“Tuhan saja bisa memaafkan, kenapa kamu nggak?”

“Itu kan Tuhan oi. Zat yang Maha Sempurna, lha eikeee? Menungso biasa.”

Begitulah pembelaan saya, kalau ada yang kasi ide soal  “memaafkan” ini.

Ya, maaf…

Duh, ngobrolin “memaafkan” nih, suseh, bener yaaa…

Memaafkan itu tak mudah.

Padahal, saya tuh jarang bisa marah ke orang. Biasanya, kalau kesalahannya nggak fatal, gitu, saya mudah melupakan. Yes, bener-bener lupa, karena nggak pernah saya masukkin ke hati. Namun, kalau ada kondisi yang benar-benar nyenggol jiwa saya, sulit untuk memaafkan.

Sepertinya nggak perlu saya kasi contoh ya “kesalahan fatal” itu yang bagaimana? Soalnya, pengen jaga vibes positif di postingan ini, walaupun ngobrolin tentang memaafkan (yang mau bilang “preeett” dipersilahkan 😛 😀 ).

Menurut saya merasa sakit hati adalah hal yang manusiawi.

Yeah, pokoknya, saya nggak mau teman-teman yang baca postingan ini ikut merasakan kemarahan atau kesedihan saya 😀 . Lagian, alhamdulillah, saya jarang terlibat konflik dengan orang lain.

Mungkin karena biasanya kalau sudah sampai level perdebatan, saya lebih memilih mengalah saja. Istilah Jowone, “Sing waras ngalah.” Apalagi, kalau potensi dilanjutin atau nggak dilanjutin-nya sama-sama nggak kasi manfaat positif apapun buat saya.

Yaaa, buat apa ya buang-buang energi 😊.

Terlebih lagi, di usia saya yang sekarang, 25 plus plus pluuuuss, rasanya ogah berkonflik. Maunya hidup ayem, tentrem, bahagia aja.

Yang saya lakukan ketika merasa sulit memaafkan

Tapi, ya, namanya juga manusia ya, saya pun pernah mengalami luka di batin, terkakit perlakuan atau perkataan manusia lain kepada saya.

Jika terlalu sulit memaafkan, maka biasanya saya akan melakukan beberapa proses ini:

Menerima kondisi itu

Ya, saya memang tak sempurna, menyadari diri sendiri bukanlah orang yang dengan mudah memaafkan. Saya akan menerima kondisi seperti itu, sampai mungkin nanti, waktu akan menyembuhkan atau gimana lha ya.

Memaafkan diri sendiri

Setelah menyadari bahwa diri yang tak sempurna, maka saya akan berusaha memaafkan diri sendiri yang masih susah memaafkan orang lain. Diri yang emosinya tengah meletup, biasanya saya tenangkan cara memaafkan diri sendiri.

Hati yang terluka butuh waktu untuk sembuh.
Memberi maaf (?)

Sengaja saya beri tanda tanya, karena kadang lihat-lihat kasusnya apa, karena memberi maaf bukan hal yang gampang.

Bagi saya kalau memberi maaf tuh artinyamelupakan. Namun, saya tipe orang yang selalu ingat kesalahan orang pada saya. Jadi kalau saya bilang “iya saya maafin” tapi “saya masih ingat” rasanya kok nggak pas.

Mempersilakan waktu yang memberi jawaban

Kata orang bijak: “You just need some time. After all, time heals all wounds.”

Saya mempercayai kalimat itu. Yawda, pasrahkan pada waktu saja. Kalau tak sanggup memberi maaf hari ini, siapa tahu esok dapat hidayah bisa memaafkan sekaligus melupakan.

Saya sih nggak mau memaksa diri ini untuk memaafkan, tetapi sebenarnya hati masih penuh luka.

Menyembuhkan luka di hati dengan banyak cara

Lalu, kalau ada sesuatu yang berpotensi melukai hati, biasanya saya lebih memilih untuk menjauh saja. Dengan begitu, kewarasan saya tetap terjaga.

Sayangnya, kadang kalau bengong jadi ketrigger juga, huhu.

Nah, kalau sudah begitu biasanya yang saya lakukan langsung masuk #modebenerinjilbab, antara lain:

-Baca dzikir untuk kesembuhan hati

Sebagai seorang muslim, maka yang paling gampang untuk saya baca adalah istighfar.

“Astaghfirullahaladzim”, ini mungkin seperti mudah diucapkan, tetapi sebenarnya memiliki manfaat membuat kita akan merasa lebih tenang.

Saya kutip dari sebuah hadist ya #modemamahdedeh:

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar dari setiap kesempitannya, kelapangan dari setiap kesedihannya, dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.” (HR Abu Daud).

Memberi makan jiwa adalah salah satu cara meredam emosi.

Selain istighfar, pilihan lainnya adalah membaca “Hasbunallah wanikmal wakil” yang artinya, “Cukuplah Allah sebagai pelindung kami”.

Bacaan dzikir yang satu ini memiliki keutamaan sebagai penentram hati yang galau dan ampuh membuat jiwa untuk lebih bersabar.

Rasulullah bersabda: “Katakanlah: hasbunallah wa ni’mal wakil, ‘alallah tawakkalna rabbana.” Allah cukup bagi kami dan Dia sebaik baik Zat yang mengurusi, kami bertawakkal kepada Allah wahai Rabb kami.” (HR. Ahmad).

Alhamdulillah, dzikir yang telihat “simple” itu begitu powerful mengusir kekecewaan atau kesedihan atau perasaan jengkel karena ketrigger yang singgah.

Sholat

Kalau bersedih, apalagi yang ada kaitannya dengan disakiti manusia, saya tuh jarang cerita ke orang atau posting-posting di media sosial. Kalau pun bercerita paling banter ke suami aja. Soalnya, menurut saya, kadang menceritakan masalah ke manusia tuh ntar malah bikin tambah ruwet. Belum lagi, kalau ternyata ada yang sebenarnya nggak suka sama saya, malah di belakang nyukur-nyukurin, gitu.

Ketimbang makin ruwet, maka saya lebih memilih untuk mengadusama Allah saja. Selain berdoa atau berdzikir, apalagi caranya, kalau bukan sholat.

Yang tadinya sholat lima waktu masih suka nunda-nunda, biasanya kalau lagi sedih jadi rajin tepat waktu. Sholat yang sunnah-sunnah juga dikerjain. Saya nggak pa pa deh diomongin malaikat, “Tuh lihat tuh manusia satu itu, sholatnya rajin pas ada masalah aja” yang penting bisa berinteraksi dengan Tuhan lebih intens.

Memang, kadang nggak langsung dapat petunjuk atau jawaban, tetapi hati tuh sudah plong.

Mendatangi majelis kajian

Mendatangi majelis kajian dengan tema-tema “memaafkan” juga sangat membantu. Nggak mesti harus datang ke acara kajian di masjid, tetapi kajian online juga bisa.

Cara paling gampang adalah buka YouTube lalu ketik “kajian ustad dengan tema memaafkan” di pencarian, maka akan keluar tuh pilihan video yang bisa kita tonton.

Pada saat mendengarkan materi kajian dari para pendakwah atau ustadz biasanya yang saya rasakan tuh “mak nyeess” gitu. Kepala yang tadinya panas, hati yang berdebar-debar karena amarah berubah adem.

Kemudian, jika sudah mendapatkan ketenangan hati dari Tuhan, saya akan masuk mode #sokproduktif, seperti:

Beberes rumah

Saya pernah membaca artikel yang mengatakan bahwa beberes rumah itu bisa meredakan stress, lho. Cuma saya lupa baca di mana. Googling lagi juga nggak nemu 😛 . Intinya, kalau beberes rumah kan nanti rumah menjadi lebih bersih dan rapi. Kondisi seperti itu bisa calm rasa stress yang ada pada diri kita.

Kalau saya pribadi nih, saya akan memilih pekerjaan beberes rumah yang saya suka, seperti mencuci baju atau membersihkan kamar mandi. Biasanya , menyalurkan tenaga ke pekerjaan domestik yang saya suka bisa membuat stress saya tersalurkan.

Saya nggak akan memilih pekerjaan domestik yang saya benci, seperti setrika misalnya. Beban stress saya bisa bertambah nanti 😀 .

Berolahraga

Bergerak atau berolahraga juga menjadi penyaluran rasa sakit hati. Saya memilih jalan kaki cepat, lari, atau berenang. Kalau bisa berolahraga di tempat yang memungkinkan bisa berteriak-teriak lebih baik lagi.

Bekerja

Menjadi produktif dengan bekerja juga akan menjadi sarana pengalihan dari kesedihan.

Kesimpulan dari postingan tentang susah memaafkan ini

Jadi, kesimpulannya adalah bagi saya, proses memaafkan itu enggak bisa instan. Butuh waktu. Begitu saya memaafkan artinya saya benar-benar melupakan. Tak lagi ingat atau mengungkit-ungkit lagi.

Nah, ketika belum bisa memaafkan, tak masalah, kok. Saya mengakui bahwa diri saya tak sempurna, saya akan memaafkan perilaku saya yang demikian, dan memilih menjauhi penyebab masalah yang bikin saya sakit hati.

Kemudian, saya meredam amarah yang disebabkan oleh perlakuan orang lain dengan memberi makanan kepada batin dan fisik. Dengan keseimbangan semacam itu, biasanya saya lebih bisa berpikir dengan jernih.

Biar waktu yang membuka hati untuk memberi maaf.

Gitu aja sih yaaa…

Sorry banget, kalau dalam tulisan ini, teman-teman nggak akan menemukan bagaimana cara saya memaafkan kesalahan orang lain. Yang ada cuma cara “mendelay” amarah-amarah yang saya rasakan.

Mungkin nanti kalau sudah menemukan bagaimana cara mudah memaafkan, saya akan bikin postingan lanjutannya.

Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari postingan ini ya 😊.

April Hamsa