Horeee, akhirnya bisa mengunjungi Perpustakaan Taman Ismail Marzuki (TIM) atau Perpustakaan Cikini yang sempat viral karena gedung dan desain interiornya instagramable itu (12 Desember 2022). Namun, kali ini enggak sendri, melainkan bawa anak-anak untuk playdate sama anak-anaknya Helena (@helenamantra) dan juga ibuk Febri (@febriantyrachma).

Perpustakaan Taman Ismail Marzuki atau Perpustakaan Cikini.

Jadi, ceritanya saya tuh emang lagi pengen ke area Jakarta Pusat. Tujuannya untuk mengunjungi salah satu kawasan simbol toleransi di Indonesia, yakni Masjid istiqlal dan Gereja Katedral. Mau ambil beberapa foto dan video di sana untuk kerjaan dari Kemenag.

Nah, hari itu Helena katanya sedang berada di Perpustakaan TIM di daerah Cikini. Yawda, karena udah deket sama lokasi saya kerja #uhuks saya menyarankan untuk ketemuan aja. Soalnya udah lama sekali enggak ketemu Helena, karena dianya pindah ke McGetan.

Ikut bundanya kerja dulu sebelum ke perpus.

Trus, woro-woro di WAG “Rajin kek RR”, yang bisa datang cuma ibuk Febri aja, sedangkan Grandys (@grandysofia) katanya kakinya lagi sakit atau apa gitu, sehingga absen.

Sebelum datang ke Perpustakaan TIM, Helena udah mewanti-wanti untuk reservasi dahulu, karena kuota penunjungperpustakaan dibatasi. Yawda, sehari sebelumnya saya registrasi, bikin akun, gitu. Eh, ternyata kode verifikasinya enggak masuk-masuk, huhu.

Namun, kata Helena sih, coba datang aja, kali bisa masuk. Soalnya waktu itu kan belum musim liburan sekolah ya, weekdays, orang-orang kantoran juga masih kerja, sehingga mungkin masih ada kuota.

Kolam di sebelah perpustakaan. Sempat nyasar ke sini.

Yawda, akhirnya sekitar jam setengah sembilan pagi kami berangkat dari Long Valley Land menuju Tanah Abang. Sampai Tanah Abang saya dan anak-anak ke Istiqlal dulu buat merekam suasana di depan masjid dan gereja. Tak terasa udah jam setengah 11-an, akhirnya lanjut deh ke perpustakaan TIM. Naik kendaraan online tak sampai setengah jam.

Lorong di bagian bawah perpustakaan.

Udah lama banget enggak ke sana. Dulu saat anak-anak masih kecil pernah ke sana sekali, tetapi belum mendaftar jadi member-nya. Trus, terakhir sepertinya saat ada pameran Kebudayaan Borneo (Kalimantan) gitu di TIM. Lupa tahun berapa itu, yang pasti jauh sebelum pandemi.

Saya melihat ada kedai makan di sini.

Nah, saat pandemi kemarin, Perpustakaan TIM ini direnovasi. Gedungnya kini terlihat lebih modern, memanjang, dan sepertinya tinggi ya sekitar 13 apa 15 lantai, gitu, lupa. Desain interiornya instagramable dan sepertinya bikin anak-anak milenial dan Gen Z betah berada di bangunan ini.

Naik lift ke lantai 4.

BTW, sebenarnya Perpustakaan TIM adalah Perpustakaan Umum Daerah Propinsi DKI Jakarta. Lebih dikenal dengan nama Perpustakaan TIM, karena lokasinya berada di kawasan Taman Ismail Marzuki yang merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan. Kalau enggak keliru, dahulu sering ada pertunjukan teater atau wayang di TIM ini. Kalau sekarang, kurang tahu yaaa.

Selain lebih dikenal sebagai Perpustakaan TIM, Perpustakaan Jakarta ini lebih dikenal sebagai Perpustakaan Cikini, karena beralamat di Jl. Cikini Raya. Lokasinya mudah dijangkau dengan naik kendaraan umum seperti commuter line (KRL). Kalau dari area greenline seperti saya (arah Tangerang Selatan dll) bisa turun Stasiun Tanah Abang aja.

Bagian depan perpustakaan anak.

Namun, kalau dari arah Kota Bogor atau Bekasi, saran saya turun Stasiun Cikini atau Gondangdia. Kalau kuat sih bisa jalan kaki aja dari stasiun ke perpustakaannya. Anak-anak saya pernah tuh saya ajak jalan dari TIM ke Stasiun Gondangdia. Yaaa, kira-kira 20 menitan gitu jalan santai.

Okey, lanjut ya cerita ke perpus-nya. Sampai sana udah hampir Dhuhur. Bu Febri belim datang sementara Helena dkk kayaknya di lantai atas sedang sholat Dhuhur atau apa gitu. Akhirnya, saya dan anak-anak mengeksplore perpus dulu. Walaupun enggak semua lantai sih, soalnya waktu kami cuma ke perpustakaan anaknya di lantai 4. Trus, kebetulan area yang instagramable dan viral itu ada di situ juga.

Check in dan menitipkan tas di sini.

Jadi, ceritanya waktu itu kan kami turun dari kendaraan online, karena masih buta arah, saya masuk lewat semacam gang sebelahnya garasi mobil pemadam kebakaran (iyes ada kantor Damkar juga, di sini). Eh, malah nyasar ke kolam-kolam dan lorong di mana banyak mahasiswa kesenian (sepertinya mahasiswa Institut Kesenian Jakarta) sedang bikin tugas di sana.

Nanya-nanya orang, ternyata saya keliru masuk gedung, harusnya tadi ke arah kiri Damkar. Akhirnya, kami kembali lagi ke depan. Masuk deh ke gedung Perpustakaan TIM melalui tangga yang cukup tinggi. Oh iya, ancer-ancer gedung ini adalah ada patung laki-laki membawa biola.

Apakah itu Pak Ismail Marzuki? Hmmm, waktu saya googling sih, emang tuh patung wajahnya mirip dengan Ismail Marzuki. Seorang komponis besar Indonesia pada masanya.

Buku-buku anak.

Lanjut yaaa. Setelah naik tangga menuju gedung, kami kemudian naik elevator menuju ke lantai di atasnya. Dari sana kami ketemu Pak Satpam. Belum sempat nanya, Pak Satpam yang tahu saya bawa krucils, langsung nembak. “Mau ke perpustakaan anak ke lantai empat naik lift di sana,” katanya.

Akhirnya naik lift ke lantai 4, deh. Helena mengabari ternyata sedang ke lantai 5. Saya kemudian masuk ke dalam area perpustakaan anak. Namun, sebelumnya ditanya-tanya dulu oleh petugasnya apakah saya sudah reservasi atau belum.

Saya jawab saat mau registrasi atau bikin akun belum bisa verifikasi. Kemudian, petugas perpus memandu saya untuk mengecek apakah data saya sudah benar atau belum.

Tangga yang viral itu.

Ternyataaa, saya keliru masukin nomor HP, saudara-saudara wkwkwk. Yang harusnya belakangnya angka 6, saya ketik 5. Maklum, mata udah agak-agak yaaa 😛 . Pantesan kok kode verifikasinya enggak masuk-masuk, huhu. Setelah dibenerin nomornya, baru deh masuk notifikasinya.

Saya juga diajari gimana cara reservasi, baik kalau datang sendiri, maupun kalau datang berombongan seperti saat datang dengan anak-anak saat itu. Setelah itu, saya diarahkan untuk menitipkan tas dan barang bawaan lainnya ke loker. Trus, nanti kita diberi semacam kode QR gitu untuk mengambil barang kita dari loker dan check out. 

Oh ya, kalau mau reservasi ke Perpustakaan TIM ini cukup buka website JAKLITERA ya (ketik gitu aja di browser) nanti akan mengarah ke https://perpustakaan.jakarta.go.id/. Kalau belum punya akun registrasi dulu, baru reservasi.

Setelah check in, baru deh, boleh masuk ke dalam perpustakaan. Untuk area perpustakaan di lantai 4 ini, ternyata ada dua area. Pertama emang buat anak-anak, lalu agak ke belakang dekat meja peminjaman buku ada semacam ruang belajar, serta area yang viral yang ada tangga-tangganya itu, lho.

Untuk area perpustakaan anak, ada beberapa area juga. Dekat tempat check in/ loker ada meja kursi yang colorful untuk membaca buku. Trus, agak maju sedikit ada dua ruang yang sepertinya untuk ruang bermain. Keliatan dari luar karena sekatnya dari kaca.

Ruang bermain anak.

Ruang pertama penuh dengan mainan anak, sedangkan ruangan kedua kosong. Sepertinya cucok deh, kalau bikin playdate-playdate gitu. Cuma saya engak tahu bagaimana cara menyewanya. Eh, apakah bisa disewa atau enggak yaaa 😛 .

Ruang bermain ini sedang kosong.

Di depan ruangan tersebut terdapat toilet yang bergaya agak-agak industrial gitu. Sedangkan, untuk mushola berada di lantai 5. Naik ke atas bisa melalui eskalator dekat meja check in tadi.

Ada toilet di area perpustakaan anak.

Geser lagi, ada rak-rak buku yang penuh dengan koleksi buku anak. Sepertinya lebih dari 6-7 buku, semua full buku. Buku-buku anak di Perpustakaan TIM ini sangat lengkap, ada yang berbahasa Indonesia ada yang berbahasa asing. Ada majalah, komik, buku pelajaran, novel, dll.

Anak-anak yang suka membaca pasti senang sekali, deh kalau diajak ke sini. FYI, perpustakaan ini buku sejak jam 9 pagi hingga 5 sore WIB ya. Kalau bingung gimana cara menghabiskan waktu liburan sekolah anak, saran saya ke sini saja yuk. Anak-anak pasti betah.

Tempat membaca yang nyaman.

BTW, saya punya beberapa tips kalau mengajak anak mengunjungi perpustakaan TIM ini, yakni:

  • Sounding anak bahwa kita akan mengunjungi perpustakaan, sehingga harus menghargai orang lain yang sedang membaca/ belajar alias enggak boleh ribut. Selain itu, kita juga sebaiknya memberitahu anak-anak untuk tidak berebut buku maupun mainan dengan orang/ anak lain.
  • Jangan lupa reservasi (bawa rombongan) minimal sehari sebelumnya.
  • Pakaikan anak-anak pakaian yang rapi, sopan, namun tetap nyaman.
  • Kalau bisa bawa bekal makanan dan minuman sendiri. Sebenarnya ada semacam kantin sih di bawah, cuma kalau bisa bawa bekal sendiri kayaknya lebih enak, deh. 
  • Untuk anak-anak yang lebih besar, bisa juga tuh dibawain buku tulis, sehingga mereka bisa sambil merangkum buku yang dibacanya. Buat belajar menulis juga, kan?

Kembali ke rak-rak buku ya, di ujung setiap lorong rak buku terdapat meja belajar menghadap ke jendela kaca. Di sana pengunjung bisa membaca buku atau mengetik.

Koleksinya banyak sampai bingung mau baca buku apa hehe.

Oh ya, nempel di ruangan yang buat main tadi, masih satu area dengak rak-rak buku terdapat area luas yang sepertinya buat anak-anak bermain juga. Selain itu, juga bisa untuk membaca buku sambil lesehan di sini.

Bisa membaca buku sambil lesehan di sini.

Kalau mau meminjam buku, kata Helena harus ke meja petugas yang letaknya agak ke belakang, kanan pojok. Ternyata meja petugas ini satu area dengan tangga yang viral itu. Area ini dan area perpus anak dipisahkan dengan beberapa rak buku yang kebanyakan adalah buku-buku sastra.

Rak ini memisahkan area perpustakan anak dengan koleksi umum.

Trus, saya diberitahu kalau mengembalikan bukunya enggak mesti harus ke perpus TIM lagi, melainkan bisa melalui perpustakaan daerah Jakarta mana pun. Kalau mau nitip orang lain untuk mengembalikan buku juga boleh.

Oh ya, ngobrolin tentang tangga, mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa tangganya viral? Soalnya di undakan tangga juga ada tempat untuk membaca serta rak-rak buku. Dikasi pencahayaan yang bagus, sehingga pas dipotret kelihatan instagramable.

Pinjam buku di sini.

Selain itu, di depan tangga ada elevator menuju ke bawah dan di sebelahnya masih ada meja belajar lain yang bisa menampung banyak orang (sayang enggak kefoto, takut ganggu orang hehe).

Banyak yang membaca buku di area ini (depan tangga viral tadi).

Mumpung lagi di situ, saya yang udah ketemu Helena dan rombongannya kemudian berfoto di tangga viral.

Akhirnya bisa berfoto di sini.

Lalu, ke mana Bu Febriiii? Ternyataaa, si ibuk nyasar ke Perpusnas, saudara-saudara, wkwkwk, pantes kok enggak nyambung chat-nya 😛 . Dia di mana, kami di mana. Setelah nyadar baru deh Bu Febri menyusul ke TIM.

Sayangnya enggak bisa ketemu di perpustakaan, melainkan di depot bakmie dekat perpustakaan. Soalnya waktu itu udah siang dan anak-anak mulai lapar. Akhirnya kami makan bakmie ramai-ramai aja, deh di Bakmie Roxy yang lokasinya tak jauh dari perpustakaan. Mumpung bisa ketemuan, kapan lagi kaaann? Ntar, tentang makan-makan bakmie-nya saya tulis terpisah yaaa.

Makan bakmie bersama.

Yaaa, jadi begitulah cerita saya mengajak anak-anak ke Perpustakaan TIM atau Perpustakaan Cikini atau Perpustakaan Jakarta hari itu, sekaligus ketemuan sama Helena dan ibuk Febri. Seneng banget hari itu akhirnya bisa berjumpa lagi setelah sekian lama dan anak-anak bisa playdate juga, walau sebentar doank, hahaha 😛 .

April Hamsa