Siapa yang bingung tentang memilih sekolah untuk anak di masa pandemi seperti sekarang ini? Ngacuuung! 😀 Memilih sekolah pada saat enggak pandemi aja puyeng, apalagi ketika musim wabah kayak sekarang ini ya? Hehe. Buat teman-teman, khususnya para ortu yang memiliki anak usia sekolah, yang sedang bingung memilih sekolah untuk anaknya, izinkan saya memberikan ide tentang bagaimana cara atau tips memilih sekolah di masa pandemi sekarang ini ya?
Bagaimana ya sebaiknya memilih sekolah untuk anak di masa pandemi sekarang ini? Sumber gambar: Pixabay.
Namun, sebelum teman-teman membaca artikel ini sampai habis, saya mau kasi semacam “catatan” dulu, bahwa saya adalah orang tua yang pro anak-anak sekolah di rumah aja selama musim pagebluk ini. Manut pada sebagian besar anjuran pemerintah daerah yaaa. Saya enggak tega membiarkan anak-anak menghadapi risiko kenapa-kenapa pada saat berinteraksi dengan orang lain yang saya engak tahu mereka taat prokes atau enggak.
Maka, mohon jangan heran apabila artikel “Tips Memilih Sekolah di Masa Pandemi” dasarnya adalah opini saya tersebut ya 🙂 . Kalau dirasa kurang cocok di awal, boleh tidak melanjutkan membaca artikel ini, aku ra po po, hehehe 😛 .
Lanjuuutt…
Jadi, belakangan saya sering mendapati beberapa teman di statusnya kebingungan, “Enaknya anakku daftar sekolah sekarang atau ditunda tahun depan ya?”
Anak PAUD/ TK sebaiknya sekolah tahun ini enggak?
Biasanya yang galau-galau gitu adalah yang anaknya masuk usia PAUD/ TK atau SD. Kalau masih PAUD/ TK kayaknya masih mendingan lha ya? Soalnya kan pada dasarnya anak-anak usia segitu dunianya masih main, belum urgent sekali untuk belajar baca tulis atau menghitung.
Namun, meski demikian, jangan sampai tidak menstimulasi anak-anak usia PAUD/ TK ini, karena usia ini adalah usia emas. Orang tua berperan besar memberikan stimulus berupa kegiatan bermain sambil belajar.
Problemnya adalah ada orang tua yang mungkin kurang paham ilmu menstimulasi anak usia dini. Entah agak kesusahan memberi aktivitas untuk anaknya atau kurang sabar mengajari anaknya (eh, itu saya haha 😛 ).
Anak usia PAUD/ TK tetap butuh stimulasi untuk bermain dan belajar #imho. Sumber gambar: Pixabay.
Apalagi kalau orang tuanya sibuk kerja semua, iya kan? Biasanya lebih suka kalau ada yang mengajari anaknya aja.
Nah, kalau orang tua ingin anak-anaknya yang usia PAUD/ TK mulai belajar sedikit-sedikit sih ya gpp. Tinggal mencari guru atau lembaga yang bisa memberikan aktivitas yang cocok aja, sih 😀 .
Lagipula sekarang ini banyak banget kursus-kursus online untuk anak PAUD/ TK, bahkan cyberschool khusus jenjang ini juga ada lho. Ada kursus membaca, mengaji, bahasa asing, menggambar, dll.
Baca juga: Pengalaman Anak Bersekolah di Sekolah Murid Merdeka.
Bisa juga mencari PAUD/ TK konvensional yang menyelenggarakan online school sesuai anjuran pemerintah daerah. Kayak (mantan) TK anak pertama saya di Depok dulu tuh. Sejak awal pandemi hingga sekarang masih konsisten belajar online.
Kebetulan saya masih berteman di medsos sama akun TK ini, sehingga sering mengikuti aktivitas di TK itu. Guru-gurunya cukup kreatif membuat modul dan toolkit untuk siswanya. Semoga semangat guru, anak, maupun ortunya enggak kendur (aamiin).
Walaupun ya orang tua mau enggak mau tetap jadi tutor utama si anak sih 🙂 .
Soalnya kan masih pandemi. Tak mungkin anak-anak bersekolah normal kayak dulu kan? Logikanya begitu.
Begitu sih menurut saya soal pendidikan atau sekolah untuk anak-anak usia PAUD/ TK.
Bagaimana dengan masuk SD di masa pandemi?
Nah, buat yang mau masuk usia SD ini nih yang agak kompleks. Soalnya anak SD kan udah waktunya belajar hal-hal dasar seperti membaca, menulis, berhitung, dll.
Kalau memang tahun ini anaknya sudah waktunya masuk SD, coba deh teman-teman pertimbangkan hal ini:
“Usia anak berapa? 6 atau 7?”
Kalau menurut teman-teman saya yang belajar psikologi, usia anak masuk SD tuh mestinya 7 tahun. Alasannya karena usia 7 normalnya anak-anak udah mandiri, bisa mengambil keputusan sendiri, dll. Mungkin bisa googling lebih lanjut atau sekalian nanya ke psikolog, barangkali bisa menjelaskan lebih baik daripada saya hehe.
“Kalau usia anaknya masih 6, emang enggak boleh sekolah?” Ada yang bertanya?
Menurut saya, jika masih mungkin memundurkan sekolahnya, kayaknya lebih baik. Dalam kurun waktu setahun itu anak bisa melakukan aktivitas seperti anak-anak TK tadi, kursus online atau gimana gitu.
Namun, kalau orang tua merasa anaknya sudah siap untuk masuk SD ya monggo aja. Kalau bisa konsultasi tentang hal ini dengan psikolog, supaya tahu anak beneran siap atau enggak sekolah SD akan lebih bagus lagi, deh.
Setelah yakin bahwa si kecil siap masuk SD, maka teman-teman bisa memilih beberapa alternatif sekolah di bawah ini:
Sekolah konvensional (baik negeri maupun swasta)
Carilah sekolah yang benar-benar bisa memahami situasi pandemi. Jangan sekolah yang tidak bisa beradaptasi dengan situasi pandemi.
Sekolahnya bisa memfasilitasi pelajaran memakai media pembelajaran terupdate dengan baik. Tak perlu online setiap hari sih, namun sekolahnya punya metode yang bagus untuk menyampaikan materi ke si anak. Juga, tidak memaksa menjejalkan semua pelajaran ke siswa-siswanya.
Baca juga: Tips Memilih Sekolah Berbasis Agama Islam untuk Anak.
Termasuk enggak memaksakan belajar tatap muka diam-diam, mengambil risiko besar baik untuk siswa, guru, maupun pegawai sekolah. Ada lho sekolah kayak gini. Sejak awal pandemi, malah.
Waktu itu, sekitar setahun lalu, saya pernah naik kendaraan online. Driver-nya bercerita kalau anak-anak di sekolah tempat istrinya mengajar tetap masuk, namun diminta memakai seragam bebas. “Supaya enggak ketahuan kalau sekolah buka, anak-anak pakai seragam bebas,” katanya, huhuhu #sad 🙁 .
Sekolah di masa pandemi tidak sama dengan dulu. Sumber gambar: Pixabay.
Menurut saya sekolah adalah tempat mendidik anak, bukan hanya soal pelajaran tetapi juga tentang moral. Kalau “tatap muka diam-diam, mengabaikan perintah pemerintah daerah” bukannya sama aja dengan mengajari anak berbohong ya? #imho. Eh, atau saya yang terlalu overthinking ya? 😛
Yaaa, bagaimanapun juga memang situasinya berbeda sih ya dengan dulu.
Mungkin kalau sekolahnya ada di area pedalaman yang kesusahan internet masih agak masuk akal, tapi kalau di perkotaan agak maksain ya 🙁 .
Trus, jangan lupa yang paling penting, pertimbangkan pula biaya, khususnya untuk sekolah swasta. Kayaknya saat pandemi gini kan hampir semua mengalami kesusahan ya? Berhitung dulu dengan biaya sebesar itu, apakah kita sanggup menjalaninya sampai beberapa tahun ke depan?
Sebaiknya, jangan maksa masukin anak ke sekolah yang terkenal keren, namun kitanya jadi susah sendiri karena biayanya yang tak sedikit. Toh, pandemi gini, hampir semuanya online. Masih agak susah juga menikmati fasilitas wah dari sekolahnya kan? #imho.
Cyberschool
Alternatif kedua adalah menyekolahkan anak ke cyberschool. Googling aja, banyak kok.
Cyberschool ini adalah gabungan antara homeschooling dengan sekolah konvensional. Artinya memindahkan proses belajar yang biasanya dilakukan di sekolah ke rumah. Enggak murni homeschooling karena ada guru lain yang mengajari anak.
Cyberschool dapat menjadi alternatif sekolah di masa pandemi.
Cyberschool ini seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) gitu. Lembaganya resmi dengan ijazah tamatan SD nantinya berupa ijazah paket A. Kalau mau pindah sekolah SD maupun naik ke jenjang SMP di sekolah konvensional, ijazahnya resmi, legal, dan diakui, kok.
Teman-teman bisa googling sendiri ya.
Homeschooling
Pada dasarnya homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga, bukan sekadar memindahkan sekolah ke rumah. Tak semua pelajaran perlu diajarkan ke anak. Apa yang ingin ortu fokuskan aja, sih, yang diberikan ke si anak.
Nanti, kalau menjelang kelulusan level SD (namun pesan dari teman-teman usahakan jangan mepet-mepet ya), bisa mendaftar ke PKBM. Setahun sebelumnya bisa. Supaya bisa dapat informasi tentang bagaimana melakukan ujian kenaikan tingkat ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (dari SD ke SMP).
Ijazah homeschooling juga legal dan diakui, kok. Kalau, masih bingung mengenai penjelasan homeschooling dari saya, teman-teman bisa baca-baca di website www.rumahinspirasi.com atau buku-buku mengenai homeschooling sendiri ya 🙂 .
Point dari postingan ini adalah… hmmm, saya bikin kesimpulannya yaaa, jadi kalau mau masukkin anak sekolah di masa pandemi ini, saran saya sebaiknya pertimbangkan hal-hal berikut ini ya:
- Pertimbangkan biaya.
- Cari sekolah yang mengutamakan keselamatan anak, guru, maupun pegawai sekolahnya. Sadar kalau situasinya tengah pandemi.
- Lalu, please teman-teman, cari sekolah atau alternatif pendidikan lainnya yang tidak memaksa anak harus mempelajari semua materi pelajaran sebagaimana dulu sebelum pandemi. (Catatan: Saya sih berharap menteri pendidikan juga bikin kurikulum baru yang bisa mem-push sekolah-sekolah untuk meringankan beban anak-anak selama pandemi ini. Jangan sampai karena mengejar target-target yang ketinggian, anak-anak jadi korban. Apalagi, tak semua orang tua punya kemampuan mengajari anaknya sendiri kan?)
- Kalau teman-teman merasa sekolah konvensional di dekat rumah teman-teman masih kurang sesuai harapan, bisa juga mencoba alternatif pembelajaran lain seperti cyberschool atau sekalian aja homeschooling.
Begitulah teman-teman postingan tips memilih atau mencari sekolah di masa pandemi seperti sekarang ini. Semoga bermanfaat ya. Semoga teman-teman dan si kecil menemukan jodoh sekolah yang terbaik aamiin.
April Hamsa
ah iya ya
ibu ibu lagi galau ya sekarang
klo anak anakku satunya TK ,satunya SD
uda di sekolah konvensional, tapi krn pandemi kan ya pjj
Hehe anakku yg SD juga terlanjur di sekolah konvensional mbak
Gak tahu nanti deh, lihat kebijakan pemerintah dan sekolah dulu, baru ambil keputusan lbh lanjut
Aku prefer home schooling ka sepertinya. Banyak juga anak sukses hasil dari pendidikan home schooling
Zaman dulu kyknya sekolah tu HS, baru ada lembaga bernama sekolah.
Sekarang HS emang makin populer sih ya.
Yg penting ortunya kudu kuat dan semangat hehehehe
Setuju sekali Buuuuuun, ya Allah sampai saya terhura nih dengan kesimpulan yang dirimu bikin
Anakku TK A sebelum pandemi. Pertengahan TK A pandemi dong, dan waktu kenaikan kelas ke TK B, awalnya ku ragu, mau berhenti atay lanjut.
Pertimbangannya, anak TK itu apalagi belajar baca, menulis dan angka, wajib didampingi kan, dan jaman pandemi gini, meski sekolah anakku mengadakan tatap muka, aku belum ijinin. Berarti mereka kurang sadar akan kondisi saat ini.
Toh akademis itu bukan hal yang utama.
tadinya aku mau berhentiin dan aju ajari sendiri baca tulis dan angkanya. Eh, ada tetangga ngasih saran, sebaiknya gak usah dihentikan, meski tep daring kan , biasanya ada vodeo call, supaya anaknya merasa masiha da guru dan teman-teman
Iya sih, kasihan juga kan, merasa sendiri gitu. Walaupun yaaa calistung kuhandle semua dari rumah
Urgensinya gak bisa kupahami buat buru2 sekolah offline. Aku termasuk yg pengin anak2 segera kuliah ketemu teman2. Di rumah saja itu secara mental gak sehat buat anak2 yg telanjur terbiasa sibuk di kampus. Tapiiii…. itu kalau pemerintah juga menjamin kesehatan anak2 ini. Lha skrg wacana sekolah offline cuma berdasarkan data guru yg sudah & akan divaksin. Lha anak2 bagaimana? Anak kan bukan robot dari logam? Btw robot sekalipun kalau programnya dimasuki virus juga error.
bener mba, pusing ya di masa pandemi ini, apalagi buat yang anaknya masih kecil. mau masuk ke TK atau SD, karena biasanya kan ikut trial dl ya
Setelah anak setaun pengenalan di tk, saya dan suami sepakat masukin sekolah anak yang fokus dengan quran dan adab, alhamdulillah ternyata homeschooling juga udah diakui ya, banyak temen-temen ortu saya pun yang beralih sekolah formal ke homeschooling. Baru tau ternyata setaun sebelum bisa didaftarin kalau mau gak mepet-mepet nantinya ya. Makasih infonya mba
Ponakanku baru masuk SD tahun lalu dan nggak brp lama pandemi trus bingung dong dia dengan cara belajar dan jadi susah nerima pelajaran, memang cocoknya home schooling aja deh 😊
Setujuu banget dengan poin2 yg April sampaikan di artikel ini.
Beneran deh pilih sekolah itu kudu bijaksana bijaksini
apalagi pas pandemi
hadehh, extra jeli bin teliti itu HARUS!
anak – anakku sekarang sudah SMA kelas 1 dan kelas 5 nih mba.. jadi memang maju mundur untuk pastikan proses belajar mengajar berlangsung dengan baik
Jadi inget sahabatku yang akhirnya mengeluh karena masukin anaknya saat pandemi gini sementara ouputnya ga sesuai dengan yang diharapkan sebagai orang tua, aku juga yang denger ceritanya gemes banget makanya kalau bisa bener2 milih sekolah yang sesuai ya Mama Dema
Aku masih belum nemu sekolah yang punya buat Ayyas. Mau masuk SMP jadi pertimbangannya juga beda. Dan pengen banget sekolah yang bisa beradaptasi dengan keadaan seperti ini
HUhu bener banget kak April memilih sekolah ini butuh pertimbangan banget huhu. Saat pandemi gini tuh agak rempong sih dalam pembelajaran sekolah si kakak dan adek, terus kita juga masih harus ke sekolah antar tugas-tugas seminggu 2 kali.
duh kok ada ya itu sekolah ngeselin belajar tatap muka tapi diam-diam kan resiko banget yaaaa, bikin geleng-geleng kepala deh
iya nih emang strategi banget siih kalo mau milih sekolah saat pandemi. kalo aku alhamdulillah udah dapat sekolah yang cocok buat anak, kayaknya tahun ini lanjut lagi
Aku baru tau mengenai cyber school.
Alhamdulillah kalau begini jadi ada solusinya.
Anak-anak memang lebih baik di rumah aja dulu…setuju banget sama pendapat kak April.
Karena ya namanya anak-anak, orang dewasa aja kalo uda ketemu temen kadang suka lupa daratan. Means, jadi gak inget kalo lagi pandemi, semua harus bersih dan social distancing.
pas banget mba, aku lagi survey sekolah dan pengennya tahun 2021 ini bisa masuk Preschool. Tapi belum nemu yang cocok di tempat baru ku. Kepikiran Homeschooling jadinya.
Ya ampun mbaaaa, pas banget ini ama bahasanku sama suami. Tahun kemarin kami uda tunda PAUD untuk anak karena pandemi. Tahun ini lagi nyari nyari cyber school atau yang blended learning ni…. Kalau HS full aku belum kuat mental sebagai ortu ni 🙁
Kalau menurutku sih anak usia prasekolah sebaiknya dengan ibunya saja, selama masa pandemi, karena skrg eranya merdeka belajar. oleh karena itu ibu harus lebih proaktif mencari info seputar sekolah di rumah, karena sudah ada permennya kalau gak salah nomor 20 tentang sekolah di rumah. nanti kita tinggal lapor aja ke diknas agar diketahui oleh diknas.
Kalau aku jujur sekarang ini masih merasa lebih aman dengan sistem pjj mungkin kalau vaksin sudah lebih merata bisa dipertimbangkan untuk full tatap muka. Memang di masa pandemi ginj galau banget ya urusan sekolah anak
Pendar tahun ini akhirnya HS TKnya ya ga selengkap di TK beneran sih tapi pandemi jadi kuputuskan HS aja deh. Hanya untuk SD aku lagi cari yang cocok nih dan tetap pjj klo gak aman.
Anakku baru aja sekolah SD kelas 1. Emang sih di usia 7 tahun ini dia lebih cepat tanggap belajarnya. Ngajarinnya jadi gak begitu sulit meskipun dari rumah. Anakku di sekolah negeri favorit aja sekolahnya. Alhamdulillah sesuai visi misi dengan ortunya. Untung tahun sebelumnya aku udah survei duluan sekolah dia.
Dulu saya nggak pengin masukin anak ke TK A, langsung TK B aja. Tapi suami pengen anak masuk TK A. Ya udah, sepakat masukin TK A dan ternyata belum sampai selesai uda libur panjang karena pandemi (Maret mulai off).
Naik TK B (pindah sekolah), sedari awal belum pernah masuk. Maret ini saya pamit keluarkan anak dari sekolah. Rencana mau HS (dengan masih deg2an sih ini).
Kalau memamng nanti lancar HS-nya, setidaknya bocah pernah mengalami sekolah formal walau nggak genap setahun 🙂
Aku ngajar di daerah pedalaman mbak, jaringan agak susah ditambah ekonomi ortu yang nggak memungkinkan punya gawai. Hal ini sungguh memnbuat kami para guru sangat pusing bin mumet untuk proses pembelajran. Dari jumlah siswa ada 10% persen aja siswa ada gawai, sudah bersyukur. Sayangnya, yang 10% itu gawainya kadang tidak berkuota. Akhirnya hanya bisa meminta anak-anak untuk mengambil modul yang kami buat untuk waktu satu minggu dengan kegiatan sederhana buat anak. Sebetulnya mas menteri sudah menyederhanakan kurikulum ketika pandemi melanda. Benar-benar sederhana kok, target kurikulum diturunkan.