Kedatangan bulan suci Ramadan tinggal beberapa hari lagi. Selain menyiapkan mental dan fisik diri sendiri, salah satu yang harus saya perhatikan adalah kesiapan anak-anak saya agar mereka lebih semangat menyambut Ramadan. Soalnya, anak-anak saya sudah usia sekolah dasar (SD) kelas kecil, fase di mana mereka sudah harus belajar tentang ibadah wajib di bulan Ramadan.
Ada yang anaknya berusia SD juga seperti saya? Apakah sudah berlatih puasa sebelumnya?
Berkaitan dengan hal itu, kali ini saya mau sharing nih tentang bagaimana caranya membuat anak semangat menyambut bulan Ramadan. Sebut saja ini strategi atau kiat agar anam semangat menyambut Ramadan ala saya ya 😀 .
Eh, tetapi sebelumnya saya mau cerita dulu, nih…
Terus terang, buat saya pribadi tidak mudah membuat anak-anak semangat menjalani Ramadan. Pasalnya, Ramadan tahun kemarin, Dema, anak saya yang nomor dua sempat kena infeksi saluran kemih (ISK) akibat kurang minum, hiks. Jadi, anaknya agak merasa cemas menyambut Ramadan. Makanya, untuk Dema, saya bener-bener memberikan pengertian sejak jauh-jauh hari.
Berbeda dengan kakaknya, Si Maxy, alhamdulillah tahun kemarin bisa full puasanya tetapi agak kurang sempurna karena kadang sahurnya masih melewati batas adzan Subuh. Waktu itu, karena masih latihan, ya sudah saya biarkan, daripada anaknya enggak sahur trus jatuh sakit. Tahun ini pun sebenarnya masih berlatih puasa, meski demikian, saya berharap makan sahurnya enggak molor lagi (aamiin).
Namanya juga kewajiban sebagai orang tua ya, yakni mengarahkan si anak, supaya ibadahnya benar, Untuk itu, saya melakukan beberapa persiapan supaya anak-anak bisa lebih semangat menyambut Ramadan, yakni:
Menjelaskan tentang makna Ramadan
Sebenarnya, hal ini sudah saya lakukan tiap tahun, sejak anak-anak mulai berlatih puasa. Namun, saya merasa lebih baik menjelaskan mengenai makna Ramadan kembali, supaya anak tidak lupa apa alasan umat Islam wajib beribadah ketika Ramadan, khususnya berpuasa.
Biasanya saya menjelaskan kalau puasa itu bagus buat kesehatan dengan Bahasa yang dipahami oleh anak-anak. Sebagai contoh, saya mengibaratkan tubuh itu seperti mesin yang dipakai setiap hari selama satu tahun. Nah, supaya “mesin” itu enggak rusak, maka butuh istirahat dan perawatan. Salah satu waktu yang tepat untuk mengistirahatkan tubuh adalah pada saat bulan Ramadan. Ketika Ramadan, anggota tubuh, khususnya pencernaan enggak dipakai terus-menerus sepanjang hari. Dengan begitu akan selalu bagus (sehat).
Ketika menjelaskan tentang makna Ramadan, ada kalanya saya memanfaatkan media seperti channel YouTube atau media sosial lainnya yang menayangkan animasi untuk anak-anak dengan tema Ramadan. Soalnya, anak-anak biasanya lebih cepat paham kalau menonton animasi seperti itu.
Beruntung di era sekarang, makin banyak animator dan kreator konten yang membuat konten tentang Ramadan untuk anak-anak. Alhamdulillah juga di rumah sudah pakai jaringan internet IndiHome sehingga sangat mudah mencari konten-konten yang membantu untuk menjelaskan tentang makna Ramadan seperti ini.
Menghias rumah dengan ornamen Ramadan
Agar Ramadan lebih terasa, maka saya pun mengajak anak-anak menghias rumah dengan ornamen Ramadan. Contohnya seperti mengajak anak menggambar poster berisi ucapan selamat menyambut Ramadan dan kalimat-kalimat motivasi lainnya.
Lalu, saya akan mengajak anak-anak membuat “papan puasa Ramadan”. Hal ini sebenarnya sudah saya lakukan bersama anak-anak sejak tahun kemarin.
Pada dasarnya papan puasa Ramadan terbuat dari kertas kartun atau buku gambar berukuran besar yang digambari tabel penanda puasa selama 30 hari. Kalau anak-anak bisa berpuasa sehari penuh, maka nanti akan mendapatkan sticker untuk ditempel di tabel tersebut. Tabel itu kemudian ditempel di dinding, sehingga membuat anak-anak lebih semangat berpuasa.
Selain tabel puasa, tahun ini, rencananya saya ingin mengajak anak-anak membuat tabel penanda mengaji dan hafalan surat. Tujuannya supaya anak lebih paham kalau Ramadan tuh tak hanya puasa tetapi juga mengisi hari-hari dengan amalan yang lain.
Mengajak anak membuat jadwal ibadah Ramadan
Tak kelupaan saya juga mengajak anak-anak untuk membuat jadwal ibadah Ramadan. Selain urusan ibadah, seperti kapan sahur, buka puasa, mengaji, setoran hafalan, serta sholat, hal yang paling penting adalah waktu ngabuburit.
Berdasarkan pengalaman Ramadan sebelumnya, anak-anak paling menantikan waktu ini, karena biasanya ada beberapa pilihan kegiatan, seperti:
- Berjalan-jalan sore mencari takjil buka puasa, sehingga anak-anak bisa keluar rumah dan memilih sendiri takjil kesukaannya.
- Boleh gadget time atau menonton televisi agak lama dari hari biasa, sembari menunggu bedug buka puasa.
- Boleh bermain agak lama dengan teman-temannya. Biasanya, sepulang mengaji di TPA, anak-anak bermain sebentar dengan teman-temannya. Kalau Ramadan saya izinkan agak lama menghabiskan waktu dengan teman-temannya, supaya enggak terlalu terasa waktu menunggu adzan Maghrib-nya.
Membelikan perlengkapan ibadah baru
Saya jarang membelikan baju baru buat lebaran, namun jelang Ramadan saya membelikan perlengkapan ibadah baru buat anak-anak agar lebih semangat beribadah. Untuk Dema, saya membelikan kerudung dan mukena, sedangkan untuk Maxy sarung baru.
Biasanya, saya membiarkan anak-anak memilih mana perlengkapan ibadah yang diinginkannya sendiri, karena belanjanya via online. Berkat adanya sambungan IndiHome di rumah jadi mudah kalau mau buka-buka online marketplace.
Anak-anak pun senang karena saat sholat Tarawih dan lebaran nanti bisa mengenakan pakaian dan perlengkapan ibadahnya yang dipilihnya sendiri. Tentu biasanya jadi makin semangat, donk 😀 .
Merencanakan menu sahur dan buka puasa bersama anak
Melibatkan anak-anak dalam merencanakan menu sahur dan buka puasa bisa bikin mereka semangat beribadah di bulan Ramadan juga, lho. Soalnya, ketika merencanakan menu makanan biasanya anak-anak akan request atau memasukkan jenis makanan yang mereka suka. Menu makanan selama sebulan ini bisa ditempel juga di dinding, sehingga anak-anak bisa lebih semangat untuk sahur maupun buka puasa.
Nah, itulah beberapa cara atau kiat saya supaya tahun ini anak-anak bisa menjalankan ibadah Ramadan, khususnya ibadah puasa tanpa “drama”. Harapan saya, tahun ini puasa mereka lebih lancar daripada tahun sebelumnya. Terutama untuk Dema, saya lebih memperhatikan kesehatannya, supaya cukup minum dan enggak terkena ISK lagi.
Salah satu cara saya menyiasatinya adalah dengan membelikan anak-anak saya botol minum, agar lebih gampang mengatur seberapa banyak cairan yang dikonsumsi pada saat sahur, buka puasa, dan sebelum tidur malam.
Hal paling penting adalah anak-anak happy menjalankan ibadah Ramadan. Kalau misalnya belum bisa full sampai bedug Maghrib ya jangan dipaksa. Sebagai orang tua, biasanya kalau anak ngambek di tengah puasa gini, saya bujuk dulu supaya lanjut dulu. Namun, jika memang benar-benar enggak bisa, biasanya saya izinkan berbuka lebih cepat, baru nanti melanjutkan puasanya.
Semoga postingan tentang strategi atau kiat supaya anak lebih semangat menjalankan puasa Ramadan yang berdasarkan pengalaman saya pribadi ini bermanfaat ya 😊 .
April Hamsa
Comments