa nambahnya.

Oh ya, mengenai tendanya yang buat berempat, menurut saya next kalau ke sana lagi mungkin akan pesan dua tenda.  Muat, sih, cuma agak kruntelan ya, apalagi anak-anak udah mayan tinggi-tinggi, hehe.

Toilet dan tempat bilas.

Jadi, kalau nggak mau terlalu sumpek, mungkin buat yang anak-anaknya dua udah usia SD atas  bisa memesan tenda kapasitas 6 orang supaya lebih lega. Beda lagi, kalau anaknya masih bocil-bocil PAUD-TK atau SD kelas 1, tenda berkapasitas 4 orang cukup, sih.

Fasilitas toilet di Sisicai dipisah antara cowok dengan cewek. Kamar bilasnya kalau tidak salah ada delapan. Fasilitasnya cukup proper dan resik. Airnya juga mengalir lancar dan deras.

Mushola di Sisicai Camping Ground.

Dekat kamar bilas ada mushola yang bangunannya ala-ala rumah panggung. Cukup proper buat sholat, karena nggak kecil-kecil amat. Lalu, di sebelah mushola ada kafe 24 jam yang saya sebutkan sebelumnya boleh dimanfaatkan buat dapur umum kami tadi. Area tersebut lampu penerangannya cukup memadai, sehingga tidak perlu khawatir kalau malam-malam mau ke toilet.

Kafe yang buka 24 jam.

Sisicai ini saya lihat juga menyediakan lahan parkir yang luas. Kemudian, mereka juga ada fasilitas lahan yang disewakan buat campervan gitu. Jadi, kalau yang suka campervan-an, juga bisa ke sini. Mobilnya boleh masuk ke area tendanya juga.

Lapangan tempat berkegiatan anak-anak saat itu juga cukup memadai. Sepertinya lapangan ini biasa dipakai untuk kegiatan api unggun dan outbound.

Kegiatan anak-anak di Sisicai

Seperti yang saya bilang sebelumnya, sebenarnya acara camping akan dimulai sejak sore, tetapi karena hujan, beberapa jadwal dicoret. Hujannya waktu itu nggak cuma deres, tetapi juga berlangsung lama sampai sekitar Isya. Padahal, rencananya ada acara pentas seni dan api unggun saat malam tiba. Jadi, yawda, finger scross, sabar aja sembari menunggu hujan reda kami cangkrukan dulu di kafe.

Tim ibuk-ibuk masih sibuk memasak dan menata makanan yang akan disajikan prasmanan di meja. Beberapa anak bermain bareng. Bapak-bapaknya mengobrol.

Untungnya masakan bisa siap sebelum Isya, sehingga pukul 7 malam, peserta camping bisa langsung makan malam. Malam itu menunya lalapan, ayam bakar, dan aneka makanan lain hasil potluck semua peserta.

Alhamdulillah, cuaca dingin membuat semua orang doyan makanan, sehingga makanan di meja hampir ludes. Semua camilan yang dibawa dari rumah juga laku.

Kegiatan api unggun. Foto: Mbak Latifah.

Sekitar pukul 8 malam, hujan pun mulai reda walaupun masih sedikit rintik. Beberapa bapak-bapak kemudian menggelar terpal di lapangan yang ada di tengah-tengah tenda. Ternyata ingin mewujudkan api unggun, alhamdulillah. Soalnya, api unggun ini yang paling dinantikan oleh anak-anak.

Meski begitu, ternyata menyalakan api unggun di tanah basah dengan kayu lembab lumayan menantang yaa. Maka, sembari menunggu api unggun siap, anak-anak pun diajak bernyanyi bersama. Ada juga yang menunjukkan performance menari.

Tak lama kemudian, dengan bantuan dari petugas Sisicai, api unggun pun menyala, yeaayy. Kami pun membakar jagung dan marshmallow. Anak-anak senang sekali bisa bakar-bakaran, tentu saja sambil terus diawasi oleh orang tua.

Kegiatan api unggun tak berlangsung lama, mungkin 1 hingga 1,5 jam saja, karena ternyata hujanturun lagi, hahaha. Kami pun kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat.

Pengalaman kami selama di tenda,  ternyata syaa pribadi susah tidur. Anak-anak kemudian memeluk kami, trus berselimutkan jaket, di-puk-puk bentar, untungnya tidur. Capek, kali yaa.

Untuk nyamuk alhamdulillah tidak ada gangguan nyamuk sih, waktu itu. Hewan-hewan lain juga syukurlah tidak datang mengganggu.

Ketika malam sudah makin larut, beberapa lampu penerangan di sekitar lapangan dimatikan. Mungkin supaya orang-orang yang berkemah bisa tidur lelap kali ya. Namun, untuk area toilet, mushola, dan kafe yang tidak terlalu jaraknya itu masih terlihat terang. Beberapa orang juga saya lihat ada yang masih ngopi, ngemil, ngobrol di kafe tersebut.

Sarapan pagi sebelum berkegiatan.

Keesokan harinya, para peserta camping memulai hari dengan sholat Subuh. Abis itu orang tua mulai kerja lagi di dapur umum untuk menyiapkan sarapan. Menu sarapannya kali ini makanan sisa semalam, roti, jagung rebus, pokoknya yang simple-simple aja.

Bermain halang rintang dengan tali spider. Apa ini namanya? Haha.

Lalu, sekitar pukul 7 pagi kurang, anak-anak dikumpulkan dulu di lapangan untuk mengikuti semacam apel pagi bersama kakak pembinanya. Tak lama kemudian mereka lanjut berkegiatan. Kalau tidak salah melakukan halang rintang gitu, yang masuk ke tali-tali sambil merunduk gitu, lho. Apaan deh, namanya? Hahaha 😛 .

Lanjut, kemudian bermain panahan. Lalu, yang terakhir adalah melakukan aktivitas meniti tali. Bagi anak-anak keknya aktivitas ini yang paling menantang. Meski demikian, semua anak berani mencoba, bahkan ada anak usia PAUD juga berani meniti tali.

Meniti tali.

Setelah kegiatan pagi di lapangan usai, anak-anak tidak langsung mandi, melainkan langsung cabut ke kali. Yaaa, ini sepertinya momen yang dinantikan oleh mereka sejak kemarin. Maklum, saat tiba kemarin kan hujan, sehingga tidak sempat menengok sungai.

Di sungai ini anak-anak bermain bareng. Ada yang cuma duduk-duduk menikmati aliran sungai, ada yang mencoba berjalan-jalan di atas bebatuan, ada pula yang bermain ciprat-cipratan air.

Membuat rakit.

Tak lama kemudian, pembinanya membawa peralatan beberapa kayu dan galon. Rupanya mereka hendak berkegiatan lagi. Kali ini adalah membuat rakit. Rakit dibuat di halaman kafe dan juga di pinggir sungai.

Setelah rakit selesai dibuat, anak-anak mencoba menaiki rakit tersebut. Mayan aman sih, karena selalu ada yang menjaga dan menarik rakitnya dengan tali. Cuma, kalau anaknya tidak menjaga keseimbangan, bisa kejebur atau kebalik gitu rakitnya.

Dema susah payah naik rakit.

Maxy mencoba naik rakit.

Anak-anak saya, Dema dan Maxy salah satunya yang kecelup kepalanya dan agak-agak trauma katanya. Namun, namanya anak-anak, tak ada kapoknya, tetep penasaran nyobain.

Balik dari sungai, pakaian dan penampakan anak-anak udah nggak karuan. Untung tadi abis Subuh belum mandi. Kalau mandi duluan menanges ki, mbok’e. Mana, masih banyak lumpur di mana-mana hahaha.

Anak-anak happy bermain di sungai.

Kami pun kemudian mandi dan membersihkan badan. Setelah itu, mulai bersiap-siap merapikan barang bawaan, karena siang kudu udah cek out dari perkemahan. Maaf, lagi-lagi lupa jam berapa. Sepertinya saat Dhuhur gitu.

Setelah beres, sebelum pulang, peserta makan siang dulu. Kali ini menunya adalah sup ayam dan sisa makanan sebelumnya. Pokoknya gimana caranya biar bekal makanan dari rumah tuh habis. Biar enak juga kan pulangnya tak ribet nenteng-nenteng hehe.

Yap, itulah pengalaman camping Pramuka, sekaligus camping perdana kami sekeluarga. Senang sih, cuma memang kalau datang saat bulan-bulan turun hujan tuh tetep meninggalkan drama ya. Yaes gak pa pa, kalau tidak begitu tidak ada cerita serunya hehe.

Kesimpulan

Buat para newbie yang baru berkemah, menurut Sisicai Camping Ground Sentul ini salah satu camping ground yang lumayan cocok. Fasilitasnya cukup OK. Bawa anak kecil pun nggak repot kok kalau ke sini. Kebetulan rombongan Pramuka kami saat itu ada yang membawa bayi usia bulanan, belum ada setahun usianya.

Daya tarik Sisicai ini terletak pada sungai di samping tempat perkemahannya. Sesuai namanya, ya, Sisicai, alias tepi kali.

Oh ya, di Sisicai boleh membawa tenda sendiri, kalau punya ya. Nanti, hitungan biaya sewanya ada sendiri, kayaknya. Bisa dicek di akun Instagram @sisicai_campground ya. Termasuk kalau bawa mobil buat campervan dan tambahan-tambahan kebutuhan lainnya.

Kenang-kenangan camping Pramuka. Foto: Mbak Tanti.

Lalu, buat yang ke sana mengandalkan transportasi umum dan kendaraan online seperti kami, insyaAllah bisa ya. Memang kudu sabar saja sampai ada driver yang mau mengambilnya.

Untuk pulangnya kalau kesulitan, sepertinya bisa dibantu juga oleh Sisicai. Kalau kami sekeluarga, kebetulan waktu itu dapat tebengan mobil ke stasiun KRL. Namun, ada keluarga lain yang seperti kami, nggak bawa kendaraan juga, bisa dapat pick up gitu, buat transportasi keluarnya.

Semoga cerita camping keluarga kami di Sisicai Camping Ground Sentul ini bermanfaat, ya.

April Hamsa

Categorized in: