Udah lama buangeeett, nggak maen ke Kota Bogor, walaupun secara administratif rumah yang saya huni sekarang masih berada di wilayah Kabupaten Bogor. Ternyata, alun-alun Bogor makin hidup. Mungkin karena saya ke sananya weekend, ya. Trus, sekarang ada semacam foodcourt gitu di samping Stasiun Bogor persis. Namanya, Warung Tepi Kereta. Kalau nggak maen ke Bogor lagi, mana tahu, hahaha 😛 .
Ke Bogor, kerja sekaligus jalan-jalan
Seperti yang saya sebut di awal tadi, sebenarnya, rumah yang saya tempati sekarang tuh secara administratif masih masuk area Kabupaten Bogor. Namun, bukan kabupaten yang dekat pusat Kota Bogor, melainkan lebih mepet ke Tangsel/ BSD. Jadi, kalau kata anak kereta (anker), udah beda jalur. Dari rumah ke Bogor pun jaraknya mencapai 2,5 bahkan 3 jam, baik itu naik commuter line (KRL) maupun melalui jalur darat. Makanya, kalau nggak ada keperluan, saya jarang ke Bogor.
Nah, bulan lalu, alhamdulillah, ada salah satu brand makanan yang menghire saya #uhuks untuk membuat konten mengenai store terbarunya yang berada di Stasiun Bogor. Wah, ini pasti gara-gara saya menulis alamat domisili saya ada di Kabupaten Bogor, nih, makanya diminta ke sana.
Sebenarnya saya udah nego ke PIC buat take konten di area BSD atau maksimal Tanah Abang gitu, yang masih sejalur kereta, tanpa transit-transit. Sayangnya tidak bisa. Yawda, akhirnya saya niatin aja jalan-jalan ke Kota Bogor sekaligus girls day out sama anak wedok, Dema.


Alun-alun Kota Bogor di samping stasiun yang ramai orang.
Aslinya saya “mempekerjakan” Dema sebagai asisten, huwehehehehe… #uppss #pengakuan. Yaaa, itulah salah satu keuntungan punya anak otw remaja, udah bisa dimintain tolong buat motoon atau videoin emaknya 😀 . Tentu saja nggak gratisan, karena saya bayar jasanya plus janji traktir makan. Anaknya juga udah gedhe dan nyadar kalau tidak ada yang gratisan di dunia ini, apalagi kalau ikut emaknya kerja 😛 .
Sepanjang jalan naik KRL ke Bogor, saya browsing-browsing di mana tempat makan yang kids friendly dekat Stasiun Bogor. Banyak, sih, sebenernya, cuma saya mencari yang lokasinya tinggal jalan kaki saja dari stasiun.
Bingung-bingung, akhirnya saya ngechat di grup WA Blogor alias Blogger Bogor, nanya-nanya di mana tempat buat makan siang yang tidak jauh dari stasiun. Beberapa orang kemudian memberikan rekomendasinya.
Sampai ada yang menyebutkan Warung Tepi Kereta ini, yang bikin saya penasaran di mana lokasi tepatnya, sebab terakhir ke Bogor, tempat makan ini belum ada. Waktu cek di map online jaraknya juga bener-bener mefet stasiun. Sesuai namanya, lha, ya, hehe. Akhirnya, saya memutuskan buat ngajakin Dema ke sana aja.
Makan siang di Warung Tepi Kereta
Warung Tepi Kereta yang di Bogor ini sebenarnya lebih dekat dengan pintu Timur alias pintu yang begitu kita keluar dari stasiun tuh langsung menuju alun-alun. Namun, karena waktu itu saya datang dari arah pintu Barat yang dekat parkiran kendaraan, maka kami agak memutar dulu.
Nggak terlalu jauh juga sih, cuma lumayan terik aja mataharinya. Yaaa, walaupun katanya Bogor terkenal sebagai Kota Hujan ya, tapi saat itu pas lagi tidak mendung apalagi hujan, melainkan panas tang-tang hahaha. Untungnya, kami juga bawa topi biar bocah asisten tidak kepanasan.
Saat berjalan kaki dari stasiun ke Warung Tepi Kereta, saya bisa melihat semacam atap tingginya yang terbuat dari full kaca. Namun, ternyata, kalau mau masuk ke Warung Tepi Kereta ini tidak bisa melalui trotoar yang ada di depan alun-alun, melainkan masuk dulu ke alun-alunnya.

Pintu masuk ke Warung Tepi Kereta dari alun-alun.
Hari itu, karena Hari Minggu, alun-alunnya sangat ramai. Banyak pengunjung menggelar tikar, duduk-duduk di area rerumputan. Bukti kalau masyarakat kita tuh ya, kalau ada opsi ruang terbuka hijau, sepertinya akan memilih piknik di taman kayak alun-alun ini ketimbang ngemall. Apalagi, in this economy, gitu, lho. Kalau ada tempat piknik yang gratisan, banyak ijo-ijonya, ya mending ke taman atau alun-alun. Tinggal bawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Buat yang bawa anak pun, anaknya happy, karena bisa lari-larian dengan bebas di rumput atau mainin wahana yang ada di playground-nya.
Nggak terlalu jauh memasuki stasiun, lalu belok ke arah kiri ke arah di mana pedagang-pedagang yang menjajakan barang dagangannya, kami pun menemukan pintu masuk ke Warung Tepi Kereta. Ada tulisan “I love (emoji heart) Bogor. Warung Tepi Kereta” di bagian atap yang dari kaca.



Area pertama yang saya jumpai begitu masuk rumah makan ini.
Setelah saya perhatikan, rupanya, tempat makan ini lebih ke semi outdoor gitu, karena tidak benar-benar ada area tertutup. Hanya ada atap tinggi. Kalaupun ada ruangan lain, ada toilet. Kalau mushola saya kurang tahu, deh, karena waktu itu setelah makan, saya memutuskan lekas balik dan numpang sholat di Stasiun Tanah Abang saja. Nggak tahu mengapa kalau bepergian sejauh itu, sebagai anker, suka ngrasa pengen segera pulang, trus baru agak tenang kalau sudah menginjak Stasiun Tanah Abang dan jalur greenline-nya.


Sudut rumah makan yang lainnya.
Untuk tenant-tenant makanannya, menurut saya belum terlalu banyak. Masih ada space gitu, yang menurut saya bisa dimanfaatkan kalau ada tenant makanan/ minuman lain yang masih gabung.


Memesan makan di tenant masakan khas Sunda.
Menurut pengamatan saya, Warung Tepi Kereta lumayan luas. Rumah makan ini terbagi atas tiga area. Area pertama tuh dekat tenant makanan khas Sunda, lalu area yang lebih deket ke tenant makanan ringan dan minuman (ini akan langsung terlihat begitu kita masuk), dan area taman. Tidak ada bangku untuk makan di taman ini, tetapi ada bangku panjang dengan background tulisan “I love (tanda hati) KAI, Warung Tepi Kereta”. Sepertinya, bangku itu khusus buat pengunjung berfoto-foto #nebak 😛 .
Hal yang membuat unik Warung Tepi Kereta ini adalah terdapat banyak foto-foto yang menceritakan tentang stasiun kereta api, khususnya Stasiun Bogor, di masa lampau. Ada pula foto-foto tentang Warung Tepi Kereta ini.
Waktu kami ke sana, suasananya masih sepi. Tanpa ragu, saya belok ke area yang dekat tenant makanan Sunda. Saya awalnya mengira tenant ini konsepnya prasmanan. Kata mbak-mbak yang jaga suruh ambil saja, jadi, yawda, saya ambil sayurnya duluan. Tentu saja, sesuai porsi sewajarnya saya makan.

Tumis daun pepaya dan tempe mendoan.
Tak lama setelah saya memgambil makanan, eh, ada rombongan ibu-ibu juga yang ikut ambil makanan. Bahkan ada yang nyelak antrean saya tetapi orangnya nyadar.
Mengapa saya bilang “nyadar”? Soalnya, ibunya bilang, “Eh, maaf ya, saya ambil ini duluan.”
Yaaa, karena udah tidak ada lagi makanan yang saya ambil, tinggal ke kasir doank, saya nggak masalah. Saya lihat Si Ibuk ngambil segala macam sayur dan lauk hahaha. Saya pribadi kalau makan ya cukup satu lauk, satu sayur, yang penting ada sambalnya.

Sayur asem gratisan dan tumis kangkung.
Begitu mauke kasir, tiba-tiba entah dari mana, ada mas-mas pegawai tenant yang entah muncul dari mana, nengokin piring ibu-ibu yang ada di depan maupun di belakang saya. Kata masnya, buat sayuran katanya akan dia ambilkan. Jadi yaaa, itu sayuran di piring-piring kami dia ambil semua, trus diulang diambilin lagi ma dia.
Lucunya, porsi sayur yang dia ambilkan buat saya tuh sama aja dengan porsi sayuran yang saya ambil sebelumnya. Tapiii, porsis sayuran yang diambil rombongan ibuk-ibuk yang bareng saya emang kebanyakan sih, jadi saya lihat dikurang-kurangin sama masnya haha.

Ikan gurami goreng.
Meski begitu, jujurly saya tim ibu-ibu itu kalau mungkin ada yang merasa dongkol. Udah ngambil sayur kok diambil lagi. Lha, masnya tadi ke manaaa. Kalau pun dia tidak ada di situ kan masih ada dua mbak-mbak yang ada di sana yang bisa gantiin ngambilin sayur atau minimal mengarahkan gitu ya, kami harus mengambil seberapa porsinya haha.
Oh ya, hari itu makanan yang kami makan antara lain: untuk Dema, dia pilih sayur kangkung, kalau saya, sayur tumis daun pepaya. Untuk lauknya, kami pilih ikan gurami ukuran sedang dan sepotong tempe mendoan goreng. Saya juga nambah sambal.

Nasi uduk.
Lalu, kami nambah sayur asem yang ternyata free. Hanya saja, waktu itu ampasnya tinggal dikit. Entah, nanti akan di-refill atau gimana. Tapi emang sebelum kami, orang-orang di depan kami kalau ngambil sayur asem kek urakan gitu, dah. Opo yo boso Indo-nya “urakan” ini? Rrrrhhh…
Setelah kami mengambil sayuran, makanan kami pun dihitung di kasir. Selain makanan yang saya ambil tadi, saya juga request 2 piring nasi.
Ketika membayar, ternyata sama mbak-mbak pelayannya ditawarin buat ngangetin ikan guraminya. Mbaknya nanya, guraminya mau digoreng biasa atau dibumbu-bumbuin gitu, lha. Lupa, bilangnya apaan.
Saya bilang digoreng biasa aja, dengan harapan ikannya cepet disajikan. Nggak tahunya lumayan agak lama haha. Saya sempat membeli es teh dan sebotol air mineral di tenant yang satunya lagi. Padahal di sini sempet ngantre juga ma beberapa orang, tetapi ketika kembali mau mengambil gurami, ternyata belum siap.
Yawda, akhirnya saya tungguin aja, deh, di depan meja kasir. Sementara Dema saya minta duduk duluan.
Awalnya, kami mau duduk di meja yang dekat pajangan foto-foto stasiun kereta zaman dulu yang saya sebutkan tadi. Namun, wurung, saya bilang ke Dema buat mencari bangku yang kapasitasnya dua orang saja supaya lebih privat buat kami. Kalau yang dekat foto-foto tadi bangkunya buat 4-6 orang. Memang bisa digeser mejanya, tetapi yawdalah enakan langsung meja buat dua orang aja.


Berpose sebelum makan.
Selang beberapa waktu kemudian, akhirnya nama saya dipanggil juga. Saya ambil nasi dan ikan gurami yang digoreng tadi. Oh ya, nasinya tuh nasi uduk ya, bukan nasi putih biasa, karena siang itu menurut mbak-mbaknya nasi putihnya habis. Saya yang udah lapar yawes pasrah mawon.
Yawda, akhirnya kami makaaaan. Menurut saya ikan guraminya digorengnya pas, tidak terlalu kering. Kalau sayurannya yaaa lumayan enak, sayang dingin aja. Tidak terlalu asin. Sebenarnya kangkungnya tuh nggak overcook, jadi masih bisa kerasa krenyes-krenyes batangnya. Saya nanya Dema, “Enak nggak?” Katanya, “Enak.” Ooh, okey wkwk.
Buat daun pepayanya, rasanya juga enak, asinnya pas. Cuma menurut saya, akan lebih enak lagi kalau cabenya dibanyakin hehe. Kalau sayur asemnya, dahlah, pasrah aja, keknya cuma kebagian kuahnya tetapi lumayan buat manjain lidah.
Lalu, untuk tempenya saya nggak angetin lagi, udah saya makan apa adanya aja, khawatir lama. Nasinya, porsinya gedhe, tidak terlalu gurih. Sambelnya cukup pedas, bukan “sambel formalitas” yang kadang nggak ada pedes-pedesnya blas. Lumayan cocok di lidah saya.


Minuman yang kami pesan.
Total harga makanan yang kami santap hari itu adalah Rp120.000,-. Paling mahal gurami gorengnya Rp65.000,-. Kalau sayurannya sih cuma 12 ribuan aja, harganya.
Kalau minumannya, adeuh, saya lupa harganya. Keknya, es tehnya 20 ribuan, kalau air mineralnya, 7000 apa ya. Lupa, deh, struknya nggak kesimpen haha 😛 .
Itulah cerita kami makan siang di Warung Tepi Kereta. Secara umum menurut saya kalau pas sepi, enak-enak aja sih tempatnya. Namun, kalau sedang crowded keknya bukan pilihan tepat, apalagi buat yang bawa anak kecil. Waktu saya ke sana sih untungnya ramainya tuh ketika saya udah selesai makan dan mau balik pulang.
Tipsnya keknya sebaiknya datang ke sana sebelum jam makan siang. Di weekend kemarin sekitar jam 11.00-11.30 WIB masih mayan sepi. Namun, begitu di atas jam 12 udah rame orang makan siang. Belum lagi keknya smooking area-nya nggak diatur. Saya lihat hampir semua meja tuh ada asbaknya. Jadi, menurut saya kurang tepat bawa bocil kalau sedang ramai-ramainya.
Oh ya, sebenarnya di sana yang ngehits tuh ada es krim sama donat di tenant saya beli es teh tadi. Namun, karena kami merasa kenyang dan kepengen cepet-cepet balik ke greenline area, ditambah suasana udah rame banget, saya wurungin aja deh. Mau lekas pulang aja, pokoknya, apalagi esok hari Dema kudu sekolah.

Foto-foto dulu sebelum pulang.
Eh, tetapi sebelumnya, tak lupa kami sempatkan berfoto-foto di bangku tamannya. Yaaa, kapan lagi kan yaaa, maen ke Bogor wkwkwk.
Adakah teman-teman yang pernah makan di Warung Tepi Kereta di Bogor ini juga? Kalau sudah pernah, share ya, pengalamannya di kolom komentar. Buat yang belum pernah, juga bisa intip-intip dulu IG rumah makan ini di @warungtepikereta, sebelum memutuskan mampir dan makan ke sana hehe 😀 .
April Hamsa


Alun-alun ini apakah yang dulunya Taman Topi ya, mbak?
Masyaallah, sudah banyak berubah ya.
Aku pernah setahun tinggal di Bogor jadi kaget2 sama perubahannya.
Jadi kangen Bogor…huhhuu
Betuuull mbak 😀
Dema kayak ponakan daku, udah bisa dimintain tolong buat fotoin wkwkwk.
Keknya daku belum sempat mampir ke warung itu. Malah gak engeh di mana lokasinya kalo lagi pas ke Bogor. Sepertinya kudu fokus dah nyarinya, biar bisa nyicip makanannya.
Aku juga baru tahu dari temen2 yang di Blogor. Lokasinya persis di samping stasiun. Paling dekat lewat pintu menuju alun2.
Oke siip, pankapan ke Bogor mau nyoba mampir. Kayaknya jangan pas banget di jam makan siang kali ya, biar gak penuh orang? Tapi kalau melihatramaianya stasiun Bogor mah, kayaknya jam berapa aja penuh² aja hehe.
Penasaran sama nuansa sayur dan kuliner lainnya
Seru banget sih ceritanya. Banyak yang bikin gemes dan menguji kesabaran ya Pril. Apalagi itu tempat satu-satunya yang bisa kita nikmati. Kalau lihat foto-fotonya sih visual Warung Tepi Kereta ini lebih mirip kantin ya. Warung makan yang perlu diupgrade untuk nilai kenyamanan dan efisiensi pelayanan. Tapi kalau aku sih, milih jajan donat ketimbang pesan nasi dengan lauk yang musti ditunggu hahahaha.
BTW, akupun sering mepekerjakan anak buat motret haahaha. Upahnya ya jajan sepuas mereka. Selebihnya ya nunggu suami available. Biar ada yang motretin karena anak-anak kan sudah tinggal terpisah. Kudu janjian dulu.
haha iya, kemarin tu milih makan berat karena bakal balik lagi ke rumah dengan waktu tempuh 2,5 jam. Udah males kalau transit ke mall yang ada di Depok/ Jaksel/ Tangsel soalnya kami ngincer stasiun transitan yang dapat kursi (dari Bogor dan Tanah Abang haha).
Makan dengan menu prasmanan memang suka bikin deg degan.
Ada beberapa resto kayak Kopi ini Kopi itu, beberapa Resto Sambal dan ala Sunda ala Jawa, menganggap itu “membebaskan” pengunjung.
Tapi giliran kita ngambil porsi yang kita inginkan, eeeh malah salah total, sampe kayak mas mas itu, dibalikin! Kalo aku jadi ibu itu aku BATAL MAKAN DI SITU… 🥴 aku kan bayar dan ga ada yang ladenin pula?
Mending kalo aku yaaa .. mendingan aku duduk manis makan di meja pesen sesuai apa yang ada di buku menu.
Ahahaha iya mbak, udah pada lapar jadi yawda. Kemarin belum sempat eksplore kafe lain yang jalan kaki aja dari stasiun. Next kalau ke sana lagi 😀
Cantiknya Dema, gak kerasa udah gede
Saya pangling lihat Bogor, Mbak
Dulu banget (puluhan tahun silam, hehehe…..) sering ke sini karena ada adik alm ibunda yang tinggal di Bogor
Ternyata sekarang sekeren ini Bogor, jadi pingin jalan2 ke Bogor ah
Ya ampun, udah ngambil sayur tapi terus sama petugasnya minta di balikin, dan mesti dia yang mengambilkan. Ini sih kalau pembeli udah laper dan nggak sabaran, bisa langsung ngomel nggak karuan.
tempatnya lumayan luas ya, dan menariknya bisa dapat informasi juga gimana perkembangan stasiun bogor.
Kalau mpo suka makan nasi uduk sama ayam bakar dan sambal. Masakan Sunda warung tepi kereta memang nikmat apalagi kalau ada sayur asem gratis atau tumis kangkung
Warung Tepi Kereta ini disponsori PT KAI apa gimana ya? Itu lega banget tempatnya, bersih, sayang masalah ambil sayur yang agak rada-rada. Untung mbak April sabar.
Lokasinya gampang ditemukan ya, sesuai titik di G-map.
Yo wis… Sudah rezeki Mbak April ambil konten di Bogor. Jadi tahu perkembangan alun-alun Bogor yang susah ramai Pool. Apalagi weekend. Jadi tahu juga ada warung Tepi Kereta. Sudah ada asisten pribadi ini hehehe.
Tapi tenant makanan Sunda belum siap ya Mbak. Harusnya sebelum pengunjung datang, karyawan sudah stand by di tempat. Jadi ga ada drama sudah ambil sayur, diambil lagi hahaha.
Iyaya kalau di Bogor pas weekend, beeuh rame bener baik di alun-alun maupun di stasiun.
Jadinya kalau daku ya gitu, suka lupaan misalnya mau mampir ke suatu tempat gara² ngeblank melihat udah ramai dengan banyak orang, hehe
Sepertinya daku bisa coba pada waktu weekdays kali ya buat ke warung tepi kereta ini
Paling nggak nyaman sama yang sudah ambil sayur terus suruh balikin lagi. Jadi berasa kaya udah sayur sisa dimasukin wadah buat dijual lagi nggak sih? Aneh banget hahahaha…
Tempatnya lumayan ya. Luas dan bersih sepertinya. Btw bisa lihat ketera nggak mbak dari warung ini?
Pilihan menunya sebetulnya menarik. Apalagi konsepnya prasmanan. Tapi, memang wajar juga sih kalau agak dongkol ketika sayur yang udah diambil trus ditarik lagi. Semoga aja pelayanan restonya lebih baik. Lokasinya oke, nih. Gak jauh dari stasiun Bogor. Apa jangan-jangan ini resto yang beberapa hari suami saya ke sana ya buat etemuan ma temennya? Ntar saya tanyain, deh.
Kalau di Medan makan ikan gurame juga mahal nih. Makanya pas ditanya, “yakin mau makan ikan gurame?” Rupanya semahal itu. Alhasil saya mah cuma bisa makan yang paketan seperti biasa ayam penyet. Padahal pengen banget, ngerasain ikan gurame itu gimana. Perjalanan kali ini seru ya.
Dema sudah besar, Ya Allah, lama sekali rasanya aku nggak mampir ke sini.
Mbak, hihi, lumayan banget nih ya harganya (bagiku yang kamu mendang-mending), tapi tempatnya lumayan sih. Spot fotonya juga banyak.
Ngomong-ngomong soal asisten, aku bakalan juga punya asisten alias tuang foto nih. Tapi, 5 tahun lagi deh kayaknya anakku yang cewek bisa diajakin ke mana-mana dan jadi tukang foto. Hahaha
Asik banget nongs bareng nak gadis yang hobinya bisa dimanfaatkan, hehehe…
Ternyata menunya bisa beragam yaa.. dan enak enaakk… Meski sedang terik teriknya…
Bogor Uda sring hujan tapi yaa..
Ikan bakar, mantep siiyh..
Mantep nih mba April udah nyobain Warung Tepi Kereta. Aku sedari dia buka belum sempat mampir sama sekali padahal sehari-hari naik kereta dari St Bogor terus hehehhe. Entah kenapa aku kayak ragu. Gerah nggak mba? Soalnya ekh tapi atapnya tingginya. Harusnya aman.
Wahhh agak laen juga nih mas-mas nya. Masa udah pada nyendok sayur di ulang lagi hehehe kalau ada yang dongkol yaaa wajar, pas pada ngambil sendiri si mas nya kemana? Wkwkwk
Syukurlah kalau makanannya enak. Ikan gurame bisa di panaskan, jadi ini lumayan okelah buat dicoba.
Kalau alun² Bogor pas weekend emang penuh terus. Rame banget sama yang we time entah ngampar pake tiket atau olahraga dan main.
Sejak covid nggak pernah lagi naik kereta jarak jauh ataupun komuter, mau coba lagi kok takut hihi parah deh.. alun-alun nih sering lewat tapi belum pernah piknik di sana.. ada perpustakaan cakep juga katanya di dekat stasiun nanti deh ajak anak-anak ke sana..
Kyknya tenant ini baru ya kak? Soalnya 5 tahun lalu tuh belum ada warung ini. Apa aku yang ga tahu yak? Pandemi bikin aku terpaksa balik kampung dan meninggalkan ibu kota. Walau pun sampe skrg msh berstatus warga Jakarta. Kangen nih tiap weekend ke Bogor. Sekadar healing naik kereta, ke istana, kebon raya atau sekadar kulineran di Padjajaran.
Aku sih sukanya roti maryam atau kudapan di sekitar tangga penyeberangan. Di situ gorengannya jg enak, murah2, kulineran khas Bogornya jg melimpah.
Soalnya paling males kalo ke warung yang rame gitu. Suka ada aja yg rempong. Termasuk kalo udh bersinggungan dgn emak2. Lbh baik ngalah dah daripada dipelototin atau diceramahin abis2an. Untungnya kak April ga marah tuh ama ibu2 yg ngambil antrean. Wkwk. Sabar ya bun.
Soal rokok, emg ini hrs jadi perhatian pemilik tenant, termasuk KAI yg pny lokasi. Mgkn krn terbuka jadi ga dipikirin utk yg ngerokok ya bebas aja. Toh asap bebas keluar masuk. Tp bagi anak kecil di sampingnya tentu saja bakal terganggu.
Aah bahagianya punya putri yang sudah bisa di ajak seseruan. Seperti adik kakak hihi.
Kalau warung tepi kereta ini, tempat nunggu orang dengan waktu yang lama. Tetapi aku sendiri kalau di tanya soal kesannya, kurang nyaman, terutama soal makanannya entah kenapa ga cocok aja he he he .
Tapi kalau sebagai tempat nunggu cukup oke. Kalau buat sengaja nongrong disana, ada yang lebih nyaman dekat sana sih hehehe.
Mba Nik pernah kesana ya? Wah aku kalah hehehe aku warlok tapi malah belum pernah ke Warung Tepi Kereta karena aku melihat areanya seperti agak panas hehehe. Rupanya memang nggak semua cocok dengan tempatnya. Mungkin mesti pilih waktu yang lebih pas dan menu yang cenderung aman ya mba.
But, aku membaca cerita mba April ini seru sekali. Terutama anaknya sudah bisa diajak ngonten, dimintai tolong buat take video, dkk. Senengnya bisa belajar kerjasama sambil hangout juga.
Ihhh samaaa mba. Aku pun kalo pake bantuan si kakak edit video, pasti bayar hahahahah. Udh ga gratis lagi. 🤭. Padahal bisa aja sih akh belajar sendiri. Cuma ya udahlaaah, si kakak juga seneng dapat tambahan duit jajan.
Kocak juga abangnya, udh ambil sayur, malah diambilin ulang hahahahhha. Sebenernya aku kurang suka kalo makanan dingin begini. Utk lauk mungkin bisa dipanasin, tp sayur kan ga mungkin. Cuma untungnya enak yaaa 😄🤭. Cakeeeep tempatnya, aku suka. Cuma memang kalau crowded agak malas. Ga terlalu crowded aja lama gurame mba disiapin 😄
Stasiun Bogor dan sekitarnya semakin berbenah jadi semakin nyaman, termasuk di area alun-alun Bogor dan tenant-tenant kuliner yang ada di sekitarnya. Tiap main ke stasiun Bogor ini ada aja yang baru, which is semakin bagus.
Agak kesel pas baca tentang pelayan mas-mas yang minta balikin sayurnya untuk diisi versi dia.. ini sih udah kelewatan kayanya. Seharusnya kalau rules tempat makannya begitu, dia harus stand by di tempat dong, ya buat melayani pembeli, mengisi sayuran versi dia…
ada-ada aja drama di tempat makan yang kadang menguji kesabaran kita, ya
Waktu ke alun-alun Bogor juga aku engeh banget nih ada Warung Tepi Kereta ini, soalnya bentuknya agak unik dan tinggi yaa, jadi keliatan banget dari alun-alun.
Tapi berhubung waktu itu kami bawa bekal dari rumah (kayak yang dibilang di sini, kalau ada ruang terbuka hijau emang enaknya piknik sambil bawa makan, ihihi), jadi kami gak makan di Warung Tepi Kereta ini. Lain kali kalau ke Bogor, cobain kali yaa, haha.
Anw, baca pas mas-masnya ngambil sayurannya lagi kok juga agak sebel yaa. Yaudah sih kalau yang udah terlanjur keambil di piring mah. Balik lagi terus diambil lagi malah makanannya keaduk aduk, duuh. Tinggal bilang aja, ini porsi sayurnya setara dengan 2 porsi, gitu kan bisa yaa kalau memang dirasa porsinya kebanyakan. Haduh haduh, lagian gak dijelasin di awal juga sih, jadi ya asumsinya ambil sepuasnya deh kali yaa, hehe.
Tapi oke juga kalau rasanya lumayan enak dan pas semua gini. Lumayan gitu buat tempat makan. Sambelnya juga ada rasa pedasnya. Tapi warung Sunda ini berarti cuma salah satu tempat makannya aja ya, jenis makanan lainnya ada juga berarti di sini. Soalnya konsepnya emang kayak foodcourt gitu, jadi kayanya makanannya pun macem-macem yaa..
kupikir brand yang mau direview warung ini pril. hehe. tapi jujur kalau nunggu makanan kelamaan itu bikin bete sih. bahkan kadang sampai berasa kenyang kelamaan nunggu. hehe
Eh sekarang udah makin bagus ya tempat makan dekat alun2 Bogor ini.
Waktu bareng rombongan kompasianer clikck main ke sana, kami makannya malah lesehan di taman alun2. Haha…kocak dan seru abis pokoknya. Gak takut gak malu karena kalau lagi kumpul begitu tokoh kompasianer juga muncul kegokilannya
Apalagi saat itu ada ketua KPK nya juga (kompasianer bagian kuliner, hehehe) pokoknya lihat foto2 di artikel ini jadi mengingatkan pengen main lagi ke alun² Bogor deh ya
Wah ini yang sebelah mana ya Mba April baru tahu atau karena aku jarang berkeliling ya kalau ke Bogor, turun suka langsung keluar ga pernah keliling, bisa jadi referensi kalau ke Bogor lagi dan bingung cari makan bisa cobain ke sini
Jalan ma anak wedok berasa jalan ma bestie ya mbak. Akupun begitu anak wedok ku sudah beranjak dewasa. dia kerap jadi partnerku untuk ngobrol dan diskusi, walaupun ya berantemnya sering juga wkwkwk
btw di Sidoarjo sini juga ada warung tepi rel, tapi di sini ramenya beuh, banget deh, baru berdiri sih warungnya tapi yang beli sampai meluber
Warung tepi kereta di Bogor ini unik banget ya—suasananya pasti makan sambil liat kereta lewat tuh beda banget dari resto biasa
Saya belum pernah makan di sini cuman waktu itu sempat turun dari kereta di stasiun Bogor lalu mau masuk ke warung tepi kereta ini tapi entah kenapa saya lupa kenapa nggak jadi jadi sampai sekarang penasaran makanannya di sana seperti apa eh di sini ternyata dibahas ya sama Mbak April nanti saya ke sana mau nyobain guramenya deh sama mungkin beberapa sayurannya yang kalau bisa dihangatkan lagi ya biar lebih nikmat makannya
Hmm bakalan senang anak-anakku diajak ke sini
Bahkan taman di Alun-Alun adalah spot murah meriah buat mereka berlarian dan bermain sepuasnya
Menunya juga kids friendly dengan harga yang lumayan aman
Tempat makannya bersih dan lumayan luas jadi mudah bergerak bagi aku yang anak anaknya aktif
Wah ngedate bareng anak wedok ya mbak?
Seru ya bisa jalan berdua seperti ini
Jalan jalan ke Bogor menikmati kuliner sekitar
Baca ini jadi kangen makan di warung sunda, maklum di Surabaya jarang ada warung sunda
Waah ada tempat kulineran baru yaa deket stasiun. terakhir saya jalan-jalan ke Bogor, pas turun dari kereta dan keliling-keliling Alun-alun belum ada tempat ini. Sepertinya saya harus main-main ke Bogor lagi deh banyak tempat kulineran baru niiih.
Walah baru tau di Bogor sekarang ada warung dan alun-alun seseru ini untuk didatangi.
Penasaran banget rasanya pengen balik ke Bogor lagi.
Duh kapan yaaaa….>.<
Bagus2 niiih fotonya, April and kids kulineran di Warung Tepi Kereta, Bogor. Pilihan menu comfort food ada nasi, ikan goreng, tumis kangkung dll dengan minuman segar duuuh nikmatnya. Aku juga pernah ke sana loh tapi ga makan berat. Asyiknya ada poster atau foto2 beragam kereta tempo dulu dipajang di warungnya. Kita jadi tahu deh sejarah perkeretapian sambil makan ngobrol2 cantik.
Seru banget mbak, bisa berpergian berdua dengan anak gadis. Duh, sepertinya aku juga perlu melakukan hal yang sama. Pasti seru dan jadi moment berharga juga.
Iya Mba, alun -alun Bogor kalau weekend lumayan ramai, bahkan pada bawa keluarga make tiker dan bawa bekel hehe. Asik sekali Dema udah bisa nyambi jadi asisten video buat ibunya, jangan lupa minta bayar Dem, harus profesional, hehehe. Aku malah sering lewat di depan Warung Tepi Kereta ini tapi belum sempat mampir Mb, ternyata luas juga dalamnya dan cukup rindang karna ada ijo-ijonya, nyesel juga kenapa aku nggak masuk aja ya? Hm, jadi pengen ke Bogor nih 🙁
seru banget, Mbak! Girls Day Out ke Bogor sambil kerja, trus makannya di Warung Tepi Kereta pula. Konsepnya semi-outdoor gitu asik ya buat santai.
Salut sama perjuangannya jadi “anker” demi kerjaan! Tapi untung kebayaaaar lunas sama traktir Dema.
Penasaran banget sama gurami goreng dan nasi uduknya. Tips datang sebelum jam makan siangnya oke banget tuh! Lain kali kalau ke sana, cobain deh es krim/donat hits-nya!
Ternyata Warung Tepi Kereta ternyata luas banget yah, legaaa banget. Trus bis aliat foto-foto yang cerita tentang stasiun Bogor di masa lalu. Jadi perut kenyang, otak juga kenyang ama info sejarah. tapi mending ke sana jangan jam makan siang banget, kebayang riweh dan ramenya gak tuh. Jadi ngga bisa nikmatin foto-foto hihii.
Sering banget aku ngelewatin ini saat ke stasiun Bogor tapi belum sempat mampir juga, padahal udah dari kapan diniatin tapi belum kesampaian juga. kalau ngga lagi terburu-buru, pasti lupa mau mampir. Emang harus diniatin banget-banget kayaknya kalau mau mampir ke sini yess..
Ini dikelola pihak KAI ata bukan, ya? Macam Loco Kafe? Tapi ini versi yang food court makanan Indonesia?