Wiken-wiken gini enaknya cerita tentang kulineran. Betul apa betul? Hehehe. Nah, kali ini, saya mau cerita pengalaman saya dan keluarga pertama kali makan di resto Pojok Nasi Goang. FYI, Pojok Nasi Goang ini katanya berkonsep resto Sunda, gitu. Lokasinya ada di The Breeze BSD City.
Terus terang, saya baru tahu tentang resto ini, jadi kalau ada yang nanya apakah ada bangunan resto-nya yang lain selain yang ada di The Breeze, hmmm, saya enggak tahu. Mungkin teman-teman bisa googling atau nanya-nanya langsung ke sosmed-nya aja 😀 .
Bagian depan resto Pojok Nasi Goang.
Oh ya, tadi siang tuh juga merupakan pertama kalinya saya dan keluarga jalan-jalan ke The Breeze yang memang terkenal sebagai salah satu tempat wisata kuliner di Tangsel itu. Berangkatnya udah kesiangan, sehingga, kami laper banget. Akhirnya, dari sekian banyak resto kami putuskan “pokoknya makan nasi”. Butuh asupan karbo, ceritanya. Orang Indonesia banget, ya, hehe.
Nah, karena pas jalan tuh kebetulan di area depan nemu plang resto-nya “Pojok Nasi Goang”, langsung kepikiran pasti menemukan nasi kan? Yawes, akhirnya kami putuskan masuk ke resto ini.
Waktu tadi kami ke sana, karena emang udah lewat jam makan siang, maka eggak terlalu banyak pengunjung. Ada satu meja yang baru ditinggalkan pengunjung tepat sebelum kami masuk, sehingga kami sempat jadi satu-satunya pengunjung, hehe. Eh, saat kami udah mau selesai, masuk pengunjung lain yang membuat dua meja di sebelah-sebelah kami akhirnya terisi 😀 .
Anak-anak makan dengan lahap.
Okey, seperti biasa ya, sebelum saya ngobrolin soal menu makanan yang kami pesan, saya mau komen-komen tentang suasana resto-nya. Resto Pojok Nasi Goang ini, seperti yang saya bilang tadi, lokasinya termasuk di depan ya? Bersebelahan dengan Chatime.
Resto ini area dine in-nya terdiri dari dua area, pertama di luar, yakni bagian terasnya, serta bagian dalam. Kalau saya enggak keliru, resto ini juga ada lantai duanya. Soalnya waktu makan di sana, saya melihat tangga ke atas, gitu.
Desain interior di resto menurut saya cukup estetis. Jendela depan ditempeli semacam sticker dedaunan memberikan kesan menarik pada pengunjung.
Begitu masuk, pengunjung akan menjumpai area dine in di lantai bawah yang seolah terbagi menjadi dua. Karena ada sebuah rak tinggi yang memisahkan. Rak ini penuh hiasan seperti botol-botol, pot-pot kecil dengan tanaman hias sintetis, toples-toples berisi kerupuk, rantang-rantang dll.
Desain rumah makan yang estetis.
Lantainya juga cukup unik. Memakai ubin berwarna coklat dengan hiasan (enggah tahu apaan 😛 ). Meskipun lantai dan dindingnya kecoklatan, namun enggak ada kesan sumpek sih.
Pada bagian depan ada semacam sofa kayaknya dari bahan rotan-rotan gitu, deh. Lalu, ada beberapa freezer. Cuma, saya enggak memperhatikan isi freezer itu apaan.
Masuk ke area dine in bagian dalam kita akan langsung menjumpai area service tempat kita bisa melalukan pemesanan. Sebelahnya lagi, ada tempat makanan keluar. Lalu, sebelahnya lagi ada tempat cuci tangan dan tangga ke atas.
Ada (kalau enggak salah) sekitar tujuh meja apa yaaa, tadi. Dari jumlah kursinya, ada meja yang diperuntukkan untuk empat orang, ada pula meja yang lebih panjang, yang sepertinya muat untuk enam hingga delapan orang.
Saya dan keluarga memutuskan duduk di meja yang memang kursinya ada empat, di pojokan, tepat di depan tangga. Alasannya, supaya lebih privat aja, enggak banyak dilewatin orang hehe.
Dindingnya unik.
Beberapa sudut resto terasa Sunda-nya. Salah satunya seperti tudung rotan gitu yang menjadi hiasan langit-langit. Saya lupa-lupa inget itu tadi kap lampu atau bukan ya? 😛 Kemudian, yang unik di resto Pojok Nasi Goang adalah dindingnya yang dibuat ala-ala bata merah dengan pola asimetris dan sengaja dibuat ada bagian-bagian yang menjorok ke luar.
Lalu, lampu-lampu di resto dibuat temaram. Kurang tahu mengapa dibuat demikian, mungkin supaya suasana menjadi lebih romantis? #ngarang 😛 Terus terang kalau saya sih lebih suka kalau lighting-nya ditambah lagi 😀 .
Oh iya, buat yang membawa anak kecil, khususnya yang seumuran balita, dine in di Pojok Nasi Goang, jangan khawator. Saya melihat rumah makan ini menyediakan beberapa baby chair.
Okeeeyy, itulah sedikit gambaran tentang suasana di resto Pojok Nasi Goang, The Breeze.
Baca juga: Makan di Dapur Solo, Berasa Liburan ke Solo Beneran.
Berikutnya, tentang makanannya yaaa…
Setelah kami memilih tempat duduk, eh, ternyata mbak-mbak pelayannya nyamperin ke meja lalu memberikan dua buku menu. Kalau saya baca-baca menunya, emang, pilhan makanannya khas Sunda. Ada Nasi Tutug Oncom, Nasi Goang Sunda, Nasi Liwet, dll.
Saya baru menyadari, ternyata resto ini lebih menyajikan menu makanannya itu berupa set menu lengkap, gitu. Enggak terlalu yang ala carte (menu lepasan yang bisa dimakan rame-rame).
Kerupuk.
Jadi, tadi kan saya memesan Sop Daging. Kirain bakal dapat semangkuk yang bisa dimakan bareng-bareng gitu, sembari memesan empat nasi. Ternyata kata Si Mbak, Sop Daging ini udah termasuk sama nasinya. Kemudian saya cek lagi, oh iya ding, ternyata menu makanannya lebih banyak set menu.
Sop Daging.
Sebenarnya, ada yang bisa dipesan ala carte gitu juga, sih, tetapi enggak terlalu banyak, seperti menu sate, ikan gurami, dll, saya lupa. Awalnya, kami mau order sate, namun kata Si Mbak, menu tersebut sedang kosong. Lalu, kami ganti memesan Gurame Terbang, serta nambah tiga nasi putih.
Nasi putih yang udah sepaket dengan Sop Daging.
Untuk minumannya, kami memesan Es Peuyeum Bandung dan Es Campur Sari. Sepertinya terlihat Sunda banget, hehe. Sembari menunggu makanan datang, kami mengambil sebungkus plastik kerupuk yang disediakan.
Tak lama kemudian pesanan minuman kami datang. Pertama yang keluar adalah Es Peuyeum Bandung. Seperti namanya, es ini tuh mengandung bahan tape. Isi lengkapnya antara lain, tape, biji selasih, sirup merah. Sebelum minum, sebaiknya diaduk dulu, supaya rasa manisnya lebih merata.
Es Peuyeum Bandung.
Biji selasihnya menurut saya cukup pas ya. Enggak terlalu sedikit. Lalu, rasa tapenya enggak terlalu menyengat, sehingga cocok sebagai bahan campuran minuman ini. Secara keseluruhan rasa Es Peuyeum Bandung ini cukup seger.
Trus, mengenaik Es Campur Sari-nya. Disajikan di gelas hias yang menurut saya cenderung menyempit di bagian bawah. Gelas ini diletakkan di atas piring kecil dan diberi sendok kecil.
Es Campur Sari.
Topping-nya cukup banyak, sih, ada biji selasih, tape, mutiara merah, buah leci, cincau yang hitam dan ijo, nata de coco. Tidak ada es serut di es ini, mungkin karena gelasnya enggak memungkinkan buat dikasi es serut apa ya? Kelebihannya, gigi enggak kaget kalau langsung minum Es Campur Sari ini. Rasa minumannya cukup manis dan seger.
Lalu, untuk Sop Daging-nya, alhamdulilah, walaupun berupa set menu namun enggak pelit porsinya. Semangkuk gede dan masih bisa dimakan rame-rame. Sop Daging ini disajikan dengan nasi putih yang diberi bawang goreng di atasnya, sambal, jeruk nipis, dan kerupuk.
Menariknya peralatan makan, yakni sendok dan garpu disajikan dengan dibungkus plastik. Mungkin maksudnya untuk menjaga higienitasnya peralatan makannya kali ya? Meminimalisir dipegang-pegang banyak tangan. Good, lha.
Nasi putih tambahan.
Sop Daging-nya kuahnya enak, sih, namun berasa lebih sedap lagi saat dikecrutin jeruk nipis. Kuahnya enggak terlalu bening. Isinya ada potongan daging dengan potongan dadu yang cukup banyak serta sayuran seperti wortel, kentang, daun bawang, dll. Dagingnya empuk, sehingga anak-anak saya pun enggak kesulitan memakannya.
Sambalnya menurut saya enggak terlalu pedas. Mungkin soal selera lidah kali ya? Soalnya saya penyuka pedas.
Terakhir adalah Gurame Terbang. Ikan gurami ini disajikan di atas piring yang diapisi daun pisang dan diberi lalapan seperti daun selada, mentimun, tomat. Menu ini juga termasuk sambal kecap.
Gurame Terbang.
Sesuai namanya, Gurame Terbang ini disajikan seolah-olah ikannya memiliki sayap. Jadi, dagingnya enggak nempel ke rangka duri ikannya, melainkan udah disayat dan digoreng sedemikian rupa membentuk sayap. Hal ini menurut saya membantu memudahkan untuk memotong atau membagi daging ikan tersebut, sih.
Kalau soal rasa daging guraminya, menurut lidah saya sih agak kurang asin ya. Lagi-lagi, soal selera kali ya?
Lalu, sambal kecapnya terasa manis. Kalau cuma ambil cairan kecapnya aja enggak akan terlalu pedas, sehingga kudu nyampur bener-bener dengan cabenya (ya iya she 😛 ), baru deh terasa pedas.
Untuk menikmati semua makanan tersebut, kami merogoh kocek sebesar 296.100,-00 udah termasuk service dan pajak.
Mayan sih 😛 .
Nah, itulah, teman-teman, pendapat saya mengenai makanan di Pojok Nasi Goang yang saya makan siang tadi bersama keluarga. Secara umum sih makanannya enak ya. Namun, kalau kembali ke sana, mungkin saya mau nyobain set menu-nya yang seperti Nasi Tutug Oncom, Nasi Goang, dll. Maklum, tadi kaget karena awalnya kan ngira kalau banyak menu ala carte-nya, hehe.
Yawes, itu aja sih, yang bisa saya ceritakan tentang resto Pojok Nasi Goang yang ada di The Breeze, BSD City. Semoga bermanfaat buat yang penasaran dengan rumah makan yang satu ini. Kalau teman-teman udah pernah kulineran di sini juga, sharing donk, menu kesukaannya apa 😀 . Tulis di kolom komen yaaa 😀 .
April Hamsa
ya ampuuun enak banget ini mbaa makanannya. Jadi ngiler berat aku deh hehe.. kalau di Wellington mostly masak di rumah deeh
Waahhh aku belum pernah makan disini nih padahal sering ke Theater Breeze. Btw menggoda banget itu es campur sarinya ya lengkap pisan topinya.
Harganya lumayan juga. Tapi karena lokasinya di mall ya maklum juga sih. Saya naksir gurame terbang sama sop campur sarinya hehe.
Es peuyeum nya menggoda sekali, Mbak. Kayanya seger banget. Kirain tuh Mbak April pesan Nasi Goang. Penasaran itu makanan seperti apa. Ternyata pesannya sop sama gurame. Next time cobain Nasi Goang, Mbak. Terus review lagi. Hehehe
Guramenya mau mau mau, ya ampun tempatnya juga cakep ya, asik banget kalau makan bareng sama anak2, mau ah kapan2 ke sana
Menggoda sekali menunya mba april
Pengen sop dagingnya, enak banget pasti dan segerrr. Pesen banyak tapi hemat ya lokasinya juga enak.
Menarik banget nih. Next time mau cobain ini ahh klo lg mampir ke rumah adeku yg di BSD 😍
Okehlah ya, kondisi restonya dua lantai, plus makanannya byk makanan indonesia. Bolehlah skali2 mampir
lantainya kelihatan banget rumah makan klasik yaa, udah jarang lho yang pakai lantai begitu. Btw tadi penasaran sama nama warungnya nasi goang sunda, jadi inget sama sambel yang suka dibikin mama saya, sambel goang. enak emang makan cuma pakai sambel dan kerupuk juga, kuliner yang ngangenin yaa, apalagi nasi tutug oncom duh kabita